"Aku boleh memakai kamar mandinya?''

Naruto menaikan sebelah alisnya, mungkin heran karena Sasuke bertanya sesuatu yang jelas jawabannya.

"Pakai saja. Tidak ada yang melarang''

Mendengar jawaban Naruto, Sasuke segera saja memasuki kamar mandi. Dia ingin segera membersihkan tubuh lalu beristirahat. Sebenarnya dia ingin mengunjungi ibunya, tapi sepertinya harus ditunda dulu, ini sudah terlalu malam. Dia bisa pergi besok sepulang sekolah.

Naruto meletakan ponsel yang sejak tadi dimainkannya. Pandangannya terfokus pada pintu kamar mandi yang tertutup. Suara air terdengar jelas dari dalam. Teman sekamarnya sedang mandi. Ransel yang masih tergeletak di atas ranjang menjadi objek tatapannya kali ini. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya, tapi cukup lama pemuda itu mengamati ranjang yang akan menjadi milik teman barunya.

Sasuke keluar kelas dengan menenteng ponsel di tangannya. Kepalanya menunduk dengan jari - jari bergerak lincah diatas layar, membalas pesan yang masuk diaplikasi chat nya. Langkahnya ditujukan ke arah perpustakaan. Gedung itu adalah favorit Sasuke setelah seminggu lebih bersekolah di tempat barunya ini. Bukan karena Sasuke suka membaca buku, tapi tempat itu adalah yang paling tenang di seluruh sekolah. Dia bisa menumpang tidur selama waktu istirahat.

Sorak sorai teman - temannya di lapangan sedikit menarik perhatiannya. Sasuke menghentikan langkahnya. Menatap area lapangan basket yang tengah digunakan. Matanya menyipit saat sinar matahari membuatnya silau. Beberapa anak yang diketahui Sasuke sebagai siswa tingkat tiga baru saja selesai bertanding basket. Ada sosok dengan rambut kuning cerah yang paling bersinar disana. Berdiri dengan kaos basket orange yang tampak basah oleh keringat. Tengah mengelap keringat dengan handuk kecil yang diberikan seorang gadis berambut panjang yang berdiri di hadapannya.

Sosok Naruto sangat mudah dikenali dengan rambut cerahnya itu. Meski begitu Sasuke tidak terlalu akrab dengan teman sekamarnya. Mereka jarang berinteraksi. Hanya sekedar saling menyapa, basa - basi agar tak dianggap tidak sopan pada seniornya. Kenyataannya Sasuke memang baru di tingkat dua. Penilaian Sasuke tentang Naruto hanya bahwa pemuda itu sedikit pendiam, sepertinya apatis dengan keadaan sekitarnya, kombinasi yang cocok dengan Sasuke yang memang menyukai ketenangan dan privasi. Tapi bukan kolaborasi yang bagus untuk memulai obrolan.

Tatapan Sasuke teralih pada gadis di depan Naruto yang kini tengah menyodorkan botol minuman pada pemuda itu. Dari yang Sasuke dengar, gadis itu adalah adik kelas mereka yang diam - diam menyukai Naruto. Semua orang tahu perasaan gadis itu pada teman sekamarnya, tapi sepertinya Naruto tidak terlalu peduli dan bertingkah seolah tidak tahu. Itu yang Sasuke amati. Karena dari cara Naruto menanggapi Hinata, nama gadis itu, sudah jelas jika Naruto hanya menganggap gadis itu teman sekolah saja.

Sasuke sedikit terkesiap saat mendadak Naruto menoleh ke arahnya. Kakinya mundur selangkah. Dari jarak yang cukup jauh, dia tidak bisa melihat jelas bagaimana ekspresi Naruto saat ini. Mereka saling tatap cukup lama, sebelum Sasuke memutus kontak mata mereka duluan dengan berpaling dan meneruskan langkahnya ke tempat yang menjadi tujuan awalnya.

Sasuke berjalan cepat melewati lorong - lorong kelas yang tidak terlalu ramai. Waktu istirahat seperti ini sebagian besar siswa pasti berada di kantin sekolah atau lapangan untuk bermain atau sekedar menonton teman - teman mereka bertanding.

"Kau anak baru ya?''

Langkah Sasuke terhenti. Bahunya di tahan oleh seorang siswa. Sasuke melirik penampilan siswa dengan rambut ungu yang kini menahan bahunya. Tiga orang lain yang sepertinya satu geng berada di belakang siswa berambut ungu itu. Menyeringai senang seolah mendapat mangsa. Sekali lihat Sasuke sudah tahu kalau mereka adalah jenis siswa pembuat masalah yang hobi merisak teman - temannya.

EPHITYMIAWhere stories live. Discover now