Prolog

309 18 7
                                    

Nyatanya kesibukan adalah senjata paling ampuh untuk membunuh kesepian.
***

Kadang kita harus berterima kasih kepada perpisahan yang menyisakan perih. Membuat malam terasa lebih panjang karena sibuk menggelepar dalam lara yang senyap. Luka yang sebelumnya hanyalah ilusi. Kini nampak nyata di depan mata. Bahkan jika ia punya tangan, kurasa ia sedang memelukku erat. Membiarkan aku menikmati lara yang tidak bertepi.

Seharusnya aku pergi sejak kusaksikan semua warna di langit kami mendadak menjadi kelabu. Mengamankan hati dari serbuan luka yang bertubi-tubi. Tapi bisa apa, jika aku hendak lari sendang tanganmu masih erat menggenggam hatiku?

Kami tak pernah menyukai perpisahan ini, namun takdir menginginkannya. Suratan ingin melihat setegar apa perempuan yang selalu disebut dalam doa lelakiku bertahan dalam kekacauan hatinya. Tentu saja perkiraan takdir yang menyangka aku setegar karang di lautan segera terbantahkan. Tersebab dalam malam-malam panjang aku bergelung dengan tangisan. Menyaksikan perpisahan menjemput kami di ambang masa. Katanya, waktu kami bersama telah binasa. Aku hanya bisa tersenyum hambar dan dia bersandar pada hati yang menggelepar.

Sejak saat itu kuputuskan untuk tidak menjadikannya muara rindu. Aku harus tahu, bahwa hatiku yang sesak akan namanya juga butuh udara. Setidaknya untuk bernapas. Sejenak mengambil jeda dari masa lalu.

Aku butuh hal baru, seperti padatnya kegiatan kajian atau kesibukan yang bisa menyita semua pikiran. Oleh karenanya sinilah kini aku berada. Di antara lembar-lembar skripsi dan penelitian, di perpusatakaan yang dingin dan senyap. Ditemani buku-buku yang menyimpan cerita perjuangan mahasiswa untuk mendapatkan sepucuk persetujuan dosen pembimbing.

Jika bagi banyak mahasiswa, skripsi dan penelitian akhir adalah kesibukan yang menjemukan. Maka bagiku, itu semua adalah kebahagiaan yang aku dambakan. Kesibukan adalah kemerdekaan bagi hatiku yang patah.

Bagiku yang sedang ingin berkutat dengan kesibukan, skripsi adalah obat mujarab. Ia serupa penenang yang mengalihkan kecamukan masa silam yang membuatku kacau. Aku tak ingin berlama-lama kehilangan kendali atas diri. Aku perempuan yang sejauh ini aku tak pernah menangis hanya demi laki-laki. Tapi semua terpatahkan sejak perpisahan kami. Sejak aku memutuskan untuk tak menjadikan nama Gus Ilyas seistimewa dulu lagi. Namun tak mudah karena aku harus menebusnya dengan linangan air mata bermalam-malam.

Mataku menyapu rangkaian data yang kutemukan dalam penelitian. Otakku mencerna dan melakukan analisis. Tentu saja jemari tak ingin kehilangan momen untuk mengabadikannya, ia telah gemulai menari di atas keyboard seiring analisis yang mengalir sejak tadi. Sayang momen itu tak berlangsung lama. Semua kerjasama solid anggota tubuhku seolah lumpuh ketika mataku berserobok dengan ayat yang menjadi awal diskusi kami yang cukup panjang. Ia pernah mengutip ayat itu untuk menjawab pertanyaanku tentang siapa yang lebih mulia antara malaikat dan manusia.

"Jika boleh memilih, aku ingin menjadi malaikat saja."

Dia terkejut dengan celotehanku yang tiba-tiba. Alis tebalnya terangkat membahasakan pertanyaan, kenapa?

Tanpa diminta, aku segera menjelaskan alasan tentang kemuliaan malaikat. Siapa yang tidak tahu makhluk paling taat ciptaan Tuhan itu? Sosok yang tidak pernah sedikit pun melakukan bantahan apalagi perlawanan terhadap Tuhan. Sehingga tidak perlu susah payah menjadi penghuni langit dan surga.

Anehnya, jawabanku hanya ditanggapi dengan senyuman. Tentu saja aku protes. Hanya itu tanggapannya?

"Jika aku diperbolehkan memilih, aku tetap ingin tercipta sebagai manusia," ujarnya.

"Kenapa?" Tanyaku penasaran

"Itu sungguh pertanyaan atau pertanyaan retoris saja?"

Kali ini aku yang mengerutkan dari mendapati pertanyaanku dijawab dengan pertanyaan. Aku masih berpikir apakah pertanyaanku terlalu bodoh? Tapi belum sempat aku menjawab, ia sudah tertawa tertahan.

"Jika aku memilih menjadi malaikat, bagaimana kita akan bertemu?" Jawabnya disertai senyum simpul yang entah mengapa membuat desiran aneh di dadaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Surga di MatamuWhere stories live. Discover now