Sweet moment

3.1K 162 9
                                    

       "Mbak Dara, buka!" Gedoran di pintu ruang kerjanya membangunkan Danurdara yang sedang terlelap di sofa. Belum sadar betul, gadis itu melompat cepat, membuka pintu. Di depan pintu, Putri karyawan kepercayaannya berdiri dengan wajah panik.

       "Ada apa Put?" Tanya Danurdara ikut panik. Putri mengamati bosnya dari atas sampai ke bawah. Gadis dua puluh lima tahun yang biasa rapi itu terlihat berantakan.

       "Putri, ada apa kok malah bengong?" Gadis berambut ikal itu tergagap.

      "Eh, anu Mbak.... sebentar," katanya terbata-bata. Putri menarik napas panjang, Danurdara semakin bingung dengan kelakuan anak buahnya.

       "Di bawah ada yang membuat masalah. Ngamuk gak jelas," Danurdara tersadar, dilirik jam tangannya, gila ini waktunya orang makan siang. Kelelahan semalam membuatnya tertidur cukup lama. Kalau ada yang membuat masalah bisa kacau dunia persilatan eh perkafean. Bangkrut gua..

        Tanpa  mempedulikan keberadaan Putri dan dandanannya yang berantakan Danurdara berlari turun menuju medan pertempuran yang gadis berambut ikal tadi sebutkan. Dengan napas terengah, Dara mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua terlihat normal, tidak ada yang aneh. Pengunjung sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, menikmati makan siang mereka sambil bercengkerama. Kehadirannya yang tiba-tiba dengan kondisi berantakan, sekarang malah menjadikannya pusat perhatian. Orang-orang menatap Danurdara, sang pemilik kafe yang biasa cantik dan energik dengan heran. Danurdara tersadar, serasa berada dalam adegan film slow motion. Sebenarnya ada apa, apa maksud Putri?

       Belum hilang keterkejutannya, gadis itu tersentak. Seseorang bernyanyi dengan suara sumbang, membuat pengunjung kafe riuh rendah. Danurdara mencari sumber suara cempreng memekakkan telinga itu, Dhimas, apa yang dia lakukan? Kekasihnya itu dengan percaya diri bergaya bah Glenn Friedly bernyanyi dengan gitarnya, bergerak mendekat kearahnya. Meraih tangan gadisnya, memciumnya lalu menariknya ke tengah-tengah kafe yang sedang ramai. Dengan gerakan tangan, Danurdara meminta Dhimas berhenti bernyanyi. Gila, suara sumbang laki-laki tampan itu membuatnya berdebar-debar. Bukan karena syair lagunya yang penuh rayuan gombal seorang laki-laki kepada perempuannya, tetapi dia takut pengunjung kafenya kabur gara-gara ilfil.

Mengejar dirimu
Takkan ada habisnya
Membuat diriku menggila

Bila hati ini
Menjatuhkan pilihan
Apapun akan kulewati

Hari ini sayang
Sangat penting bagiku
Kau jawaban yang aku cari

Kisah hari ini kan kubagi denganmu
Dengarlah sayang kali ini
Permintaanku padamu

Reff :
Dan dengarlah sayangku
Aku mohon kau menikah denganku
Ya hiduplah dengan ku
Berbagi kisah hidup berdua
(Habiskan sisa hidup)
(Menikahlah denganku)

Hujan warna-warni
Kata orang tak mungkin
Namun itu mungkin bagiku
Sebuah tanda cintaku..

       "Dhim, udah dong?" Pintanya lirih. Alih-alih mendengar, Dhimas bertingkah lebih gila lagi. Laki-laki itu berputar-putar mengelilinginya seperti komedi putar. Danurdara ingin berteriak menghentikan kegilaan kekasihnya, tetapi semua ditahannya. Lagi-lagi, dia harus memikirkan kenyamanan pengunjung kafenya. Untuk bisa duduk makan di sini mereka harus mengeluarkan cukup banyak uang. Dengan terpaksa, gadis itu diam terpaku ditempatnya. Selesai dengan lagunya, Dhimas berjongkok didepan gadisnya. Seketika ruangan menjadi sepi, semua mata terfokus pada dua orang anak manusia di tengah ruangan.

        "Sayang, tiga tahun sudah kita bersama, menjalin cinta kasih kita, saling melengkapi mengisi kekurangan kita. Aku bukan laki-laki sempurna, kamu yang menyempurnakan hidupku. Hari ini, setelah melalui banyak tantangan aku memantapkan hati. Danurdara Agni Pratista, maukah kamu menikah denganku?" Suara Dhimas lantang memecah kesunyian. Mencium punggung tangan gadis berkacamata itu, yang  menatapnya jengah. Danurdara malu dengan tindakan konyol kekasihnya.

        "Terima aja Mbak, mas nya ganteng kok," teriak seorang pengunjung.

        "Terima...terima..terima," satu persatu pengunjung berdiri memberi suport, seperti lamaran-lamaran alay di talkshow yang biasa ditayangkan di stasiun televisi. Danurdara garuk-garuk kepala bingung. Tiga tahun mereka berpacaran tetapi dia belum yakin Dhimas bisa menjadi kepala dalam rumah tangganya. Bukan karena tidak mencintai laki-laki itu, masih banyak hal membuatnya berat melangkah.

       "Dara, menikahlah denganku," pinta Dhimas sekali lagi.

                     ***

Yeayy...
Update hari pertama, pas tanggal 1 Oktober 2019. Maaf hari ini, author gak ikut upacara bendera. Lagi ada tugas negara, mempersiapkan diri menjadi guru profesional.

Ada yang dilamar? Mau gak ya... sabar, Belanda masih jauh... jawabannya tunggu besok. Chiayo...

Salam literasi

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Where stories live. Discover now