Sarah tertawa karena sikap angkuhku yang mungkin terlihat lucu di matanya. "Aku tidak perduli dengan kedudukanmu Valen, tapi setidaknya perasaan Velian padamu pasti sedikit berubah setelah dia tahu peristiwa malam itu. Mungkin saat ini Velian memendam kekecewaan atas penghianatanmu."

Tanganku mengepal menahan rasa kesal yang begitu besar, memikirkan bagaimana ekspresinya saat ia memandangku dan aku hanya memalingkan wajahku darinya waktu itu.

"Selamat!" Aku bertepuk tangan dengan tangan gemetar. "Selamat, kau berhasil. Kau benar, dan sekarang hubunganku dengan Velian sebagai kekasih sudah berakhir. Kau...benar-benar hebat. Rencanamu luar biasa." Aku menghentikan tepuk tanganku dan berdiri. "Tapi aku tidak akan melupakan kematian Aleea yang menjadi korban atas rencanamu."

Sarah tersenyum sinis. "Ah Aleea itu...benar-benar pemuda yang cerdas tapi sedikit polos. Dan waktu itu aku memang memanfaatkan situasi dimana dia sedang melepas kecerdasannya dan menjadi sosok polos yang mudah dimanfaatkan. Tapi Valen...jujur, aku juga turut menyesal atas kematiannya." Ia menatapku lekat dan tersenyum menang. "Dan yang paling tidak kusangka adalah saat kau menyerahkan dirimu pada putra mahkota. Seharusnya kau berterimakasih padaku karena berkat provokasiku, kau bisa menjadi milik putra mahkota seutuhnya dan kau bisa menikmati kedudukan yang kau banggakan itu lebih lama, sementara Velian akan menjadi milikku setelah itu. Adil bukan? Seharusnya kau sadar, bahwa kau tidak akan menang dariku."

Aku tidak mengerti kenapa dia terus mengungkit perihal malam itu, padahal dia tahu bahwa aku sangat benci mengingatnya. "Aku tidak pernah berniat menyerahkan diriku padanya!"

"Ya, ya." Sarah semakin tersenyum menang melihatku yang mungkin terlihat hancur saat ini. "Ah, masih ada satu hal lagi Valen. Berhubung kau sudah mengetahui semuanya, mungkin aku harus memberitahumu salah satu kemenangan terbesarku selain nyawa Aleea. Obat yang kau telan malam itu adalah pemberianku. Aku sengaja membuatnya agar obat itu bereaksi dengan cepat sampai kau tak bisa lepas dari pengaruhnya. Aku memberi saran pada putra mahkota dan aku tidak percaya bahwa dia akan benar-benar menggunakannya untuk membuatmu takluk."

Kalimatnya adalah sebuah kejutan baru untukku. Jadi...dia memang benar-benar menjalankan rencananya sendiri dengan sempurna, bahkan malamku dengan putra mahkota adalah bagian dari rencananya?

Aku tertawa padahal tidak ingin tertawa, entah apa yang merasukiku, tapi yang jelas bayangan malam itu kembali membangkitkan luka terdalamku yang ternyata sudah menjadi bagian dari rencana liciknya. Hatiku sakit dan jiwaku kembali hancur ketika mengingatnya. Aku ingin marah dan kali ini aku tidak bisa menahannya lagi. Kutatap kembali lencanaku saat tawaku berkurang perlahan.

"Oh begitu?" ujarku. "Kita lihat, bagaimana tuan putri ini membalaskan perbuatanmu."

Aku segera mendekati salah satu penjaga untuk memanggil beberapa pengeksekusi dan dia langsung menjalankan perintahku. Kebencian, sakit, marah dan penyesalan telah mengotori pikiranku, mengajakku untuk bertindak kejam di atas kekuasaan.

Tak butuh waktu lama, mereka datang setidaknya ada lima orang. Ya, lebih dari cukup untuk menghancurkan dirinya.

"Buka pintunya!" titahku dan jeruji akhirnya terbuka.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" Wajahnya sudah tak sesenang tadi, dan kini ia terlihat ketakutan dengan tatapan nanar. "Kau bermaksud untuk memenggalku?"

"Tenanglah, aku tidak akan sampai hati untuk memenggalmu. Itu terlalu cepat untuk mengakhiri penderitaanmu."

Aku mengacak-acak rambutnya sambil memperhatikan tubuhnya dari atas hingga bawah. Perlahan aku mulai melucuti pakaiannya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Kau telah melakukan kejahatan pada beberapa orang, sebelum menghukummu atas kejahatanmu pada orang lain, aku akan memberi balasan untuk keadilanku dulu. Kau harus tahu, bagaimana rasanya ketika tubuhmu disentuh oleh pria yang tidak kau cintai."

AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang