Gerombolan kedua, secara tampilan membuat Wooseok langsung melabeli mereka sebagai pria - pria madesu (masa depan suram) karena mereka terlihat urakan, bahkan sepertinya semuanya punya tato. Walaupun Wooseok harus menarik penilaiannya karena melihat sepatu yang mereka kenakan lebih mahal dari gajinya selama dua bulan. Anak orang kaya pasti akan terus tetap kaya.

Sebenarnya anak anak yang berkuliah di kampus ini sekaya apa sih? Wooseok tidak habis pikir.

Asik memperhatikan gerombolan tadi tanpa bisa ia cegah, tatapannya tiba tiba beradu pada seorang pria yang tiba tiba langsung melangkah begitu saja kearahnya. Langkahnya tegas dan sebuah senyum diujung bibirnya tidak menghilang sama sekali, jujur, sikap pria itu membuat Wooseok tidak tahan untuk tidak mengernyitkan dahinya.

Ditatap dengan intense seperti tadi, jujur, Wooseok jadi gelagapan sendiri, ia belum siap. Satu satunya jalan yang bisa ia lakukan untuk menutupi keterkejutan dan ketidaksiapannya adalah berpura-pura mencari sesuatu di dalam tasnya.

Dari sudut matanya ia dapat melihat bahwa pria itu masih tetap berjalan kearahnya tanpa ragu dan penuh percaya diri, ia belum siap memulai penyamarannya, bisakah pria itu mendatanginya besok saja saat ia sudah siap? ini kan baru hari pertamanya. Ia baru berusaha beradaptasi.

Sayangnya pria itu sepertinya tidak peduli karna saat ini ia telah duduk didepan Wooseok menampilkan senyum yang lebih lebar dan anehnya terasa lebih ikhlas dimata Wooseok.

Ketidaksiapan Wooseok saat ini bukan tanpa alasan, pria yang kini menatapnya dengan lebih intense dan duduk tepat didepan mukanya adalah seorang Cho Seungyoun, anak salah satu orang terkaya di negara ini, pria yang juga sempat dimintai keterangan tentang kasus yang sedang ia selidiki, artinya ia terhubung dengan kasus ini. Pria yang kemungkinan adalah pelaku yang sedang ia cari.

"Kayaknya aku gak pernah liat kamu di kampus ini apalagi di kantin." Tanpa babibu, pria itu langsung mengutarakan isi kepalanya.

"Wow." Jawab Wooseok sekiranya diselipi sebuah senyum, sengaja Wooseok menampilkan senyumnya, senyum yang menurut Seongwoo bisa membuat pria manapun langsung bertekuk lutut didepannya.

Makanya Seongwoo sering marah jika mereka sedang keluar dan Wooseok bersikap baik pada orang lain. Katanya nanti orang lain akan mengartikan senyumnya sebagai hal yang tidak baik, hal yang tidak Seongwoo suka, mungkin itu juga salah satu alasan tidak banyak orang yang bisa melihat senyum seorang Wooseok. Dan Wooseok sadar Seongwoo melakukan hal tersebut karena ia terlalu posesif padanya, harusnya ia marah tapi Wooseok malah suka.

"Karna nggak mungkin aku nggak sadar kalau ada manusia semenarik kamu di kampus ini. Apalagi kamu sangat tipeku."

"Mau jadi pacarku?"Pertanyaan tiba tiba Seungyoun langsung membuat Wooseok tersedak capuccinonya. Wooseok tidak bisa menyembunyikan tatapan yang menyiratkan ketidakpercayaan atas apa yang baru ia dengar. Apakah pria didepannya ini gila? Itu pertanyaan pertama yang terlintas dibenaknya.

Sungguh wooseok ingin langsung mengatainya gila dan langsung berlalu dari hadapan pria itu, tetapi dilain sisi ia tau, misinya saat ini adalah mendapat informasi sebanyak mungkin tentang kasus ini dan karena si ikan sudah mencelupkan sendiri dirinya kedalam jaring, tidak mungkin Wooseok melewatkan kesempatan dan mengatainya gila atau menunjukan ke-woosatan-an nya.
Wooseok memilih untuk tertawa sebagai jawaban atas pertanyaan Seoungyoun tadi.

"Aku serius." Ucapnya lagi. "Kamu gak akan kekurangan apapun, dan aku akan ngasi semua yang kamu mau. Apapun. Jadi pacarku, hmm?" Suara tawa Wooseok semakin nyaring, kali ini ia tertawa dari hati. Dia tidak menyangka jika anak kuliahan di depannya ini akan segila ini.

"Karna kamu nggak ngejawab aku anggak kamu mau."

"No, Sorry" Cepat cepat Wooseok menjawabnya. Ia tau tipe tipe anak kaya seperti Seoungyoun selalu mengira semua bisa berjalan seperti keinginannya dan akan menurutinya. "gue lagi gak kepengen punya hubungan. Lagian gue ga kenal lu, lu juga ga kenal gue kan? Siapa tau gue penipu." Sambungnya lagi masih mempertahankan senyumnya.

"Oke! Kalau kamu memang mau saling kenal dulu. Kita mulai PDKT hari ini. Aku yakin kamu nggak akan menyesal setelah kenal aku." Sebuah senyum menyebalkan menghiasi sudut bibir Seungyon

Ditengah kebingungan Wooseok, Seongyoun langsung mengambil ponsel Wooseok yang tergeletak diatas meja, kemudian diarahkannya kedepan wajah Wooseok agar lockscreennya terbuka dan mulai memasukan nomer hp nya.

"Itu nomerku. Besok kamu ada kuliah?"

"Ada sih, jam 10." Jawab Wooseok reflex.

"Oke aku jemput jam 9. Kita sarapan dulu, aku nggak suka ditolak. The Moon Apartment kan?"Ucap Seongyoun setelah melihat kartu akses apartment Wooseok yang ia biarkan tergeletak diatas meja.

"Aku ada kelas, sampai ketemu besok. I'll miss you." Ucap Seongyoun tidak lupa mengusak puncak kepala Wooseok setelahnya, ia langsung meninggalkan Wooseok dengan kebingungan.

"Sebentar." Wooseok mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi.

"Sialan!" Desis Wooseok akhirnya.

TBC

Its okay love - Seungseok - seuncatWhere stories live. Discover now