1

475 58 3
                                    

Wooseok hanya dapat terdiam setelah membaca surat resmi tentang penugasan pertamanya. Bisa-bisanya dari sekian banyak detektif diinstansinya malah ia yang dipilih untuk menyelidiki kasus ini. Apa para atasan lupa jika ia hanya detektif baru.
Benar benar baru sebulan ia resmi jadi seorang detektif. Gajinya pun belum full 100%. Kalau kata senior di kantornya cat di badge (tanda pengenal)nya masih basah.

Bohong jika Wooseok tidak senang dengan tugasnya ini karna sebenarnya tugas yang ia terima melalui surat tadi adalah tugas yang selalu ia impikan, bahkan jauh sebelum ia memutuskan masuk ke akademi kepolisian, melakuakan undercover atau penyamaran.

Yang membuat Wooseok tidak habis pikir bukan karena tugasnya tapi lebih kepada kenapa harus ia yang menyamar sebagai seorang mahasiswa semester 4. Wooseok sudah muak harus belajar di dalam ruangan, ia hanya ingin bekerja di lapangan. bukan kembali berkuliah seperti ini. Yaa walaupun penyamaran ini termasuk pekerjaan lapangan hanya 'pura-pura kuliah' tapi Wooseok tidak suka jika ia tidak melakukan tugasnya, yang pura-pura itu dengan setengah setengah. Selama kuliah ia tidak pernah mendapat nilai dibawah A-, jadi jika ia harus menyamar sebagai mahasiswa nilainya juga tidak boleh dibawah itu, yang artinya ia harus belajar mati matian lagi. Memikirkannya saja sudah membuat Wooseok kesal.

"Kenapa harus jadi mahasiswa sih?" Gumam Wooseok kesal, tatapannya yang memang runcing jadi semakin runcing.

"Serem banget kak tatapannya."

Tiba-tiba si pemilik suara tadi menarik sebuah kursi disamping wooseok dan memamerkan senyum menyebalkannya pada Wooseok.

"Jangan ganggu gue dulu deh Gyul, plis, kepala gue lagi pusing." Wooseok memijit tungkai atas hidungnya.

"Asli kak, keliatan kayak patung." Bukannya mendengar perintah Wooseok pria yang tadi ia panggil dengan Gyul, Hangyul, malah mengeluarkan handphone dari saku celananya.

"Kak pose kayak tadi lagi dong, mau aku foto nih terus masukin ig."

Wooseok hanya menatap sekilas Hangyul sebelum beranjak meninggalkannya, lebih baik ia pergi daripada harus menghabiskan tenaga menghadapi Hangyul yang seorang taruna, adik tingkatnya yang sedang magang di kepolisian tempat ia ditugaskan.

"Kak kemana?" Wooseok hanya menghela napasnya setelah mendapati Hangyul sudah berjalan mengikutinya.

"Kantor Pak kepala. Kenapa? Mau ikut?" Hangyul tau kalau kakak tingkatnya ini sudah menggunakan nada suara seperti ini artinya ia sudah berubah menjadi woosatan dalam skala 85%, tapi bukan Hangyul namanya kalau langsung berhenti mengganggunya begitu saja.

"Pasti gara-gara masalah undercover ke kampus S kan kak?"

Wooseok langsung menghentikan langkahnya dan menatap Hangyul tepat dikedua matanya.

"Tau darimana kamu?"

"Dipanggil kamu, aku jadi baper loh kak." Bukannya menjawab pertanyaan Wooseok, Hangyul malah memainkan emosinya, Wooseok rasanya ingin memukul kepala Hangyul saat itu juga tapi karena ia tau mereka berdua sedang di kantor dan ayah Hangyul yang seorang Jendral itu membuatnya menahan diri dan malah mengusap kepala pemuda itu.

"Jawab sebelum kaki lu, gue patahin." Wooseok mengucapkannya sambil tersenyum dan Hangyul tau jika ini adalah wujud 100% seorang woosatan.

Hangyul terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum memutuskan menarik tangan Wooseok menuju rooftop kantor.

**

"Jadi lu denger ga sengaja pas lewat ruang meeting atasan." Sengaja Wooseok menekankan kata 'ga sengaja' dikalimatnya karena ia tau adik tingkatnya ini sebenarnya menguping.

Its okay love - Seungseok - seuncatWhere stories live. Discover now