2

313 54 5
                                    

Ternyata menyamar menjadi seorang mahasiswa tidak semengerikan yang Wooseok bayangkan. Mereka, teman-teman sekelasnya bahkan sudah memperlakukannya dengan 'cukup' baik. Saking baiknya mereka Wooseok jadi bingung sendiri, apa mereka tidak curiga dengan kemunculannya yang tiba-tiba seperti ini? Disaat perkuliahan sudah berjalan selama 4 semester. Mana ada transfer mahasiswa seperti transfer siswa di SMA. Tetapi tidak ada yang mempertanyakan hal itu padanya. Mereka sangat 'welcome' terhadap kehadirannya. Aneh.

Untungnya sampai detik ini belum muncul masalah atau hal aneh lain. Hal yang paling ia takutkan, bertemu Byungchan yang mantan kekasih Seongwoo, pacarnya saat ini.

Ya walaupun sangat wajar jika ia tidak bertemu dengan Byungchan, karena memang gedung jurusan kedokteran berbeda dengan jurusan bisnis. Kekhawatirannya memang terlalu berlebihan.

Setiap mengingat seorang Byungchan, Wooseok tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya kenapa pacarnya bisa putus dari Byungchan. Pria itu pria yang baik, jauh lebih baik dibanding dirinya yang sering berubah menjadi woosatan kalau kata Hangyul. Selain itu keduanya dari latar belakang yang sama. Seongwoo yang dokter dan Byungchan yang calon dokter. Kenapa Seongwoo malah memilih dirinya yang hanya seorang polisi? Kenapa?

Sayangnya harga diri wooseok yang sangat tinggi tidak mengijinkannya untuk menanyakan pertanyaan itu langsung pada Seongwoo. Mana mungkin ia mengutarakan pertanyaan itu. Ia tidak mau terlihat seperti seseorang yang lemah dan penuh ke-insecure-an, walaupun sebenarnya begitulah dirinya.

Mood Wooseok langsung jadi buruk.

"Silakan pesanannya." Suara seorang pelayan yang berdiri depannya membuat lamunan Wooseok langsung buyar, dengan gelagapan dipinggirkannya gelas berisi cappuccino diatas meja, memberikan ruang untuk makanan yang akan disajikan si pelayan.

"Spagetti bolognese kan?" Sambung si pelayan dengan ramah, Wooseok hanya membalas dengan sebuah senyum dan anggukan kecil.

Kedatangan pelayan tadi membuat Wooseok jadi sadar niat dan tujuan utamanya datang ke kantin, ia kesini bukan untuk merenungi hubungannya dengan Seongwoo tapi untuk penyamaran dan mengumpulkan informasi.

Saat pertama memasuki kantin tadi, Wooseok sempat takjub. Bagaimana tidak jika keadaan kantinnya tidak berbeda jauh dengan food court yang biasanya ada di mall mall besar ibukota. Keterkejutan Wooseok tidak berakhir hanya sampai situ, saat melihat harga yang tertulis di buku menu, yang setara dengan harga restautan ternama ia rasanya langsung kenyang. Membayangkan jika saja misi ini harus dikerjakan dengan uang pribadinya, Wooseok akan memilih membuat bekal saja dari rumah, ia tidak sanggup. Terlalu mahal untuknya jika tiap hari harus makan ditempat ini. Untunglah semua expenses selama menjalankan misi dibebankan pada kartu kredit kantor. Jika tidak, rencana liburannya bisa batal.

Ia memutuskan untuk menginatai di kantin karena siapapun tau bahwa informasi biasa berputar di tempat makan.

Sedang mengamati kondisi kantin, Wooseok jadi sadar jika ada 2 gerombolan berisi 5 orang yang sepertinya menguasai tempat ini. Aura mereka berbeda. Memang banyak gerombolan lain, tetapi Wooseok tidak bisa tidak mencurigai dua gerombolan ini. Dominasi kedua gerombolan ini terlalu kuat.

Gerombolan pertama berisi sekumpulan pria dengan pakaian rapi dan jelas bermerk, Wooseok yakin kemeja yang mereka kenakan adalah produk limited keluaran givenchaa, chennal, atau gucsi. Yang tidak mungkin Wooseok beli dengan gajinya sekarang, kecuali nanti jika ia menikah dengan Seongwoo yang kaya raya.

Tanpa sadar Wooseok jadi tersipu malu sendiri dan mengatai dirinya sendiri dengan sebutan matre. Tentu saja dalam hati. Wooseok cukup tau diri jika ia sedang ditempat umum. He must behave. Yang tidak ia tau, sejak tadi seorang pria disalah satu gerombolan memperhatikannya dengan intense.

Its okay love - Seungseok - seuncatWhere stories live. Discover now