Two and only

1.5K 168 8
                                    

"Apa lagi yang bisa kau jadikan alasan,Namjoon?! Apa kau menyadari setiap kita bertengkar,selalu Jimin yang menjadi penyebabnya?!" Bentak Seokjin hingga napasnya terengah-engah.

"Bukan Jimin yang salah,kau saja yang terlalu mengekang ku! Harusnya kau sadar,Jimin lebih baik. Dia lebih pengertian ketimbang kau yang egois!" Teriak Namjoon tepat di hadapan wajah Seokjin.

Seokjin hanya bisa terpaku. Selama bersama Namjoon,pria itu bahkan tidak pernah berani meninggikan suaranya satu oktaf pun.

Benaknya tidak dapat mempercayai apa yang barusan ia dengar. Namjoon bahkan memuji pria lain di hadapannya dan merendahkan dirinya.

"Jika kau masih mengekang ku seperti ini dan berbicara buruk tentang Jimin. Lebih baik kita akhiri hubungan ini" ucap Namjoon dengan nada dingin dan matanya yang memincing tajam. Ucapannya menusuk tepat di hati Seokjin dan itu sangat menyakitkan.

Matanya hanya bisa menatap nanar Namjoon. Ia bingung. Apa prianya begitu buta untuk dapat mengerti arti tatapan Jimin yang begitu memujanya?

"Kumohon jangan akhiri hubungan kita,Joon. Maapkan aku,seharusnya aku tidak egois seperti tadi" tangis Seokjin pecah di hadapan Namjoon. Ia terduduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu. Ia tidak mau melepas prianya,bagaimana pun Namjoon adalah cinta pertamanya dan akan selalu begitu.

Namjoon pun melangkah melewati Seokjin dan berjalan menuju kamarnya.

"Besok Jimin akan datang kesini. Ku harap kau bisa menyambutnya dengan baik" lalu hanya terdengar suara pintu yang di tutup cukup keras.

Rasa sesak memenuhi relung hatinya dan ia hanya bisa menangis tertahan sambil menutup mulutnya. Meredam tangisnya yang sungguh meledak dan air matanya yang tidak dapat berhenti untuk tumpah.

Sementara di dalam kamar.

"Bagaimana sayang?"

"Tenang saja. Seokjin sudah tunduk di bawah kaki ku. Jangan khawatirkan apapun,Jim. Aku mencintai mu"

"Akhirnya.. aku mencintai mu kuga Hyung"

.

.

.

.

.

.

"Jadi, ternyata kau lebih memilih untuk hidup bersama Jimin dibandingkan aku, Joon?" tanya Seokjin sembari mengusapkan sebilah pisau tajam pada leher jenjang Namjoon, "Kau sadar siapa yang selama ini selalu ada untukmu?" lanjutnya lagi sebelum menduduki tubuh pria tinggi yang sedang terikat pada sebuah tiang besar itu.

"Aku mencintaimu, Namjoon. Namun jika memang bersama Jimin adalah bahagiamu, maka akan kukabulkan keinginanmu itu." ucapnya dengan sebuah seringai lebar sebelum menusuk leher pria itu kuat-kuat. Darah segar mengalir deras dari luka besar yang mengangga disana. Seokjin kembali memamerkan senyum kejamnya sembari terus menatap Namjoon tajam.

Erangan kesakitan yang ingin keluar dari tenggorokan Namjoon teredam oleh sebuah kain yang disumpalkan Seokjin pada mulutnya.

"Ah, Namjoon. Semoga kau bertemu dengannya disana, sayangku."

End

Aku uda mutusin,ini book aku bikin untuk one shoot ku aja ketika aku lagi muak ama Clandestine.

Dan yang bagian bunuh-bunuhan itu hasil karya si ka MantanNamjoon

Ga ngerti aku,disuruh buat angst malah bikin gore. Dia doang emang yang bisa hahahahhah.

Oh iya,ini juga book bakal di isi sama kreatifitas temen2 ku yang punya ide oneshoot.

Siapa tau nanti mereka bisa berani buat nulis yah..

Genealogy of Red,White and Black (NamJin)Where stories live. Discover now