"Apa kau punya bukti yang kuat?" Zealda kembali bersuara dengan nada curiga sementara aku menatapnya lekat.

"Aku memiliki saksi bahkan aku mendengar sendiri pembicaraan mereka," jawabku jujur dan yakin.

"Lalu...bagaimana keadaan Aleea sekarang?" tanya Liz antusias. "Kau pasti bisa membebaskannya kan?"

Aku menelan ludah dan tertegun dengan rasa takut. "Aleea...ada di sini," jawabku sambil menunjukkan peti yang kupegang.

Zealda dengan sigapnya langsung merebut bingkisan di tanganku dan membukanya bersama Liz, sementara aku sudah memalingkan wajahku dengan tertunduk takut dan sedih. Dan benar saja, Liz langsung menjerit sementara Zealda menatapnya nanar.

"Valen, Aleea..." ucapan Zealda menggantung.

"Aku...tidak pernah menginginkan hal ini terjadi pada Aleea. Semua ini diluar kuasaku," gumamku parau. "Maaf karena aku tidak bisa melindunginya."

Kulihat Liz mulai meracau sambil meremas rambutnya dan terduduk di tanah.

"Kumohon jangan keluar! Lavina tidak boleh tahu! Komohon Lavina jangan sampai tahu!" Ia terus meracau seolah-olah sedang menahan sesuatu dalam dirinya. "Dia bisa marah dan membunuh siapa saja!"

Aku segera menenangkan Liz sebisaku tapi ia tidak mau diam seperti orang kerasukan. Aku tahu, ia sedang menahan Lavina sekuat tenaga agar tidak menggantikan dirinya.

"Jika kau ingin menangkap Sarah, pergilah ke danau di dekat hutan," ujar Zealda dengan nada dingin seperti menahan geram. "Biar aku yang mengurus Liz."

"Tapi Zealda, aku tidak bisa meninggalkan Liz dalam keadaan seperti ini dan..."

"Pergi!" bentaknya. "Penuhi sumpahmu pada Aleea."

Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya melesat pergi meninggalkan Zealda dan Liz. Aku memberi aba-aba pada pasukanku agar segera mengikutiku sembunyi-sembunyi dan mereka menaatiku dengan patuh.

Danau dekat hutan, ya aku melihatnya. Tempatnya tak begitu jauh dari wilayah penduduk dan tempat ini begitu sepi tapi aku melihat dua sosok berada di sana, Sarah dan Velian. Aku mencabut pedangku dan melesat langsung kearah Sarah yang sedang lengah dan sialnya pedangku ditahan oleh pedang lain. Butuh waktu untuk menyadari bahwa yang sedang menahan seranganku adalah Velian.

"Valen?"

"Menyingkirlah," sahutku dingin.

Bukannya menyingkir, Velian justru menyerangku balik meskipun serangannya tidak bermaksud untuk melukaiku.

"Ada apa denganmu?" tanyanya.

"Kenapa? Apa kau juga berpikir bahwa aku bekerja sama dengan putra mahkota untuk menangkap kalian?" jawabku dengan pertanyaan sinis.

Velian mengerutkan kening dengan ekspresi dingin khasnya lalu bergerak dengan sangat cepat memutar tanganku ke belakang dan mengunci pergerakanku. Aku berusaha melawan untuk melepaskan diri tapi tangannya terlalu kokoh.

"Aku datang kemari untuk menangkap Sarah!" semburku. "Dia yang memberitahu hubungan kita pada putra mahkota dan menjebak Aleea, lalu meyakinkan putra mahkota bahwa Aleea adalah kau!"

"Aku tahu kau membenciku tapi aku takan membiarkanmu menuduhku seperti itu!" tepisnya.

"Velian tolong lepaskan aku. Biarkan aku menangkap gadis itu untuk melakukan tugasku," pintaku pada Velian.

"Velian, aku tidak melakukan apa yang dia tuduhkan." Sarah berusaha membela diri.

Aku tidak ingin berdebat terlalu lama, yang perlu kulakukan adalah menangkapnya.

AssassinWhere stories live. Discover now