XXXXXII. Insecure (Drabble)

628 57 30
                                        

Note:
Special Nayuta's family;
Daddy Yuta, Mommy Winwin, Renjun Gege & Chenle Didi.

Kindly reminder, This is Genderswitch fanfiction!

Kindly reminder, This is Genderswitch fanfiction!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rasanya ayah pengen tinggal di Arab."

"Emang kenapa... yah?"

"Biar mama kamu itu pake cadar."

Renjun tersedak menahan tawa begitu mendengar ucapan sang ayah yang begitu menggelikan.

"HAHAHAHAHA ngapain sih yah?" Sambung Chenle, yang sedari tadi asyik menghabiskan french fries-nya.

Yuta berkacak pinggang sembari tak terima melihat kedua anaknya menertawakan kecemburuannya. Padahal, saat ini ia tengah dilanda cemburu buta.

Tentu saja hal ini akibat dari sang istri yang pergi reuni, dan mau tidak mau pasti bertemu dengan mantan kekasihnya.

"Yaudah sih yah, pusing pusing amat. Mending ayah duduk sini, makan dulu. Mama pasti pulang kok." Kata Renjun, mempersilahkan sang ayah untuk duduk di kursi makan.

"Tck! Njun, kamu tuh gak ngerti. Ini urusan orang tua." Sewot Yuta.

"Ya Tuhan, ayah sama mama kan sudah menikah sejak lama. Lagian ayah udah tua, kenapa masih cemburuan aja sih." Sambung Chenle.

Yuta mengusak surai gelapnya jengkel. Ia kesal mengapa kedua anak remajanya itu tak ada yang mau mengerti.

"Kalian berdua ini kenapa gak ada yang dukung ayah?!"

"Habisnya... mama lebih cocok sama om Kun daripada sama ayah. Hehe, maaf ya yah." Chenle menyahut.

"Sembarangan kamu! Untung anak ayah, kalau bukan udah ayah jadikan pecel." Rutuk Yuta.

Setelahnya pun hanya terdengar Yuta yang ditertawakan oleh kedua anak lelakinya.

.

Jam menunjukan pukul 8 malam, dan wanita berparas cantik itu pun akhirnya pulang.

Pas sekali. Saat Winwin masuk, Yuta tengah bersidekap di kursi tamu.

"Sayang? Kok mukanya ditekuk begitu istri pulang?" Sahut Winwin.

"Ah, nggak. Perasaanmu aja kali." Timpal Yuta, dingin.

Winwin mengernyitkan dahinya kemudian melangkah mendekat kearah sang suami, lalu mendudukan dirinya di sofa yang sama—sambil mengusap bahu sang suami.

"Ada apa? Kamu lucu deh kalau ngambek begini, kaya anak kecil." Ujar Winwin.

Yuta menepis lengan Winwin, lalu tak menghiraukan sosok imut itu.

"Tck! Ada apa sih, Yut? Kok diem diem aja sama aku? Bukannya disambut, dikasih air minum, dikasih ciuman... hmph! Kesel." Rutuk Winwin.

"Ya mintanya sama Kun aja sana." Yuta menimpali dengan santai.

Winwin menoleh, lalu mengusung senyum—rupanya Yuta cemburu pada sosok Kun, yang merupakan mantan kekasih Winwin selama duduk di bangku kuliah dulu.

"Cemburu ya?" Tanya Winwin, lalu mempersempit jarak diantara keduanya—memeluk Yuta dari samping.

"Gak tau, Win." Timpal Yuta, berusaha untuk tak tergoda.

Cup.

Winwin mengecup pipi Yuta singkat, lalu terkekeh pelan—membuat Yuta sedikit terperangah.

"Belum cukup?"

Yuta menoleh, lalu tersenyum kecil. "Ya... gimana."

Winwin meraih lengan Yuta dan menyimpan telapak tangan suaminya itu tepat di perutnya yang sedikit membuncit, seraya pun tersenyum.

"Kamu lupa ya?" Tanya Winwin.

Yuta menggeleng pelan, lalu mengusap perut Winwin dengan lembut. "Nggak, aku nggak mungkin lupa."

"Jangan cemburu lagi, kasihan bayinya. Bayi gak suka lihat ayah cemburu sambil cemberut! Ayo ayah, senyum!" Seru Winwin, menirukan suara anak kecil.

Yuta yang semula memasang wajah tak senang itu pun berangsur membaik; kini ia memasang senyum terbaiknya, yang merupakan senjatanya menaklukan Winwin. Sambil mengusap perut Winwin, tak lupa ia mengecup pula kening dan juga bibir cherry sang istri.

"Maaf aku bertingkah seperti tadi, Win." Sesalnya.

Winwin menggeleng, lantas menangkup kedua belah pipi Yuta dengan telapak tangannya. "Udah ya? Gak boleh cemburu. Aku udah punya kamu, dan gak ada laki laki lain yang bisa hidup di hatiku selain kamu."

Yuta tersenyum sambil mengusap telapak tangan Winwin yang menangkup pipinya. Ia mengecup jemari cantik itu, dan berakhir dengan kecupan lembut di perutnya.

Winwin dengan sengaja membuka tali pada dress yang dikenakannya, sehingga perempatan dadanya terlihat; sepasang buah dada yang sintal itu terlihat hampir keluar dari tempatnya.

Yuta langsung meremas kedua bongkah payudara yang bulat itu dengan gemas, lalu menggesekan penisnya ke area kewanitaan Winwin.

"Aahh! Mmhm... pelan pelan." titah Winwin, selepas lenguhannya terdengar lirih.

"Mana bisa aku pelan pelan kalau kamu menggoda seperti ini..." timpal Yuta, sambil menciumi permukaan leher dan dada Winwin—membuat wanita itu mendongakan kepalanya memberi akses pada sang suami untuk menandainya.

"Mama! Kok udah pulang gak bilang bilang?!" Teriak Chenle, langsung menginterupsi kegiatan kedua orang tuanya—ia pun buru buru menyergap sang ibu; memeluknya dan mendorong mundur sang ayah.

"Eeh? Mama kira dedek sudah tidur?" Balas Winwin, memeluk Chenle dan mengusap surainya dengan lembut.

Chenle menggeleng, "aku gak bisa bobo kalau gak sama mama."

Winwin tersenyum dan mengangguk, "okay, beri mama waktu 15 menit untuk mandi dan ganti pakaian. Habis itu kita bobo ya?"

Chenle mengangguk entusias, sambil menjulurkan lidahnya ke arah sang ayah. "Bye kucing mesum."

Yuta membelalakan matanya dan hendak mengejar Chenle yang baru saja berkata tak sopan—putranya itu langsung berlari dan mengunci diri didalam kamar.

Grep.

"Gak sampai satu jam juga Chenle sudah tidur kok. Jadi sisanya aku habiskan sama kamu ya? I'm promise you can fuck me more than fifty rounds." Bisik Winwin di telinga Yuta, kemudian berakhir dengan mengecup bibir sang suami dengan gemas.

Yuta pun tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kalau dia mesum terus sama saya kan jadinya enak, hehe."

End.

He-StoryWhere stories live. Discover now