PHP Part 10

28.3K 1K 21
                                    

Dimitia POV

Miko,Miko, Miko......nama itu terus menerus menari di pikiranku yang jujur saat ini sedang  BINGUNG....

Bukan aku lebih suka dia bersikap jahat atau kasar, bukan seperti itu. Tapi dengan segala kebaikan dan sikap baiknya aku justru semakin merasa tidak memahami maunya.

Dalam waktu yang tidak berselang jauh, aku bisa menyaksikan sendiri variasi ekspresi yang sebelumnya kuanggap mustahil aku temukan.

Senyumnya, begitu manis, tulus dan seperti gelagat seorang anak usia lima tahun yang diberi lollypop.

Menularkan kebahagiaan bagi yang melihat. Contohnya ketika saat dia lupa membawa dompet, raut wajahnya seperti tegang bercampur malu dalam waktu bersamaan, tapi ketika aku mengeluarkan credit cardnya yang memang selalu berada di dompet dan kubawa  kemanapun, dia tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

Padahal aku sudah bilang itu juga miliknya dan hanya dititipkan padaku, tapi tetap saja dia membantah dan mengatakan aku sudah menyelamatkannya dari rasa malu kepada pelayan restoran.

Ada-ada saja bukan.

Berlebihan memang, tapi dari ceritanya dia memang dibiasakan untuk selalu berterima kasih kepada orang lain sebagaimanapun bentuk bantuan yang diberikan.

Ahh aku jadi mengingat Mama Mayang, dia seorang ibu yang sangat baik dalam mendidik anaknya, walaupun ibuku pun tak kalah hebat. Tapi kehadiran mama Mayang mampu mengurangi sedikit rasa rinduku pada ibu. Lain waktu aku pasti minta Miko untuk mengajakku bertemu mamanya juga papa mertuaku yang sampai saat ini belum pernah kutemui sama sekali.

Hanya saja ada satu hal yang kurasa tidak beres terjadi padanya. Sewaktu kami berbincang tentang kekuarganya, dia sama sekali tidak menyebut tentang Papanya. Yang disebut hanya Mama yang pandai memasak dan merajut, mama yang selalu memanjakannya, Haru yang sifatnya hampir mirip denganku, yang sangat menyukai masakan Indonesia. Dan masih banyak hal lain yang kami bicarakan. Tapi seperti yang kukatakan, dia sama sekali tidak membahas Papa.

Ketika aku bertanya "kalau papa orangnya seperti apa, pasti mirip yaa denganmu" ia menoleh ke arahku laku rahangnya seperti mengeras dan wajahnya kaku. Matanya memancarkan raut kesedihan dan marah yang mendalam. Setelah itu, dia sama sekali tidak berbicara dan memilih masuk ke kamarnya. Meninggalkan aku yang terbengong di depan TV.

Kuingat-ingat sepertinya tidak ada kata-kataku yang salah. Apa tidak boleh seorang menantu yang menanyakan kabar Papa mertuanya?

Aku jadi sadar, Miko bukan orang yang mudah ditebak dan di mengerti. Selalu ada hal yang diluar nalar jika tentangnya. Jika seperti ini aku pasti berpikir dua kali untuk bertanya padanya. Salah bicara lagi bisa-bisa nyawaku taruhannya.

Ah lupakan sejenak tentang dia, orang aneh.

Kulirik kearah jam yang menempel di dinding, hari sudah menunjukan pukul 23.00. Tapi rasa kantuk belum juga menyerang, acara TV juga tidak banyak yang menarik perhatian. Aku memutuskan untuk bermain game burung pemarah di ponselku.

Ketika kunyalakan ponsel yang memang sengaja ku matikan tadi aku menemukan 1 pesan dari nomor tidak dikenal.

"kenapa hari ini tidak masuk?"  Pesan masuk ini dikirim satu jam yang lalu dan tidak ada nama pengirim.

Cukup penasaran kutik balasan dan mengirimnya dengan segera

"ini siapa?"  sambil menunggu balasan sms aku melanjutkan permainan, namun tidak sampai satu menit ada tanda pesan baru masuk.

"oh iya aku lupa menulis namaku, Dylan yang paling tampan. hahaha" kurang lebih seperti itu isi balasannya. Dylan? dia tahu darimana nomor ponselku?

Pernikahan Hitam PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang