I. Bertemu dengannya

7.4K 998 204
                                    

Suara langkah kakiku menggema disetiap penjuru koridor sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kakiku menggema disetiap penjuru koridor sekolah. Ah sial, aku selalu membenci tatapan yang mereka berikan padaku. Tatapan yang penuh dengan rasa kekaguman yang dibumbui oleh rasa iri dengki.

Aku tahu semuanya, percuma kalian memasang topeng-topeng itu untuk mengelabuiku!

“Bedebah itu, yang benar saja...”

“Kenapa lagi?”

Yuna yang berada disampingku langsung menyahut, well... hanya dia temanku di sekolah.

“Mereka pergi lagi setelah tadi malam bertengkar dan hampir saling membunuh.”

“Hey, kau tidak membohongiku bukan?!”

“Bercanda.” Jawabku kemudian terkikik geli melihat ekspresi yang Yuna berikan.
“Mereka pergi bekerja lagi dan kali ini dalam tempo yang lebih lama. Enam bulan mungkin?”

Yuna menggelengkan kepalanya, “Serius?! Kalau kau merasa kesepian di rumah kau bisa hubungi aku, jangan menyendiri di rumah terus-terusan!”

Meletakkan ponsel di saku rok, aku menatap wajah Yuna yang kini juga menatapku tapi dengan ekspresi khawatirnya.

“Sudahlah, tidak usah khawatir... Aku masih memiliki Coco di rumah untuk menjadi temanku.” Jawabku sembari mengibaskan tangan di depan wajahnya.

Yuna menepuk punggungku dengan tenaga yang ia punya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang sampai membuatku meringis karena sakit.

“Ya! Kau mau menyiksaku hah?!”
Mengabaikan aku yang mulai kesal padanya, Yuna langsung berjalan mendahuluiku dengan mulut yang sibuk mengomel.

Aku tahu...

Sangat tahu.

Dirinya teramat sangat mengkhawatirkan aku yang tidak memiliki waktu yang berharga dengan orang terdekatku.

Sebisa mungkin aku mengejar langkah kaki Yuna yang berjalan jauh di depanku. Hanya Yuna yang tulus mengkhawatirkan aku.

Bukannya aku anti sosial atau apa... Hanya saja, semuanya terlihat memuakkan di mataku.

Mereka seolah ingin memanfaatku dengan kekayaaan yang aku miliki. Ralat, orang tuaku.

Yuna ini sahabatku sejak taman kanak-kanak. Entahlah apa motivasi kami bersahabat selama itu dan selalu berada di sekolah yang sama.

Yah... walaupun kami tidak pernah mendapatkan kelas yang sama, kami selalu menyempatkan untuk menghabiskan waktu istirahat bersama seperti saat ini.

“Ally, hari ini kau langsung pulang atau ikut denganku ke perpustakaan kota?”

“Langsung pulang. Aku mau bermalas-malasan dengan kasur empukku hari ini.”

“Dasar anti sosial.”

Shadow | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang