Awalnya Semua Sama

1 0 0
                                    


Semua sama-sama membangun pondasi dari awal. Walau cetak biru pondasinya akan berbeda tergantung arsitek yang menangani. Aku bersyukur, arsitekku adalah arsitek terbaik. Mereka menyiapkan diriku dalam benteng yang telah berfondasi kuat. Mental, spiritual, dan fisik dibangun dengan ragam bata yang kuat. Aku tidak tahu berapa modal yang disiapkan, aku hanya tahu kalau aku beruntung.

Tapi tentu saja, kekuatan benteng diuji bersama dengan komandan di dalamnya. Karena sebaik-baiknya benteng tetap butuh penggerak.

Semua salah ini... murni milikku. Murni tanggung jawabku. Saat perang tidaklah adil bagi komandan untuk menyalahkan benteng yang tak kokoh akibat salah instruksi. Dan kesalahan terjadi bukan di awal, melainkan dalam perjalanan.

Bentengku sepi. Pengunjung jarang bertamu ke dalamnya. Banyak yang salah sangka dengan tampilan, banyak yang tak siap dengan kelakuan komandan, dan tidak banyak yang bisa duduk bercakap tuk membahas sendi kehidupan. Lantas, waktu terus berlalu. Komandan hanya mendapat sekelumit dari dunia.

Tapi kupikir itu tidak masalah. Ternyata aku salah besar.

Sungguh ketiadaan pengunjung membuatku tidak bisa melihat dunia lebih luas. Ketiadaan mereka menjadi awal ketidakmampuan untuk cakap bicara. Kehilangan mereka menyebabkan kematian empati. Atau... mungkin lebih tepatnya ignoran pada kondisi. Dan mungkin lucunya, ketiadaan mereka membuatku bertanya "apa aku ada?", "apa manfaatku?", dan "untuk apa aku hidup?"

Absennya mereka kadang membuatku sadar banyak kesalahan yang harusnya bisa kuhindari bila diingatkan.

Aku jadi sulit percaya siapapun. Sungguh, perlahan kulihat benteng luarku retak. Mungkin itu sebabnya pengunjung jarang datang. Tapi aku saat itu merasa menunggu penyelamat; seseorang yang mau menerimaku apa adanya, seseorang yang mau memasuki bentengku, lalu mengatakan mereka terkesan.

Aku bertemu dengan beberapa. Tapi... pengalaman sepinya pengunjung membuatku bingung menghadapi mereka. Sehingga, aku merasa yakin bahwa asalkan mereka hadir maka mereka sudah senang.

Tentu saja aku salah. Adab perjamuan adalah sesuatu yang dipelajari dan akan berbeda setiap tempat. Dan sungguh walaupun berbeda, intinya selalu sama. Jangan tinggalkan tamu seorang diri dalam tempat yang tidak diketahuinya. Bentengku bisa jadi dianggap sebagai labirin besar yang menakutkan padahal sesungguhnya mungkin lucu.

Entah apa itu harusnya jadi alasan. Tapi bila terus terulang maka pastilah kukatakan itu tabiatku. Itu topeng yang kusuka dan kunikmati. Aku tidak belajar. Sungguh menyedihkan. 

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Aug 20, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Benteng Yang Mulai RuntuhDonde viven las historias. Descúbrelo ahora