tiga: kepikiran

1.1K 244 15
                                    

your name





Hyunsuk menepuk bantal gulingnya. Dia jadi susah tidur gara-gara memikirkan nasib percintaannya.








Kadang Hyunsuk merasa tak setuju jika percintaannya harus menuruti nama dari sebuah tato. Oh, ayolah! Jaman sudah modern! Jika pertunangan sudah jarang, harusnya hal seperti ini pun tidak usah dipercaya.








Hahaha, sayangnya Tuhan tidak mengizinkan itu.








Bila mengingat kejadian Seunghun tadi, Hyunsuk percaya pasti akan bertemu dengan soulmate-nya lagi. Tapi, kapan tepatnya? Seunghun saja harus melewati setengah tahun dan demam selama satu minggu untuk bertemu kembali dengan soulmate-nya yang ternyata bekerja paruh waktu di mini market dekat rumah teman sendiri.









Gila memang. Tidak ada yang tahu.








Oh, kalau diingat-ingat pun Yohan belum mendapatkan tatonya sama sekali. Yang berarti dia belum bertemu sama sekali dengan soulmate-nya.











Bagaimana jika tau-tau Yohan bertemu saat umurnya terlampau tua? Aduh, memikirkannya saja Hyunsuk tidak mau. Masalahnya Yohan pasti akan mengadu dan mengeluh sana sini.










Hm, kalau diingat juga, Sihun sudah mendapatkan dua inisial nama soulmate-nya, tapi sampai sekarang pun ia masih tidak tahu siapa. Ha, lelaki beruntung bermarga LH mana yang menjadi soulmate Sihun?











"semoga bisa bertemu secepatnya," gumam Hyunsuk lalu mulai menyelam di dalam lautan mimpi.












.
.
.





"oh, shit! Hyung kenapa ga bangunin gue!?" protes Byounggon yang terburu-buru menaruh selai pada rotinya.










"bodo amat gon, alarm lo lima kali bunyi, pintu kamar lo berkali-kali gue ketok, badan lo berkali-kali gue goyangin. Mati apa tidur gon?"









Byounggon mencebik lalu memasukan roti ke dalam mulutnya, "duluan Hyung!"








Byounggon dengan buru-buru turun dari apartemen sederhananya dan Woong menuju ke parkiran, memakai helm, dan melajukan motornya dengan kecepatan cukup kencang.









Dia lupa kalau hari ini ada kuis dari dosen killer. Huh, semoga Byounggon akan baik-baik saja. Baik nilainya, juga nyawanya.






.
.
.







"sial, ga tau apa-apa gue anjir," Byounggon menggerutu begitu ia dan sahabatnya mendudukan diri di kantin seusai kuis.









Donghyun yang pertama berdiri untuk memesan makanan, sementara yang lain sedang memikirkan mau brunch apa.









"kenapa lo? Tumben banget lupa," tanya Yuvin








Byounggon menghela napas. Dia kemudian menggulung lengan kemejanya, dan memperlihatkan tato yang baru saja ia dapatkan tempo hari.









"ah anjir gue keduluan," umpat Yuvin tidak senang. Iya, dia belum mendapatkan tatonya sama sekali.










"lo tau ga orangnya?" tanya Donghyun yang sudah selesai memesan, cepat kali ya.










"kayaknya tau, tapi ga tau,"









"gimana sih!" protes Yuvin lalu berangkat dari duduknya, ingin memesan.








"mau apa lo biar gue pesenin?" tanya Yuvin







"samain aja sama lo," jawab Byounggon seadanya.









Donghyun memperhatikan pergelangan tangan Byounggon lalu berganti menatap Byounggon yang entah kenapa sudah seperti kehilangan setengah nyawanya. Donghyun terkekeh membuat Byounggon menoleh dengan bingung.









"kenapa lu ketawa?"







"lucu aja Gon liat lu rusing sendiri. Gue jadi inget gue dulu, kepikiran mulu sampe rasanya takut aja ga akan ketemu doi,"








Byounggon hanya melengkungkan bibir, "lo sih enak tetangga sendiri,"








Donghyun hanya terkekeh. Yah, kalau beruntung seperti Donghyun sih enak. Sudah cinta pertamanya sendiri, ehh tetanggaan lagi.








"doain aja Gon. Ga akan jauh-jauh kok. Tapi gue penasaran, lu gimana pas dapet itu huruf C?"








Byounggon menghela napas. Ia mengingat-ingat kejadian kemarin, bagaimana ia tiba-tiba saja mendapatkan tatonya.







"kemaren tuh gue emang banyak ke mana-mana dan ketemu orang sih, Hyun. Tapi, cuma satu orang yang bikin gue curiga itu dia,"








Donghyun mengangguk mendengarkan. Byounggon mengacak rambut lalu menyandarkan wajahnya pada tangan.








"gue ke supermarket terus gue ga sengaja nabrak dia tuh, dianya malah kayak linglung kaget gitu dan natapin gue terus. Tapi sama guenya gue biarin aja karena gue ga ngerasain apa-apa, ehh pas jalan lumayan jauh dari supermarket gue langsung ngerasa pusing,"








Donghyun mengangguk lagi, "lo inget wajahnya?"








Byounggon menghela napas, "inget-inget lupa sih, soalnya gue ga terlalu peduli juga kan. Ya, maksudnya mana gue tau gitu dia tuh siapa,"









Donghyun cuma mengangguk, lalu menatap Byounggon. Lelaki yang menjabat sebagai sahabat Byounggon selama lima tahun itu tersenyum.









"gapapa, pelan-pelan aja. Jangan terlalu dibawa pikiran Gon, yang ada lu stress,"









"emang top markotop bener sahabat gue satu ini. Lain sama si ono,"









"siapa, huh? Gue?" tanya Yuvin sedikit tersinggung. Ia membawa nampan berisi dua mangkuk naengmyeon. Satu untuknya dan satu untuk Byounggon.









"ehh, sayang bukan kamu kok,"










"geli Gon, gue sirem juga pake kuah,"










"ampun paduka,"











your name

tbc






Hmm, akan sangat membosankan sepertinya :(

[✔️] your name ; gonsukUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum