Menggeleng, Kun kembali memusatkan pandangan pada wajah Taeyong "Karena aku tahu, dia hanya menganggapku fansnya, bukan pria yang mengejar cintanya."

"Tapi kau masih punya kesempatan untuk merebut hatinya Kun," Taeyong berucap lembut, sedikit kasihan dengan sahabatnya yang terlihat begitu hancur.

Pria berdarah China itu memejamkan mata sejenak, mencengkeram kuat dadanya yang semakin terasa perih saat mengingat kejadian tadi. "Taeyong, harusnya kau memberi Jaehyun kesempatan," ucapnya lalu menatap lamat si mungil "dia menganggapmu kekasihnya, dan aku tahu kaupun masih menyukainya."

"Tidakㅡ"

"Jangan menyangkal," Kun tersenyum miring "harusnya kau merasa beruntung, diluar sana banyak fans yang ingin memilikinya. Tapi lihat, siapa pilihan Jaehyun?"

Taeyong terdiam,

"...kau Taeyong, hanya kau."

Kun menepuk pelan bahu sahabatnya "Jangan bertindak gegabah dan kekanakan, dengarkan penjelasan orang lain selagi ia masih berjuang untuk memberimu alasan untuk bertahan."

"Tapi bagaimana denganmu? Apa kau akan mengikhlaskan Ten?" Cicit Taeyong.

Tersenyum tulus, Kun mengangkat bahunya sebelum menghela nafas lega "Setidaknya aku telah berusaha untuk mendapatkannya," ia berbaring menyamping "aku menyerah bukan berarti aku kalah, tapi aku ingin orang yang kusukai bahagia."

"Bijak sekali sahabatku ini," cibir Taeyong namun mulutnya dijepit dengan jemari Kun.

"Maka dari itu, datanglah pada Jaehyun," katanya "tak selamanya ia akan mengejarmu."

Kun menatap kosong kearah lain "Setiap orang memiliki batas kemampuan yang berbeda - beda. Bisa saja Jaehyun akan menyerah tanpa kau sangka."

"Baiklah, kau menang," pasrah Taeyong sebelum ikut berbaring menyamping dan membelakangi Kun. Diam diam ia memimirkan ucapan sahabatnya itu.

Jika boleh jujur pada nuraninya, ia tak semarah itu atas ucapan Jaehyun. Sebab, memang salahnya yang rela disentuh oleh Johnnyㅡmeski tanpa unsur kesengajaan. Namun, hari itu ia sama saja menyerahkan diri ke kandang singa, alhasil atlet itu berbuat macam - macam padanya.

Tapi, ada hal yang membuat Taeyong jauh merasa lebih marah. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Jaehyun menangis didepan pria manis tadi. Ya, ia memang belum tahu alasan pastinya. Namun, setelah itu sang mantan kekasih menyebut Johnny yang menyentuhnya.

Apa dia benar benar hanya memanfaatkanku sebagai cadangan atau selingan?

Apa sekarang dia mencoba memberi alasan pada pria manis dihadapannya?

Hal itulah yang selalu terlintas dalam benak Taeyong.

Sangat rumit, disatu sisi ia ingin percaya ucapan Jaehyun tentang perasaan tulusnya. Tapi disisi lain, Taeyong amat takut hatinya akan kembali merasakan sakit untuk kesekian kali.

***

"Kau mau kemana nak?"

Jaejoong menautkan alis melihat keponakannya telah bersiap dengan hoodie pink sebagai dalaman, dan coat abu sebagai penghangat. Ia semakin mengernyit saat Taeyong tersenyum aneh sembari memainkan jemarinya.

"Dia akan mengunjungi kekasihnya Paman," celoteh Kun yang tengah mengoleskan roti di meja makan.

Menyebikkan bibir, Taeyong duduk disalah satu kursi sebelum melahap roti selai yang disodorkan Kun "Tidak, Kun bohong Paman."

"Siapa kekasihmu itu?" Jaejoong menyipitkan mata "Jung Jaehyun?"

Taeyong tersendak, dengan buru buru ia meneguk segelas susu dihadapannya. Memukul dada, ia mendelik kearah sang Paman "Bukan, a-aku tidak memiliki kekasih Paman," rengeknya diakhir kalimat.

Distance | Jaeyong ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora