"Tidak Kun," Taeyong mengusak rambutnya kasar "l-lagipula aku harus berterima kasih padanya. Itu saja."
Kun mengangkat bahu, menatap sahabatnya datar sebelum berjalan lebih dahulu. Ya, ia sudah cukup hafal bagaimana Taeyong dan seribu alasannya untuk menyangkal segala sesuatu. Keduanya berakhir berjalan beriringan, menunggu bus menuju asrama atlet nasional basket di halte sambil sesekali bersenda gurau tentang keadaan sekolah saat libur berakhir nantinya.
Mereka yang telah berada ditingkat akhir sekolah menegah atas harus bersiap dengan berbagai ujian sekolah, juga test masuk perguruan tinggi. Membayangkannya saja sudah membuat Kun dan Taeyong bergidik. Tapi seperti itulah kehidupan, harus ada fase yang terlewati sedikit demi sedikit.
"Kun, kulihat kau sangat menyukai Ten."
Menoleh, pria berdarah China itu tersenyum geli pada sang sahabat "Ya, kau sudah tahu kan aku mengidolakannya?"
Taeyong memutar bola matanya malas "Bukan begitu, maksudku...kau seperti mengaguminya lebih dari idola. Apa kau tak takut disakiti oleh seorang atlet?"
"Apa kau sedang menceritakan pengalamanmu?" Balas Kun sembari menahan tawa, membuat Taeyong merenggut kesal sebelum mengalihkan pandangan kearah jalan raya didepan matanya.
Kun tidak salah, ia mengatakan hal itu karena merasa trauma mengidolakan lalu berakhir jatuh cinta pada seorang atlet.
"Ah iya," Taeyong tersadar akan sesuatu "darimana kau mengenal Jaehyun?"
"Kenapa kau tiba - tiba ingin membawa makanan untuk mereka?"
"Apa kau yakin bisa menemuinya di Asrama?"
Taeyong melontarkan pertanyaan bertubi - tubi. Membuat sosok disampingnya menahan nafas, padahal seharusnya dia lah yang kehabisan pasokan oksigen karena tak ada jeda dalam setiap kalimat yang diucapkannya.
"Permisi Tuan muda Lee, apa kau lupa jika aku dan Jaehyun yang membawamu saat pingsan tadi?" Balas Kun malas sebelum beranjak dari kursi halte "ayo!" Ajaknya saat bus menuju asrama pelatnas basket tiba dihadapan mereka.
***
"Jaehyun!"
Pria yang baru saja keluar dari asrama tersentak saat mendengar pekikan seseorang didepan sana. Ia mengulas senyum tipis sembari mengepalkan tangan, takut jika debaran jantungnya terdengar oleh sosok dihadapannya. "H-Hai," sapanya canggung lalu mengusap tengkuk "sudah lama menunggu disini?"
"Tidak, baru beberapa menit yang lalu."
Jaehyun mengangguk faham, hendak mengeluarkan suaranya lagi namun harus terhenti ketika pria cantik itu memeluknya erat "J-Jungwoo...ada apa?" tanyanya khawatir saat sosok dalam dekapannya menangis tersedu sedu. Padahal belum semenit berlalu senyuman Jungwoo terpancar bak bulan purnama.
"Kenapa kau menjauhiku Jaehyun?" Lirih Jungwoo sebelum mendongak, menatap sendu wajah sang atlet dengan air mata yang membasahi pipi "apa aku melakukan kesalahan?"
Nafas Jaehyun tercekat, lehernya bagai diikat dengan tali tambang yang amat kuat. Inilah yang membuat ia berdebarㅡterlalu takut untuk mendapat pertanyaan dari Jungwooㅡbukan karena tak ingin jujur akan hubungannya dengan Taeyong, namun ia masih punya hati. Posisinya memang salah, mendekati seseorang dan memberinya harapan, namun ia malah jatuh terlalu dalam pada sosok yang baru dikenalnya beberapa hari.
"Siapa yang menjauhimu?"
Jaehyun mengulas senyum tulus, menangkup wajah Jungwoo sembari mengusap ibu jarinya pada pipi pria manis itu agar tak dibasahi liquid bening lagi. Jujur saja ia faham juga kasihan dengan sosok dihadapannya ini, bukannya meminta maaf tapi ia malah berpura pura bahwa tak ada yang salah atas semuanya.
YOU ARE READING
Distance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Sometimes it's not just distance between places that makes us feel apart❞ M/M | TEENFIC | HIGH SCHOOL AU | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir menjadi kekasih dari pemain basket muda dan papan atas bernama Jung Jaehyun. P...
ㅡ✨18 회
Start from the beginning
