"Ten!"

Baru saja atlet itu akan membuka pagar asrama, namun pekikan Doyoung mau tak mau membuatnya menoleh ke belakang "Apa lagi?" tanyanya.

Bukannya menjawab, Doyoung justru berlari kearah pria mungil itu. Berdiri tepat dihadapan Ten sebelum menangkup wajah kecilnya.

"Y-ya? Apa yang kau lakukan?" Tanya Ten dengan degupan dalam dadanya yang semakin menggila. Doyoung memiringkan wajah, membuat ia menahan nafas dan tak bisa membayangkan bagaimana adegan selanjutnya.

"Aku mencintaimu Ten," bisik Doyoung tepat didepan bibir atlet basket itu "please...be mine, izinkan aku menjagamu dan mencintaimu meski sebentar saja."

Ten mengepalkan tangan, matanya terpejam erat saat permukaan bibir Doyoung menyapu miliknya. Tungkainya melemas, ia tak bisa berkutik ketika pria dihadapannya semakin memperdalam ciuman.

Merasa kehabisan pasokan oksigen, Ten mendorong dada Doyoung hingga tautan keduanya terlepas. Menetralkan nafas, pria mungil itu mendongak pada sosok yang lebih tinggi darinya "Apa aku bisa memercayaimu?" tanyanya pelan "aku takut kau hanya akan menyakitiku."

"Untuk apa aku menyakiti cinta pertamaku yang selama ini kudekati diam - diam?"

"Apa?"

Doyoung mengecup sekilas bibir Ten "Ya, kau cinta pertamaku, dan akan menjadi yang terakhir."

Ten mengatupkan bibirnya, "B-Baiklah, tapi jika kau membuatku kecewa sekali saja, maka semuanya harus berakhir saat itu juga."

"Tentu," ucap Doyoung sebelum menarik pinggang Ten dan kembali menyatukan kedua belah bibir mereka.

Berbeda dari yang pertama, ciuman mereka tak berlangsung lama sebab suara benda atau mungkin seseorang terjatuh membuat Ten juga Doyoung terkejut. Keduanya menoleh ke sumber suara dan tersentak ketika mendapati orang yang mereka kenal tengah berdiri tak jauh dari gerbang asrama.

"Taeyong?!"

***

"Kun!"

Pria yang dipanggil menoleh, tersentak ketika melihat Taeyong dengan balutan coat army berjalan mendekatinya yang baru saja hendak meninggalkan apartemen Jaejoong. Mengerutkan alis, Kun menelisik maksud senyuman canggung sang sahabat lalu berkata "Kenapa kau keluar? Kau mau kemana?" Serangnya bertubi - tubi.

"A-aku ingin ikut denganmu," cicit Taeyong sembari mengusap tengkuk.

Sontak Kun menggeleng tegas, menarik lengan sahabatnya agar kembali melewati daun pintu apartement sang Paman. Tapi Taeyong bersikeras mematung sembari memasang tampang memelas. Ia hanya bisa mendesah pasrah melihat tingkah pria disampingnya.

"Untuk apa kau ikut? Kau butuh istirahat Tae. Lihatlah wajahmu masih lebam," jelas Kun dengan tatapan kasihannya. Ia tahu, Taeyong mungkin merindukan Jaehyun hingga ingin bertemu dengan atlet itu. Tapi baginya, dimalam musim dingin dan dalam keadaan seperti sekarang, Taeyong tak seharusnya berkeliaran diluar rumah.

Mendesis, Taeyong mencubit lengan Kun lalu terkekeh pelan "Aku baik - baik saja sekarang," katanya "lagipula aku hanya ingin mengembalikan ini," ia mengangkat tangan dengan gelang perak yang ia genggam.

"Mengembalikannya?" Kun memutar bola mata "Tae, aku tahu kau sangat menyukai Jaeㅡ"

"Sudahlah Kun," potong Taeyong "aku hanya ingin menyelesaikan semuanya secara baik - baik," ia menghela nafas panjang "aku sadar...sikapku pada Jaehyun terlalu kekanakan. Padahal Aku bisa memintanya berhenti mengusikku tanpa bersikap dingin kan?"

Mengusap wajah kasar, Kun mendengus atas perkataan sahabatnya "Apa kau yakin itu alasanmu?" Ucapnya diikuti seringaian "aku rasa tidak Tae, kau merindukannya."

Distance | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now