Tapi apa Doyoung bersungguh - sungguh?
Mereka sudah seperti anjing dan kucing, tak pernah akur sejak bertemu dan saling mengenal melalui Jaehyun hingga dekat seperti sekarang. Tapi, Ten tak bisa menyangkal, ia menyimpan rasa ketertarikan pada Doyoung yang bisa berubah menjadi sosok pria perhatian dan idaman.
"Ten," panggil Doyoung sembari menangkup wajah sang atlet hingga keduanya kembali bersitatap "bolehkah aku memilikimu?"
"T-Tidak boleh," pria mungil itu melepas tangan Doyoung dari wajahnya "aku hanya milik orang tuaku," ia berkata lalu menjulurkan lidahnya.
Terkekeh, Doyoung mencubit gemas pipi Ten "dan milik Kim Doyoung," katanya lalu menyalakan mesin mobil. Diam diam Ten mengulum senyum, pipinya memanas untuk kesekian kali hingga suhu dingin yang menyelimuti kota Seoul tak terasa lagi.
***
Jaehyun
Bagaimana keadaanmu Tae?
Aku baik baik saja
Terima kasih
Syukurlah, aku senang mendengarnya
Ya
[Read]
"Dia hanya membaca pesanku?" Gumam Taeyong sebelum melemparkan benda persegi itu disamping tubuhnya. Namun, dentingan nada pesan membuat ia dengan sigap meraih kembali ponselnya. Sayang, apa yang ia ekspektasikan tak sesuai dengan realita.
"Apa yang kau harapkan lagi Lee Taeyong?" Lirihnya lalu tertawa hambar sebelum membalas pesan dari sang Ibu. Tak berselang lama, Kun masuk kedalam kamar dengan bungkusan kain ditangannyaㅡcara tradisional orang Korea ketika membawa bekalㅡSontak Taeyong mengangkat alis lalu tersenyum geli "Apa yang kau bawa?"
"Makanan. Aku akan membawanya ke asrama Jaehyun," Kun menaik turunkan alis "kau ingin menitipkan sesuatu? Salam cinta mungkin?" katanya lalu terkekeh.
Mendengus, pria mungil yang masih terbaring diatas ranjang bangkit dari posisinya "Kau akan kesana sendiri?" tanyanya dan dibalas anggukan oleh Kun.
"Tenang Tae, aku pernah tinggal di Seoul juga," kata pria berdarah China itu sebelum mengambil coat tebal diatas sofa "aku pergi dulu, kau yakin tak ingin menitip sesuatu untuk Jaehyun?" Menggaruk tengkuk sejenak, Taeyong menggeleng sebagai jawaban.
Kun tersenyum penuh arti pada sahabatnya, Taeyong tak lagi mengingat tujuannya untuk mengembalikan gelang pemberian Jaehyun. "Baiklah, aku berangkat dulu."
"Eoh, hati - hati Kun," ucap pria mungil itu sembari menatap sang sahabat yang berjalan keluar dari kamar.
***
"Berhentilah menangis, dasar cengeng."
Doyoung kembali tergelak saat melihat Ten masih juga menangis sesenggukan. Padahal, mereka telah sampai dihalaman depan asrama sejak lima menit lamanya. Ia mengusap surai sang atlet, tersenyum tipis lalu menggumam "aku tak akan mengajakmu ke bioskop lagi jika akhirnya kau akan menangis seperti ini."
Ten menggeleng "Tidak," ia menetralkan nafas "film tadi membuatku merindukan orang tuaku di Thailand."
"Hei, ada aku disini," Doyoung berkata lalu terkekeh pelan
"Kau membutuhkan ini kan?" sambungnya sembari mendekap erat tubuh mungil Ten "jangan terlalu manja, kau harus terbiasa hidup mandiri dan jauh dari orang - orang yang kau sayangi dan menyayangimu."
Melepaskan tautan, Ten menyebikkan bibirnya "Aku tidak manja, aku hanya merindukan mereka," tepisnya lalu melepas seat belt "aku akan masuk sekarang, sampai jumpa kelinci jelek," katanya lalu membuka pintu mobil.
YOU ARE READING
Distance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Sometimes it's not just distance between places that makes us feel apart❞ M/M | TEENFIC | HIGH SCHOOL AU | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir menjadi kekasih dari pemain basket muda dan papan atas bernama Jung Jaehyun. P...
ㅡ✨18 회
Start from the beginning
