Baiklah, aku akan kesana nanti.
Iya tentu :)
"Siapa?"
Ten mengalihkan pandangan dari ponselnya sejenak, menatap Doyoung yang masih fokus menyetir dengan ekspresi seriusnya "Kekasihku," jawabnya santai sebelum memasukkan benda persegi itu kedalam saku celananya seperti semula.
"Siapa orang sial yang menjadi kekasihmu itu?" Doyoung kembali bertanya, namun dengan nada suara yang tak bisa digambarkan ramah.
Mendesis, Ten mengatupkan giginya lalu memukul bahu Doyoung "Jangan membuatku emosi, energiku sudah terkuras karena memaki maki Johnny tadi."
"Jangan mengalihkan pertanyaanku Ten," Doyoung berkata lalu menepikan mobilnya. Mematikan mesin, ia duduk menyamping dan menatap lamat wajah pria mungil disebelahnya "jawab aku, siapa kekasihmu itu?"
"Kenapa kau harus tahu?" Tanya Ten sebelum menghindari tatapan mengintimidasi Doyoung.
Hening,
Merasa tak ada reaksi apa-apa dari si pria bergigi kelinci, Ten kembali menggulirkan bola matanya kearah Doyoung. Ia sedikit tersentak saat netra mereka bertubrukan, iris kelam sosok disampingnya membuat ia kembali tenggelam dalam keheningan.
"Selamat."
"Huh?" Ten menganga tak percaya "selamat apanya?"
Doyoung menipiskan bibir "Selamat karena kau telah memiliki kekasih," ia menyeringai "aku yakin wajahku jauh lebih tampan darinya."
Terdiam, Ten menghela nafas sebelum menatap keluar jendela mobil. Ada rasa sesak dalam dadanya yang tak bisa ia gambarkan dengan kata - kata. Orang awam biasa menyebutnya kecewa, namun apa yang harus ia kecewakan? Doyoung tak salah jika memberinya selamatㅡmeskipun ucapannya tadi hanyalah dusta belaka.
"Kenapa kau diam saja? Apa kekasihmu menyuruhmu kembali ke asrama?" Doyoung masih menatap Ten yang tengah memalingkan muka darinya.
Mendengus, sang atlet menoleh dan menatap malas pria bergigi kelinci didampingnya "Aku hanya bercanda, kenapa kau menganggapnya serius?" Ia mendecakkan lidah "menyebalkan," gumamnya.
"Apanya yang bercanda?"
Ten mendesis, menatap Doyoung tajam lalu menarik salah satu kuping pria bergigi kelinci itu "Aku tidak memiliki kekasih, kau puas?" Ia melipat lengan didepan dada dengan bibir dicebikkan kesal "Kun, dia yang mengirimiku pesan."
"Oh," Doyoung mengangguk faham "kasihan sekali."
"Kim Doyoung!" Pekik Ten dan bersiap melayangkan pukulan pada bahu pria disampingnya. Namun, Doyoung lebih sigap menahan kedua lengan Ten hingga atlet bertubuh mungil itu tak bisa berkutik "Kenapa kau senang sekali memukulku?" Tanya sembari tertawa ringan.
"Karena kau menyebalkan, lepaskan tanganku!"
Menarik kedua ujung bibir, Doyoung melonggarkan cengkeramannya pada pergelangan tangan sang atlet. Ia beralih menggenggam jemari Ten tanpa melepas tatapan dalamnya kearah pria itu "Ten..."
"Apa lagi?" tanya Ten malas, ia tahu Doyoung lagi lagi ingin mengusilinya dan membuatnya kesal.
"Aku ingin meminta izin darimu," kata Doyoung lalu melepaskan genggamannya pada jemari Ten.
Menautkan alis, Ten menatap pria disampingnya malas "Aku bukan Ibumu, jadi jangan meminta izin padaku."
"Jadi...apa aku harus meminta izin pada ibuku dan mengatakan padanya jika aku ingin merebut hatimu, begitu?"
"Apa?" Ten tertawa ringan "ada - ada saja," katanya lalu menghindari tatapan Doyoung. Degupan jantungnya semakin menggila, ia tak bodoh untuk memahami maksud ucapan pria itu.
YOU ARE READING
Distance | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Sometimes it's not just distance between places that makes us feel apart❞ M/M | TEENFIC | HIGH SCHOOL AU | NC-17 Lee Taeyong tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir menjadi kekasih dari pemain basket muda dan papan atas bernama Jung Jaehyun. P...
ㅡ✨18 회
Start from the beginning
