Ten terdiam, matanya memancarkan aura iba pada sang sahabat. Meski Taeyong terus menolak, namun Jaehyun tetap bersikeras dan menganggap jika pria itu masihlah kekasihnya.

"Benarkah? Lalu kenapa dia mengabaikanmu dan justru datang padaku?" Johnny mengangkat kedua alisnya.

Mendesis pelan, Ten beranjak dari sofa lalu menunjuk wajah seniornya itu "Kau! Lebih baik kau memberitahu fansmu agar tak menganggu Taeyong lagi, mengerti?" kesalnya "sekarang keluar dari sini sunbae, aku muak dengan wajah jelekmu itu."

"Berani beraninya kau membentakku," Johnny ikut bangkit dari sofa sembari menatap Ten tajam "aku bisa saja menjadikanmu milikku saat ini juga Ten," katanya lalu mendekatkan wajah pada milik pria berdarah Thailand itu.

Jaehyun yang melihatnya berdehem "Sunbae, Ten sedang tak enak badan. Jadi emosinya naik turun," bohongnya lalu menarik lengan sang sahabat "dia harus beristirahat," ia berkata dengan tangan yang merangkul pundak pria mungil itu. Berjaga jaga jika saja amarah Ten akan meledak dan membuat Johnny melakukan hal yang tidak tidak.

"Apa katamu? Menjadikanku milikmu?"

Ten bergumam sebelum membuka sedikit mulutnya, ia tertawa hambar lalu melepas rangkulan Jaehyun "Dengar, kekasihku sangat tampan dan baik. Tidak seperti kau yang hanya melihat orang lain terluka karena ulah fansmu, tanpa membantunya sedikit pun."

"Ten, sudahlah. Kauㅡ "

"Diam kau Jaehyun! Apa kau senang melihat Taeyong menderita seperti tadi hah?"

Johnny dan Jaehyun terdiam melihat Ten memaki maki dengan suara melengking. Pria berdarah Thailand itu merenggut kesal sebelum berjalan keluar dari kamar. Sang sahabat yang melihatnya hanya mendesah pasrah lalu menatap Johnny, seniornya itu masih diam dalam keterkejutan "Sunbae kumohon..."

Jaehyun menunduk "katakan pada fansmu jika Taeyong bukan pria murahan yang patut mereka benci," sambungnya lalu menatap pria itu lamat "aku memang tak berhak mengatakan ini, jujur saja dia telah memutuskan hubungan kami."

Pria berlesung pipi itu menahan nafas, suaranya tercekat dan kedua bola matanya mulai memanas. Namun, ia berusaha untuk melanjutkan ucapannya "Tapi aku masih menganggapnya kekasihku. Taeyong...aku tak ingin dia terluka."

Terdiam, iris kecoklatan si pria yang lebih tua menatap dalam kearah Jaehyun. Sangat jelas hoobaenya itu tengah menahan tangis dalam diam. "Apa kau pria?" kata Johnny lalu menonjok lengan Jaehyun "Lebih baik kau membuktikan ucapanmu dengan aksi, bukan dengan menangis seperti ini."

Menggeleng pelan, pria berlesung pipi itu menatap nanar kearah jendela kamarnya "Tugasku hanya menjaganya dari kejauhan," Jaehyun mengulum bibir "dia tak menginginkanku lagi."

"Apa kau menyerah?" Tanya Johnny tanpa melepas tatapan dari pria dihadapannya.

Kedua kali, Jaehyun menggeleng lagi "Tidak, aku tidak menyerah," ia menarik nafas dalam "aku hanya ingin membuat orang yang kucintai bahagia, meskipun dengan tak menjadi miliknya."

Tatapan Johnny berubah sendu, ia mencengkeram bahu Jaehyun sebelum menepuknya cukup kuat "Kau pria baik, aku yakin kau akan mendapat pasangan yang jauh lebih baik."

"Terima kasih sunbae," balas Jaehyun sebelum menunduk sopan bersamaan dengan langkah kaki Johnny yang menjauhinya dan meninggalkan ia sendiri didalam kamar.

Dilain tempat, Ten tengah merenggut kesal sembari menghentak hentakkan kakinya. Entah mengapa emosinya meluap luap, mungkin karena wajah menyebalkan Johnny juga aksi pembelaan Jaehyun terhadap pria itu. Padahal sangat jelas jika ia membela Taeyong, tapi sang sahabat justru mengambil alibi jika saat ini Ten sedang sakit.

Distance | Jaeyong ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora