Kesetaraan gender harus diberlakukan.

"Aku hanya memberinya titipan kue dari temanku!" Taeyong memekik, darah segar berlomba lomba membasahi coatnya "Tapi idola kalian itu justru memelukku bahkan menyentuh bokongㅡ"

"Hentikan!" Wanita bersurai blonde berteriak sebelum menjambak rambut Taeyong "bawa dia masuk kedalam toilet," ia berucap pada teman temannya.

Dalam hitungan detik, tubuh ringkih Taeyong telah ditarik paksa masuk kedalam salah satu bilik. Suara tamparan, pekikan kesakitan dan tawa sarkasme menggema dari dalam sana.

Namun, hal itu tak berlangsung lama ketika seorang pria mendobrak bilik berwarna putih itu "Taeyong!" pekiknya lalu menatap tiga orang wanita yang tengah menyiksa pria mungil itu.

"J-Jaehyun-ssi," cicit si wanita berambut panjang sebelum berbagi tatapan kaget dengan kedua temannya.

Meradang, atlet berlesung pipi itu memukul pintu toilet itu dengan kepalan tangan disertai wajah penuh amarah. Terlihat dari warna kulitnya yang memerah padam, sangat jelas jika Jaehyun tengah menahan hasrat terpendam.

"Cepat minta maaf atau aku akan membawa kalian ke penjara," ucap sang atlet dengan nada dingin nan menusuk.

Wanita bersurai blonde sebahu dihadapan Taeyong menganga tak percaya "Bukankah tadi pria menjijikkan ini menamparmu?" Ia menyeringai "harusnya kau berterima kasih karenaㅡ"

"Diam!"

Teriakan Jaehyun membuat ketiga wanita itu bergidik. "Cepat meminta maaf pada temanku atau kalian akan menyesal selamanya!"

Dengan gerakan cepat, mereka berjongkok dan menatap Taeyong dipenuhi aura kebencian "Maaf," ucap salah satu dari mereka.

"Tak seharusnya kau meminta maaf pada orang yang sengaja kau lukai," Taeyong berkata dengan kesadaran yang mulai bertengger diujung tanduk "Aku tidak salah."

Mengeraskan rahang, ketiga wanita itu berdiri dan menatap Jaehyun takut takut "Kami permisi," ucap wanita berbadan gempal sebelum melangkah keluar dari bilik itu diikuti kedua temannya.

"Kalian bertiga ikut bersama kami," seorang petugas tiba - tiba datang dan menghadang ketiga wanita itu.

Tersentak, ketiganya membolakan mata lalu menoleh pada Jaehyun dibelakang mereka. Atlet itu menyeringai puas "Kalian patut mendapatkannya," ucap si pria berlesung pipi sebelum menggendong brydal tubuh Taeyong.

"Turunkan aku," dengan sisa kesadaran yang ada Taeyong bergumam sembari menatap datar Jaehyun "tolong."

Mengikuti kemauan sang mantan kekasih, Jaehyun mendudukkan Taeyong tepat didepan wastafel. Ketiga wanita tadi telah dibawa oleh petugas yang sengaja ia panggil sebelum berlari ke tempat kejadian, hingga saat ini hanya tersisa mereka berdua didalam toilet.

"Pergi," ucapnya lagi tanpa menatap iris kecoklatan sang atlet.

Mengangguk faham, Jaehyun berdiri tanpa melepas tatapannya pada si pria mungil yang terduduk. Dengan berat hati ia berjalan keluar dari tempat itu, setidaknya aksi menyelamatkan Taeyong dari penggemar Johnny sudah dilakukan.

Pria mungil itu tersenyum miring, matanya terfokus pada lantai keramik yang berada dibawahnya. Ada rasa perih didalam dadanya, tapi ia tak tahu karena apa.

Mungkin karena Jaehyun meninggalkannya begitu saja,

Atau...

Karena Jaehyun menyebutnya sebagai teman?

Jika difikir hal itulah yang Taeyong inginkan beberapa bulan lalu. Namun sekarang, sepertinya ada yang salah dengan hati dan logikanya.

"Taeyong!"

Suara pekikan Kun membuat pria mungil itu mendongak dan menatap sahabatnya. Ia menarik kedua ujung bibir, namun rasa sakit mengambil alih hingga ia hanya bisa mendesis setelahnya.

"Astaga, apa yang terjadi?!" Kun berjongkok dan memeluk erat sahabatnya "Maafkan aku karena tak menjagamu dengan baik."

Mengangguk, Taeyong menepuk lemah bahu Kun "Aku baik - baik saja," ia berkata lirih. Bersamaan dengan hal itu, penglihatannya semakin meredup dan berakhir membuat ia menutup mata rapat dengan nafas terputus putus.

"Tae? Taeyong?!"

Kun yang merasa berat badan Taeyong dalam pelukannya bertambah perlahan melepaskan tautan. Ia memekik saat mendapati sang sahabat telah tak sadarkan diri dengan kondisi wajah yang amat memprihatinkan.

"Kun? Apa yang terjadi?"

***

"Tae? Kau sudah sadar nak?"

Jaejoong menghela nafas lega saat keponakan satu satunya membuka mata perlahan. Ia belum memberitahu orang tua Taeyong pasal pengeroyokan tadi, bisa bisa mereka akan membawa pria mungil itu pulang dan memarahinya karena tak bisa menjaga sang keponakan dengan baik.

"Paman, aku haus."

Jaejoong dengan sigap membantu Taeyong bangkit secara perlahan, agar tak menyakiti anggota tubuh sang keponakan yang mungkin telah ditendang. Ia meraih segelas air diatas nakas lalu menyodorkan liquid bening itu tepat didepan bibir si mungil "Hati - hati Taeyong-ah," bisiknya karena melihat bibir keponakannya masih lebam.

"Terima kasih Paman," ucap Taeyong lalu kembali menjatuhkan tubuh diatas ranjang.

Sungguh, penyiksaan tadi membuatnya lelah.

"Jangan berterima kasih padaku," Jaejoong mengusak surai Taeyong "tapi berterima kasilah pada Kun dan Jaehyun."

Mengangguk lemah, Taeyong kembali memejamkan mata. Ya, setidaknya ia memang harus berterima kasih pada Jaehyun yang datang menolongnya secara tiba-tiba. Begitupun dengan sang sahabat, Kun.

"Aku baru melihat seorang atlet terkenal berani menggendong seorang fans hingga diluar venue."

Mendengar ucapan sang Paman, sontak Taeyong kembali membuka mata "Apa?"


to be continued...

Distance | Jaeyong ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora