Tersenyum miring, pria bermata bulat itu mengangguk faham. "Aku mengerti," ia mengulas senyum tipis "Selamat malam Appa." Ia berkata pelan lalu mengecup pipi Tuan Lee. Beranjak dari sofa dan meninggalkan pria paruh baya itu di ruang tengah.

Benar, ia tak akan mengecewakan Ayahnya; untuk kedua kali. Sebab tadi, ia telah menangisi pria brengsek bernama Jung Jaehyun.

***

Melenguh pelan, Taeyong merentangkan tangannya diatas kepala. Menguap lebar sembari menatap jam dinding. "Astaga aku kesiangan!" Ia memekik sebelum bangkit dari tempat tidur.

Namun, belum sempat pria mungil itu memutar knop pintu kamar mandi suara sang Ibu menggema dibelakangnya. "Apa yang kau lakukan Taeyong?"

Berbalik, Taeyong mengangkat alisnya "Ne?" Tanyanya heran saat melihat wanita paruh baya itu berkacak pinggang diambang pintu.

Menggeleng pelan, Nyonya Lee berjalan kearah anaknya. Menarik lengan Taeyong agar duduk diatas tempat tidur. "Kau selalu seperti ini," wanita itu mendorong pelan tubuh si mungil "jika kau sakit bilanglah pada Eomma, apa kau kira dengan menyembunyikan hal itu orang tuamu bisa tenang eoh?!" Sambungnya sebelum menutupi tubuh sang anak dengan selimut.

"Eomma, tapi aku baik-baik saja."

"Baik baik apanya?!" Nyonya Lee melanjutkan ocehannya. "Lihatlah matamu itu, sudah membengkak seperti telur rebus." Ia meletakkan telapak tangan diatas kening Taeyong "Lalu ini? Suhu badanmu sangat tinggi anak nakal!" Kesalnya kemudian melipat lengan.

Dalam hati Taeyong merutuki dirinya sendiri. Oh, bahkan ia lupa terhadap janjinya pada sang Ayah. Semalam ia lagi lagi menangisi sosok Jung Jaehyun. Wajar jika matanya membengkak dan suaranya serak seperti sekarang. Tapi untuk demam, ia bahkan tak menyadari hal itu jika sang Ibu tak memberitahunya.

"Tunggu disini, Eomma akan membawa sarapanmu." Nyonya Lee berkata sebelum meninggalkan Taeyong dikamar.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu wanita paruh baya itu kembali. Sang Ibu membawa segelas susu dan sebuah piring yang entah isinya apa, Taeyong belum mengetahuinya. Sebab, ia masih berbaring terlentang diatas ranjang. "Terima kasih Eomma," ucapnya saat Nyonya Lee meletakkan sarapan itu diatas nakas samping tempat tidur.

"Apa uri Yongie ingin disuapi?"

"Aniyo!" Taeyong menjawab cepat dan berusaha bangkit dari posisinya.

Sial, ia benar benar sakit sekarang. Bahkan kepalanya terasa sangat sakit dan pusing secara bersamaan. Apa karena ia menangis semalaman? Fikir Taeyong. "Terima kasih Eomma cantik." Ia berkata saat Nyonya Lee membantunya bangun diikuti kekehan pelan.

"Hm, cepat habiskan sarapanmu."

"Eomma tak ke sekolah?" Taeyong bertanya sebelum mengambil susu diatas nakas. Meneguknya sembari menunggu jawaban wanita yang duduk dihadapannya.

Menggeleng pelan, Nyonya Lee menatap sendu pada anaknya "Bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendiri di rumah Taeyong-ah?"

Taeyong meletakkan kembali gelas berisi susu diatas nakas. Beralih mengusap pelan lengan Ibunya sebelum berkata. "Jangan khawatirkan aku Eomma, anakmu ini sudah besar. Aku akan mengabarimu setiap saat," Ia tersenyum lembut "berangkatlah Eomma." Sambungnya pelan.

"Kau yakin?"

"Hm," Taeyong mengangguk mantap "ah iya, apa Kun datang kesini tadi?" Tanyanya. Nyonya Lee menggumam mengiyakan. "Jadi, kau ingin sendiri saat ini Taeyong-ah?" Tanya wanita itu sekali lagi.

Distance | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now