Namun si pria mungil tetap tak bergeming. Memilih menunduk dan menatap kosong pada tas juga paper bag dipangkuannya.

"Taeyong! Berhenti!"

Jaehyun semakin mempercepat langkah kakinya. Berlari mengejar bus yang membawa sang kekasih, hingga akhirnya angkutan umum itu berhenti. Tak memerdulikan rasa letih akibat bertanding tadi. Belum lagi dinginnya angin malam kota Daegu menusuk pori pori kulit.

"Terima kasih Ahjussi!" Ucapnya pada pria paruh baya yang mengemudi.

Meskipun sebenarnya Jaehyun mendapat delikan tajam dan omelan pedas dari sosok itu. Tapi, Jaehyun berjanji setelah turun di halte pemberhentian nanti ia akan membayar dan meminta maaf kepada sang Ahjussi. Sebab, hanya satu orang didalam otak dan hatinya saat ini,

Lee Taeyong.

"Taeyong-ah..." lirihnya sebelum duduk disisi kosong sebelah sang kekasih.

Kun yang shock melihat hal itu hanya bisa mengerjapkan mata. Melirik Jaehyun sekilas namun cepat cepat mengalihkan pandangan keluar jendela saat tatapannya dengan pemain basket itu bertemu. Dalam hati ia terus membatinㅡtentu dengan pertanyaan yang sama.

Apa mereka saling mengenal?

Apa Taeyong dan Jaehyun memiliki hubungan spesial?

Dapat terlihat dari cara Jaehyun menatap Taeyong yang bahkan enggan meliriknya, Kun yakin ada sesuatu diantara kedua orang itu. Perlahan, ia menyikut lengan si pria mungil yang duduk diantaranya juga Jaehyun.

"Tae, idolamu duduk disampingmu dan kau hanya diam saja?" Ucap Kun setengah berbisik namun masih didengar jelas oleh si pria tinggi. Sayangnya, Taeyong tetap tak menggubris dan memilih merapatkan dekapannya pada ransel hitam juga paper bag diatas pahanya.

Melihat gelagat sang kekasih, Jaehyun memilih ikut bungkam. Ia tahu, saat ini pria mungil pasti kecewa dengannya. Bajingan gila sepertinya memang tak pantas disandingkan dengan pria lugu dan mendekati level sempurna seperti sosok Lee Taeyong. Tapi, apakah salah jika ia berharap layaknya astronot yang ini menginjak bulan?

Bus berhenti tepat didepan halte; tak jauh dari perumahan dimana si pria mungil bermukim. Ketiga anak manusia yang dilanda keheningan selama 15 menit dalam perjalanan perlahan bangkit. Kun lebih dulu untuk turunㅡniat hati agar Jaehyun dan Taeyong bisa bercakap cakap. Tapi, harapannya sangat jauh dari kenyataan yang ada.

Taeyong memberikan selembar won kepada pria paruh baya yang berbalik menatap nyalang pria tinggi disampingnya. "Maafkan temanku Paman, dia lupa membawa tasnya." Ucapnya sebelum menunduk sopan dan turun dari bus diikuti Jaehyun.

"A-aku pulang dulu Tae," Kun mendehem pelan sembari melirik dua pria dihadapannya bergantian. Tersentak saat Jaehyun membalas tatapannya sembari tersenyum tipis. Tapi, tarikan kedua ujung bibir pria tinggi itu terkesan sangat dipaksakan. Entah, sepertinya sesuatu telah terjadi antara sang sahabat dengan si pemain basket yang hari ini terpilih masuk kedalam tim nasional Korea Selatan.

"Sampai jumpa besok." Kun kembali berucap sebelum menundukkan kepala sopan pada Jaehyun dan berjalan menjauhi kedua pria itu.

Menghela nafas pelan, Taeyong mendongak pada Jaehyun yang berdiri disampingnya. "Selamat, hari ini kau sangat...hebat." Ia berkata lalu tersenyum kecut. Menunduk, dan menatap nanar paper bag yang masih ditentengnya. Meletakkannya diatas bangku halte dan mengambil sesuatu dari dalam sana.

Sontak Jaehyun mengikuti pandangan si mungil, mengepalkan tangan melihat Taeyong mengeluarkan hoodie hitam dari dalam kantungan itu. "Tae, dengarkan aku sebenㅡ"

Distance | Jaeyong ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora