"Maaf Kun-ie, kita tak akan terlambat," Taeyong menyikut lengan sang sahabat "percaya padaku." Ia memberikan wink yang sukses membuat Kun berpura pura sedang mual.

Menarik lengan Taeyong, pria berdarah China itu menuntun sahabatnya kearah pagar dengan cebikan kesal. Sedangkan yang mendapat perlakuan itu hanya bisa tertawa ringan melihat betapa suramnya wajah Kun pagi ini. Tak lama berjalan, keduanya telah sampai di halte Bus. Beruntung, sebab kendaraan umum menuju sekolah itu datang tepat saat Kun dan Taeyong baru sampai disana.

"Ah akhirnya..." Kun menghela nafas lega sebelum bersandar dibangku bus.

Taeyong sendiri memilih menyandarkan kepala di jendela sembari menikmati terpaan cahaya matahari dipagi hari. Sangat sejuk, seperti hatinya. "Kun," ia melirik sang sahabat "bagaimana tanggapanmu tentang hubungan jarak jauh?" tanyanya sebelum memperbaiki posisi disamping Kun.

"Hubungan jarak jauh?" Kun mengangkat bahu sembari menyebikkan bibir "bullshit!" ia berkata sebelum memasang earphone ditelinganya. Namun, belum sempat ia mendengar sebait lirik dari lagu yang ia putar melalui iPhone miliknya, Taeyong lebih dulu menarik benda dengan kabel berwarna putih itu.

"Ya! Kenapa kau senang sekali menggangguku Lee Taeyong!" protes Kun sembari menautkan alis kesal.

Taeyong mendengus malas, "Apa maksudmu dengan bullshit tadi? Aku bertanya serius Kun." ia sedikit merengek diikuti bibir yang sengaja dimanyunkan lucu. Ia tahu, kelemahan Kun adalah ketika dirinya melakukan aegyeo. Bukan karena gemas, tapi sahabatnya itu seketika pening jika melihatnya bertingkah kekanakan.

Menghela nafas, Kun memutar bola mata sebelum menatap Taeyong lamat. "Dengar Tae, aku tak pernah percaya dengan hubungan sejenis itu," Ia mendesis "maksudku...jika masih ada pria yang dekat denganmu ditempat yang sama, untuk apa kau menjalin hubungan dengan orang yang jauh disana dan belum tentu bisa selalu jujur padamu."

Taeyong terdiam, masih mendengarkan ocehan Kun yanh sepertinya masih panjang.

"Aku pernah merasakannya, dan ya...kau tahu sendiri, ia berselingkuh dibelakangku. Kau tahu kenapa?" Taeyong menggeleng.

Kun mendengus, "Karena ada saat dimana pasanganmu membutuhkan semangat disertai pelukan hangat. Bukan semangat yang dikirim melalui pesan." jelasnya lalu menautkan alis "Ngomong ngomong kenapa kau menanyakan hal ini?"

"Tidak, aku hanya...penasaran." Taeyong tersenyum miring sebelum mengalihkan pandangan keluar jendela.

Apa benar yang dikatakan Kun?

Bisakah ia bertahan dengan Jaehyun?

Taeyong membatin sembari terus memikirkan bagaimana jadinya saat Jaehyun telah kembali ke Seoul nanti. Ya, esok hari kekasihnya itu akan kembali ke tempat asalnya dan itu berarti hubungan jarak jauh mereka benar benar akan dimulai.

Jujur saja, ia belum siap dan masih ragu dengan kelanjutan kisahnya bersama sang atlet. Hey, ini pertama kalinya Taeyong berani memacari pria yang berbeda daerah dengannya. Sebelumnya ia pun berfikiran sama seperti Kun, hubungan semacam itu hanyalah pemborosan waktu dan hanya akan berujung patah hati.

Namun, melihat sikap Jaehyun yang sangat manis membuatnya terbuai. Akankah Jaehyun berbeda dengan apa yang Kun katakan? Pikirnya.

"Taeyong?" Kun menyadarkan lamunan pria mungil itu.

"Hah? Ada apa?" Taeyong mengangkat alis, masih mencoba meninggalkan alam khayalannya tadi.

Kun menunjuk tas Taeyong. "Ponselmu berdering, sepertinya ada pesan masuk."

Mengerjapkan mata, pria mungil itu buru buru membuka ransel yang dipangkunya. Dalam hati ia berharap Jaehyunlah si pengirim pesan itu. Ya, sejak bangun tadi sang kekasih tak pernah mengiriminya pesan ucapan selamat pagi. Ia mengerti, hari ini Jaehyun dan timnya akan melakoni pertandingan final. Wajar jika pria tinggi itu tak sempat mengabarinya atau bahkan memegang ponsel.

Distance | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now