ㅡ✨09 회

Mulai dari awal
                                        

"Jawab pernyataanku tadi," Jaehyun berucap dengan suara huskynya "apa aku harus mengulangnya lagi?"

Taeyong terdiam. Menatap manik kecoklatan Jaehyun dan mimik serius dari pria itu. "Jaehyun, akuㅡ"

Mengecup pipi si mungil secepat kilat, Jaehyun tersenyum menggoda. "Satu kecupan untuk satu sanksi yang kau langar." Ia terkekeh, menghela nafas pelan lalu mengusap lembut pipi Taeyong dengan punggung tangan.

"Jadilah kekasihku Taeyong."

"Kenapa kau ingin menjadi kekasihku?"

Jaehyun menggeleng pelan, "Aku tidak tahu, saat melihatmu...hanya satu yang ada dalam pikiranku," ia menangkup wajah Taeyong "aku ingin memilikimu."

"Apa yang kau sukai dariku?" Taeyong kembali bertanya dengan nada tenang.

Kembali menggeleng, Jaehyun menjatuhkan bahu. "Aku tidak tahu Taeyong, kau..." ia mendesis "kau membuatku gila, baru kali ini aku menyukai fansku sendiri."

Taeyong mengangguk, "Ya, dan kau sudah seperti fans menjijikkan yang sangat ingin memilikiku, idolamu."

"Benar," Jaehyun menyetujui. "Jadi?"

"Jadi apa?" Taeyong menautkan alis.

Jaehyun mendengus, "Apa jawabanmu sayang?"

Mendehem pelan, Taeyong menoleh kearah lain. "B-Bukankah kita sudah menjadi kekasih sayang?" ia mengulum bibir, melirik Jaehyun sekilas karena tak ada respon dari pria itu.

"Ya! Kenapa kau diam saja?"

"Cepat pergi dari sini Taeyong," Jaehyun berkata sambil mengatupkan gigi "sebelum aku melakukan hal yang dilarang Ayahmu."

Tanpa aba-aba, pria mungil itu turun dari ayunan kayu. Berlari terbirit menuruni tangga dan meninggalkan Jaehyun yang menggigit kepalan tangannya sendiri. Hey, siapa yang tidak gemas dengan wajah innocent Taeyong? Ditambah lagi, caranya menerima ungkapan perasaan Jaehyun sangatlah imut.

***

"Aku permisi Bi, Paman."

Jaehyun membungkuk dihadapan orang tua Taeyong. Setelah tadi menyelesaikan makan malamㅡdiselingi wawancara lanjutan dari Tuan Lee. Ia memutuskan kembali ke hotel karena sang manager team mencari dan menghubunginya.

Padahal, ia sangat ingin menginap dirumah ini. Tidak, bukan karena ingin melakukan apa-apa dengan Taeyong. Jaehyun hanya ingin memandangi wajah kekasihnya itu lebih lama lagi. Sebab, setelah 4 hari bertanding di Daegu ia akan kembali ke Seoul. Akan sangat jarang menghabiskan waktu bersama Taeyong, pikirnya.

Mengantar sang kekasih baru hingga diambang pintu, Taeyong tak henti-hentinya mengulas senyum malu. Berusaha mengulumnya, namun selalu gagal. Ia bahagia saat ini, sangat. Berkencan dengan idola sendiri ternyata se-menyenangkan ini, ia membatin.

"Aku kembali ke Hotel dulu," Jaehyun mengusap surai cokelat kekasihnya "jika kau ada waktu datanglah ke turnamen besok."

Taeyong mengangguk faham "Aku akan meyempatkan waktu," ia menyebikkan bibir, "siswa tingkat akhir ternyata sangat sibuk dan melelahkan." keluhnya.

"Belajarlah dengan baik. Kau tak perlu datang, aku yang akan mengunjungimu besok."

"Janji?"

Jaehyun mengangguk, "Janji." menatap lamat wajah sang kekasih sebelum membungkuk. "Kau sangat indah, Taeyong."

Seakan tak bosan memuji pria mungil itu, Jaehyun lagi lagi membuat si empu merona akan ucapannya. Tapi sungguh, ia tak main main dengan penuturannya. Taeyong, sosok itu terlihat sangat tidak nyata. Jika ia disuruh memilih rutinitas penting untuk dilakukan sehari-hari, maka pilihannya tak lain dan tak bukan adalah mengamati wajah rupawan sang kekasih.

Distance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang