🥀 02 | Keputusan Berat

72.6K 3.5K 77
                                    

🥀 Surga Dalam Luka 🥀

"Arraya, Luthfi kecelakaan..." suara yang terdengar cepat dan juga terbesit khawatir itu langsung membuat seorang gadis yang sedang duduk tenang di kamarnya sontak menoleh dengan cepat. Maya, ibu kandung Arraya masuk ke dalam kamar Arraya dengan tangan bergetar memegang sebuah ponsel.

"Ap-apa?" balas Arraya panik. "Mamah jangan bercanda. Ini sama sekali nggak lucu."

"Apa Mamah terlihat sedang bercanda saat ini, Arraya?" Arraya tersentak takut mendengar suara Maya yang bergetar. Dari sorot matanya, kini Raya baru sadar jika mamah kandungnya memang sedang tidak bercanda.

"Keadaan Luthfi kritis sekarang, kita harus ke rumah sakit," lanjut Maya tak sabar.

Padahal baru satu jam yang lalu, Arraya dan Luthfi saling berbalas pesan. Lelaki itu katanya akan berkunjung ke rumah untuk melamar Arraya langsung mala mini.

Dengan kerudung hitam dan jaket yang melekat di tubuhnya, Arraya langsung ditarik tangannya untuk segera keluar dan menuju ke rumah sakit. Papahnya Arraya juga sudah siap dan berada di balik kemudi mobil. Mereka bertiga langsung pergi detik itu juga meninggalkan rumah.

Raya menautkan kedua tangannya dengan erat. Air matanya terus berderai jatuh karena mengkhawatirkan sosok lelaki yang kini ia tak tahu bagaimana kondisinya.

Sesampainya di rumah sakit, Arraya termangu menatap tubuh lelaki yang kini begitu lemah dengan banyaknya alat medis yang menancap di tubuhnya. Lelaki yang dengan mudahnya kembali melelehkan air mata gadis itu. Lelaki yang memiliki arti tersendiri dalam hidup Arraya.

Arraya menyentuh kaca ruang ICU, seolah ia menyentuh tubuh di dalam sana dan memastikan kalau tubuh itu dalam keadaan yang baik-baik saja. Ia meremas bajunya di bagian dada, terasa begitu sesak dan pengap. Seperti sedang terkurung dalam ruang yang sempit dan gelap. Air matanya terus bercucuran dengan tangan yang terkepal menempel di kaca.

Arraya sungguh tak pernah menyangka, Luthfi akan mengalami hal menyedihkan seperti ini. Lelaki baik seperti Luthfi, Arraya selalu berharap lelaki itu akan senantiasa Allah lindungi. Arraya selalu berharap jika Luthfi akan mendapat kebahagiaan dunia akhirat dari Allah.

Hubungan Arraya dengan Luthfi memanglah berawal dari rekan kerja. Tapi lambat laun, hubungan mereka menjadi lebih dari sebatas rekan kerja. Luthfi mulai banyak masuk dalam kehidupan pribadi Raya yang terkesan pendiam dan tak banyak bergaul juga bicara.

Bagi Raya, Luthfi bukanlah lelaki biasa. Ia seperti lelaki sempurna yang tak memiliki cela negatif. Orangnya tampan, tinggi, dan sangat berwibawa. Umurnya yang berjarak tiga tahun dengan Raya membuat Raya memanggilnya dengan sebutan 'Mas' dan sangat menghormatinya.

Luthfi juga lelaki yang sabar dan paling mau mengerti Arraya. Lutfi selalu mau menunggu Raya yang masih egois dengan perasaannya sendiri. luthfi selalu sabar dengan cintanya yang sepihak selama 3 tahun dan juga mau bersabar menunggu Raya yang hatinya masih belum bisa beralih dari lelaki lain.

"Raya..."

Suara lirih wanita yang menyentuh bahu Raya, membuat gadis itu menoleh perlahan. Panggilan itu menghancurkan semua pikirannya tentang Luthfi beberapa detik lalu. Raya bergetar mendengar suara Bu Rosmayanti Yahya. Ibu kandung dari Luthfi yang paling tidak suka jika Raya memanggilnya dengan sebutan 'Tante'.

Arraya mengusap pipinya dari lelehan air mata. Raut wajah pilu Bu Ros ikut menyayat hatinya. Ikut teriris melihat tatapan sendu Bu Ros yang menatapnya begitu dalam. Jika ada sebuah kata yang bisa menggambarkan kata 'dalam' itu sendiri, maka perasaan sedih Bu Ros itu pastilah lebih besar dari perasaan Arraya sendiri.

Surga Dalam Luka | PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang