chapter 5

19.6K 383 5
                                    

Bagian 5
Happy reading ❤

Pukul 07:15 sang putri dari keluarga erlangga belum terbangun dari tidur cantiknya.

"BANGUN..... KEBO...." teriak rifai.

"Rifai... Berisik." ucap elis dengar suara serak khas bangun tidur.

"Ini udah jam tujuh lewat kebo, mau kerja ngga, baru berapa hari kerja udah mangkir. Dasar pemalas."

Astaga aku lupa kerja. Batin elis.

Saat bangun, kepala elis terasa sakit dan berat. "Ah.. Kepalaku." ucapnya memegang kepalanya.

"Minum ini, biar pusingnya berkurang dasar pemabuk." cibir rifai.

"Siapa yang mabuk." tanyanya.

"Kamulah, siapa lagi, kamu tau ngga semalem minuman apa yang di Kasih david ke kamu?" tanya rifai.

"Air soda yang rasanya aneh." ucapnya polos.

"Kamu ini polos apa oon si, yang kamu minun tuh wine ngerti, kalo sampe bunda, papih dan bang vano tau kamu mabuk, bisa abis aku, dicoret dari daftar warisan."

"Aku mana tau, aku cuma minta david bawain minuman, udah ah... Mau mandi tar telat, makasih." elis nyelonong kedalam kamar mandi meninggalkan rifai sendirian.

Saat sedang asik mandi, tiba-tiba ia teringat tentang mimpinya semalam.

Mimpi sedang bercumbu dengan rifa. saat rifai memainkan lidahnya di dalam mulutku dan saat lidahnya bermain di leherku, lalu turun ke payudaraku, dan saat bibir rifai menghisap lembut pucuk nippleku.

Arghh... Otak polosku sudah tercemar sama mimpi sialan........ gimana nanti ketemu rifai malu banget, meskipun itu cuma mimpi, ahh..... Batinnya frustasi.

Elis turun dari kamarnya dengan wajah yang sulit di artikan.

Pokoknya aku harus ngehindarin rifai, aku malu.... Mimpi sialan, mau taruh dimana mukaku. Batinnya.

"ELIS..SARAPAN UDAH SIAP." panggil bunda menggema.

Please bund, elis lagi ngga mau ketemu rifai. Dewi batinnya.

"Aduh bund maaf elis ngga bisa sarapan udah telat banget." alibiku.

"Yaudah kalo gitu, rifai cepat antar elis, dia Udah terlambat." ucap bunda.

Buset ndah... Elis mau ngehindarin rifai malah disuruh berangkat bareng.

"Ayok cepet." ajak rifai. Mau tidak mau elis mengikutinya.

"Hah..." desah kesal pada dirinya sendiri.

"Kenapa?" tanya rifai.

"Ah gapapa gapapa." elakku.

"Dasar aneh. Tukang mabuk." cibir rifai, elis malas menjawab cibiranya, karna fikirannya sedang kemana-mana.

"Nanti aku jemput, jangan nolak." ucap rifai saat sudah sampai. Elis hanya mengangguk pasrah. Sepasrah mimpinya yang sudah di jamah-jamah oleh rifai.

"Aku masuk dulu, bye."

Elis bekerja dengan tidak semangat. Bukannya ia membenci mimpi dengan rifai, tapi ia membenci dirinya yang seolah tidak tau rasa berterimakasih sudah mencintai rifai.

Aku ingin membuang rasa ini, namun semakin aku mengelak untuk menerima Cinta yang tumbuh untuk rifai, semakin besar juga rasa ini untuknya, dan semakin berakar dan sulit untuk di cabut.

"Hey, melamun." ucap julian tiba-tiba mengagetkan elis.

"Ah maaf pak." kataku formal.

"Ada yang ingin aku omongin soal pekerjaan, aku tunggu di ruanganku."

PASSIONATE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang