2.

720 85 3
                                    


Yunseong mengambil sehelai kanvas dan melampiaskan kekesalan hatinya dengan mulai mencoret

Tiap kali suasana hatinya memburuk, ia akan datang ke kelas fakultas seni dan bergabung dengan mahasiswa seni lainnya

Hanya ditempat ini dia merasa hidup dan bernyawa. Disini, ia diterima sebagai teman, sahabat, bahkan dijadikan mentor bagi mahasiswa baru yang ingin mendalami dunia melukis

Berat yang ia tanggung seakan lepas saat mencium bau cat minyak berwarna

Yunseong tidak tau sampai kapan narapidana ini bisa hilang dari hidupnya

Bukan salahnya jika ibu nya lebih memilih meminta cerai pada ayahnya yang hobby bermain perempuan

Ia sudah muak melihat ayahnya selalu membawa wanita lain kedalam rumah tepat dimata kepalanya sendiri.

Tiap kali Yunseong ingin bertindak untuk memberi pelajaran pada wanita-wanita ayahnya, ibunya selalu melarang.

Ibunya memilih diam dan bertahan demi kebahagian Yunseong

Puncak kesabaran ibu berakhir saat salah satu wanita ayahnya menuntut untuk dinikahi

Yunseong tidak akan pernah lupa tentang pertengkaran itu


"Kau boleh membawa semua wanita itu, tapi aku menolak jika dia menjadi Nyonya dirumah ini!" Teriak pada ayah

"Aku harus bertanggung, karna Somin sudah hamil" ucap Ayah

Tangis ibu pecah saat itu, dipukuli nya tubuh ayah kuat. Kesabaran ibu sudah di titik puncak

Selama ini ia bersikap tidak perduli dengan pengkhianatan suaminya, ia sama sekali tidak menyangka jika ayah berbuat lebih jauh lagi, hingga membuat sakit hati ibu semakin dalam

"Apa kau tidak memikirkan perasaan ku sama sekali?!" Teriak ibu lagi

"Maafkan aku" ujar ayah

"Bukan itu yang ingin kudengar! Bagaimana dengan nasib anak kita? Aku bertahan karna Yunseong, aku ingin memberikan kehidupan yang layak baginya!"

"Tidak ada yang berubah, Yunseong juga anakku. Aku juga memberikan yang terbaik untuknya"

"Baik! Jika begitu, kau harus berjanji jika kau hanya memberikan saham perusahaan pada Yunseong, bukan pada anak yang kau hamili"

"Baiklah , jika itu maumu"

"Kalau begitu, sekarang ceraikan aku"

"Jangan seperti itu, beri aku waktu" ayah kaget mendengar permintaan ibu

"Waktu untuk apa? Untuk melihat kemesraan mu dengan wanita-wanita mu? Kau pikir aku tidak punya perasaan Hah?!" 

Yunseong hanya terpaku mendengar dan melihat bagaimana ayahnya memperlakukan ibu seperti patung hidup yang tidak bisa melawan

Hatinya sesak melihat airmata ibunya saat membereskan barang-barang miliknya

Kesehatan ibu selama ini, sama sekali tidak berharga dimata ayah, jika tidak ingat pesan ibu nya, ingin rasanya Yunseong terjun bebas ke sungai han dari jembatan banpao

Ibu berpesan agar Yunseong menjadi pewaris tunggal perusahan. Ibu tidak ingin Yunseong tersingkirkan oleh wanita simpanan ayah

Karna itulah Yunseong melepas impiannya menjadi pelukis dan mendaftar kejurusan managemen dan bisnis sesuai keinginan ayahnya

Hingga tahun kedua, ia masih bisa menahan hasrat nya untuk tidak memegang kuas dan kanvas

Tapi setelah ia singgah di fakultas seni dan berkenalan dengan mahasiswa yang memiliki tujuan yang sama, hasrat dan impiannya semakin bergejolak

Ia melupakan tugasnya menjadi mahasiswa manajemen dan lebih aktif ikut kelas seni. Meski hanya bisa masuk ke kelas Workshop saja

Dari kelas ini lah dia mengenal Yoon Bomi, atau lebih dikenal Bomi

Mahasiswa tingkat akhir yang kini merangkap sebagai assisten dosen

Melihat minat dan bakat Yunseong, Bomi rela meluangkan waktunya untuk  berbagi pengetahuannya tentang dunia melukis pada Yunseong

Begitu banyak ilmu yang Bomi berikan pada Yunseong yang sempat membuang mimpinya



.

.

.






To Be Contiue





.

.

.



Beberapa chap itu masih bahas masalah Yunseong dulu yah, moment HwangKeum nya ntar-ntar aja

Paint My Love (Yunseong X Keum) ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt