"Alisha aja deh, gue kayanya bulet mau ikut fotografi aja." Jawab Caca.

"Itu pengurus aja kan?" Tanyaku. Kayanya menarik deh, ngurus tim basket. Nggak, aku nggak masalah sama ganteng nggaknya. Cuma kayanya lebih menghibur ikut kegiatan yang non akademik gini. Kalo fotografi kan masuk mata kuliah. Ditambah ini UKM Univ, pasti nilai plusnya lebih banyak.

"Iya Sha, nggak perlu bisa main basket. Sebenernya butuh satu orang lagi. Kalo Caca nggak mau, ntar kita cari yang lain lagi. Ayolah Sha..." Kalya menggoyang-goyangkan lenganku, merengek supaya aku mau ikut.

"Alisha tu jago kalo suruh ngurusin orang, pasti doi mau." Celetuk Caca.

"Palamu." Balasku.

"Tapi tuh menurut gue lo cocok, Sha, ikut yang begituan." Caca kembali menimpali.

"Kalau mau, nanti sore ada kumpul lagi. Gue ajakin lo aja langsung ke lapangan. Gimana? Tapi ya emang konsekuensi jadi pengurus, nggak ada imbalan apapun. Karena kita ngurusin anak-anak basket aja dan jadi bagian dari tim juga. So, it's a team work. Karena tim nggak ada apa-apanya tanpa pengurus. Begitu juga sebaliknya. Hehe." Kalya sudah berlagak seperti bagian marketing UKM basket.

Aku pun mengangguk. Dengan mudah memutuskan untuk mengikuti ajakan Kalya. Nggak ada salahnya kan mencoba? Hehe.

"Boleh deh, seru juga kayanya."

"Bilang aja mau cuci mata!" Ucap Caca.

"Lah emang!" Aku membalas tak kalah nyolotnya, membuat Kalya tertawa.

--

Sore harinya aku mengikuti Kalya menuju lapangan basket. Setelah promosi sana-sini, akhirnya Kalya berhasil menggaet aku dan Grizelle, salah satu teman sekelas kami juga.

Berjalan beriringan menuju lapangan basket yang tidak begitu jauh dari fakultas, aku, Kalya dan Grizelle mengobrol seputar apa yang kira-kira akan kami lakukan ketika sudah menjadi pengurus basket.

"Katanya, denger-denger, anak basket kampus kita tuh yang paling ganteng ya? Dari semua kampus disini?" Tanya Griz.

"Nah iya! Emang ganteng-ganteng! Kalian liat aja sendiri nanti!" Ucap Kalya mendadak antusias.

Sesampainya di lapangan, sudah terlihat beberapa pemain sedang berkumpul. Salah satunya kekasih Kalya, Jeno, teman sekelas kami juga. Ia pun berjalan memimpin aku dan Grizelle menuju kerumunan itu. Ada Jeno serta empat orang maba lainnya tengah mengobrol. Ganteng parah pacar Kalya nih ya.

Tak lama sedikit demi sedikit para maba pun mulai berdatangan. Total hampir tiga puluh orang memenuhi sudut lapangan basket. Aku dan Griz sedikit canggung dan hanya mengekor Kalya yang sudah lumayan berbaur dengan tim maba.

"Bentar ya, kakak tingkat belum ada yang dateng nih." Ucap Jeno yang peka dengan kecanggunganku dan Griz.

"Iya nggak papa kok. Santai." Jawabku dengan tersenyum.

Banyak pasang mata sudah tertuju padaku juga Griz. Aku juga nggak tahu kenapa mereka semua sering banget melihat ke arah kami.

"Lo mau jadi pengurus Sha?" Tanya Mark, teman sekelasku yang memiliki wajah blaster bule itu.

"Iya, lo gabung basket juga?" Aku balik bertanya.

"Yoi." Mark mengangguk.

Menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya segerombol kakak tingkat datang bersamaan. Mereka datang dalam waktu yang berdekatan, ikut memenuhi sudut lapangan yang lainnya. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mark, mataku ini nggak sengaja menangkap sosok Kak Yuta diantara kakak tingkat yang sedang berjalan menuju lapangan.

"Sial!" Umpatku. Beneran, sama sekali nggak ada pikiran gimana kalau Kak Yuta gabung tim basket. Ah! Bisa ngundurin diri nggak sih? Nggak nyangka ternyata bentukan gitu ikut tim basket juga.

"Napa lo?" Tanya Mark, kaget dengan reaksiku.

"Nggak papa." Aku mendengus kesal.

"Ada kak Yuta ya? Lo kesel kan?" Mark tertawa setelah mengikuti arah pandangku dan melihat Kak Yuta diantara kakak tingkat kami.

"Gue kesel banget, Mark, tiap liat muka doi. Ngeselin banget. Sengaja godain gitu! Bahas-bahas goyang kucing mulu." Keluhku dengan menghela napas panjang.

Mark terkekeh. "Dia suka sama lo kali."

"Nggak usah ngaco!" Semburku.

"Serius gue, Sha. Keliatan kali gelagat cowok kalau naksir cewek."

"Pengalaman ya lo?!" Hardikku dengan menunjuk wajah Mark.

"Yaelah, Sha. Namanya juga cowok, normal lah naksir cewek. Gimana dah?" Mark tertawa.

"Dih... Kalo gitu Kak Yuta nggak normal, naksir kok begitu. Godain nggak ada habisnya." Aku mengalihkan pandangan.

Tak dipungkiri, sisi lain hati ini sempat menjerit ketika harus melihat Kak Yuta dalam balutan Jersey basket bewarna merah. Rambut yang panjang membuat tangan Kak Yuta terbiasa menyigar rambutnya yang berjatuhan ke depan. Sial! Di antara rasa kesal yang membuncah, masih saja ada perasaan kagum yang terselip. Kak Yuta memang tampan, sangat tampan. Aku tidak bisa membohongi perasaan sendiri. Nggak jelas. Benci tapi masih bisa kesengsem. Gimana tuh?

"Ngelamun aja, kesambet lo Sha!" Griz menyenggol lengan, membuat aku tersadar.

"Nggak kok. Lagi mikir aja. Banyak banget orang di lapangan nih. Pusing gue."

--

Jeno & Mark

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno & Mark

Loving Nakamoto Yuta [✔]Where stories live. Discover now