17. Ingatan

1.5K 247 36
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

  Jeno, Jaemin, Renjun, Hwayoung, dan Aimee berjalan tanpa menimbulkan suara menuju gedung auditorium. Mereka memutuskan untuk keluar dari gedung kelas karena takut bertemu Haruko di sana.

  Jaemin bersama Renjun berjalan paling depan, meskipun kesusahan karena kaki Renjun terluka. Di belakang mereka ada Hwayoung dan Aimee. Lalu ada Jeno yang berjalan paling belakang untuk menjaga mereka.

  Mereka harus melewati jalan yang tidak terlalu terekspos. Setelah bersusah-payah mencapai auditorium, akhirnya mereka tiba di sana.

  Jaemin langsung mendudukkan Renjun di salah satu bangku. Aimee dan Hwayoung menuruni anak tangga, lalu ikut duduk di bangku yang berada agak ke bawah. Sementara Jeno pasrah saja duduk di anak tangga, sambil meluruskan kakinya.

  "Njun, lo gak papa?" tanya Jaemin yang berada di samping Renjun.

  Wajah Renjun terlihat pucat. Pemuda itu bahkan keringatan. Sepertinya, Renjun kehilangan banyak darah. Apalagi dia harus berjalan jauh ke sini. Renjun terlihat sangat tersiksa.

  Aimee datang lalu membukakan kedua sepatu dan kaos kaki Renjun. Dia terkesiap kaget melihat luka bekas tusukan pisau di kaki Renjun. Jaemin saja sampai ngilu melihatnya.

  "Ini lukanya parah," kata Aimee. "Harusnya kita ke UKS dulu."

  "Ya kita kan panik banget, tadi," kata Jeno. "Gak kepikiran sama sekali buat ke UKS."

  "Gue gak papa ... " kata Renjun dengan pelan. Pemuda itu ingin menegakkan duduknya, namun Jaemin menahannya.

  "Jangan banyak gerak dulu," kata Jaemin. "Lo pasti pusing banget."

  Karena kasihan melihat Renjun, Hwayoung berinisiatif untuk melepas kacunya. Dia kemudian mendekati Renjun dan berlutut di hadapan pemuda itu.

  "Sini, kita perban dulu supaya darahnya gak keluar terlalu banyak," kata Hwayoung. Dengan telaten, gadis itu memerban kaki Renjun. Setelah selesai, Hwayoung berdiri kembali.

  Semuanya kini terdiam. Mereka berlima kelelahan sekali, apalagi Renjun yang harus menahan sakit. Dia kembali memakai sepatunya.

  "Guys," panggilnya.

  Keempat temannya langsung menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Jeno.

  "Gue ... keinget sesuatu," jawab Renjun. Dia meringis karena kepalanya terasa pusing. "Sesuatu yang berhubungan sama Jun yang kita ceritain waktu itu."

  "Hah, kenapa sama dia?" tanya Aimee yang penasaran.

  "Jun itu sebenernya ... tetangga gue," kata Renjun. "Gue gak tau kenapa bisa tiba-tiba keinget. Gue kira gue berhalusinasi, soalnya kepala gue sakit banget. Tapi itu kaya nyata."

  "Bentar, bentar, jadi maksudnya lo kenal sama si Jun itu?" tanya Jaemin memastikan. Renjun menganggukkan kepalanya.

  "Jangan-jangan, kita berlima emang kenal sama si Jun, Minsae, dan Chaerin?" tebak Hwayoung. "Terus gimana caranya bisa inget, Renjun?"

  Renjun menggeleng lemah. "Gak tau, gak ngerti."

  Satu hal yang mereka pikirkan sedari tadi. Kalau memang mereka mengenal Jun, Minsae, dan Chaerin, bisa saja mereka ada hubungan dengan ketiga orang tersebut. Dan kalau sampai salah satu dari mereka bertiga jahat, maka kemungkinan juga ada yang jahat di antara mereka.

  "Kenapa Joohyun ngajakin kita main ginian, ya?" tanya Jeno tiba-tiba.

  Jaemin terlihat berpikir sebentar. Kemudian, dia terkejut sendiri atas pemikirannya.

  "Guys, nama marga Joohyun apa?" tanya Jaemin.

  "Jeon," jawab Hwayoung. "Jeon Joohyun."

  Jeno ikut terkejut setelah menyadari arah pembicaraan Jaemin. "J-jangan bilang ... "

  "Ada apa sih?" tanya Aimee yang penasaran.

  "Waktu itu gue sama Jeno gak sengaja denger pembicaraan guru di kantor," jawab Jaemin. "Mereka juga nyebutin nama-nama yang dicoret di kelas Bang Mingyu. Dan yang gue inget ada nama Jeon Wonwoo."

  Mendadak, mereka semua terdiam. Semuanya larut dalam pemikiran masing-masing. Bisa saja memang ada hubungan antara Joohyun dengan salah satu orang yang hilang yang bernama Jeon Wonwoo itu.

  Beberapa detik kemudian, terdengar bunyi statik dari ponsel mereka secara bersamaan. Bunyi statik tersebut tidak terlalu kuat. Namun tetap saja membuat mereka panik.

  Dengan cepat, Jaemin dan Jeno membantu Renjun bangkit. Aimee dan Hwayoung sudah lebih dulu menuruni anak tangga, menuju bagian belakang panggung auditorium. Ketiga pemuda itu mengikuti mereka.

  Suara statik terdengar lebih keras, seperti berasal dari depan gedung auditorium. Mereka berlima sudah bersembunyi di belakang panggung.

  Tak ada yang berani bersuara, sementara suara statik terdengar semakin keras dan dekat. Tiba-tiba saja, pintu gedung auditorium terbuka dan menimbulkan bunyi yang keras.

  Mereka semua menahan napas. Aimee gemetaran. Sementara Hwayoung secara tak sadar mendekat ke Jeno untuk mencari perlindungan. Jeno yang mengerti pun menarik Hwayoung ke sampingnya lalu merangkul gadis itu.

  Sejenak, tak terdengar apa-apa.

  Namun tiba-tiba, terdengar suara lolongan dari luar.

  Lalu, Renjun juga ikut melolong.

•••

hayoloh gimana tuh. tebak sendiri ya hehehe

btw, ini terlalu pendek gak sih? aku entah kenapa gak bisa bikin satu chapter yg isinya panjang. tiap aku update selalu ditanyain kenapa kurang panjang, padahal menurutku udah panjang loh :") sedih :")

[ii] THE RETURN • NCT✔Where stories live. Discover now