ㅡ✨04 회

Mulai dari awal
                                        

"Eomma..." ia merengek sambil mengusap matanya dengan punggung tangan. "aku baru saja akan tidur, kenapa kau membangunkanku." cebiknya.

Nyonya Lee bersidekap, "Jam berapa sekarang Lee Taeyong?"

"Jam 1 siang," jawab si mungil malas dengan suara paraunya.

Taeyong menjerit saat belakang kepalanya dipukul keras oleh Ibunya, "Ya! Eomma!" ia menatap wanita itu tak percaya. Sedetik kemudian ia menggulirkan mata kearah jendela yang masih terbuka.

Gelap,

Apa artinya ia tertidur sejak jam 1 siang? Fikirnya.

"Siang katamu anak malas?" Nyonya Lee menjewer telinga sang anak, menariknya keras agar Taeyong segera turun dari ranjang.

Pria mungil itu mendesah kesakitan, mengikuti ibunya yang membawa ia kearah kamar mandinya. "Eomma, sakit...lepaskan kumohon." pinta Taeyong.

Nyonya Lee mendorong kuat tubuh anaknya, "Mandilah, seseorang menunggumu dibawah." sergahnya sambil menatap Taeyong nyalang.

Pria mungil itu mendesis, mengusap daun telinganya yang terasa sangat perih akibat jari jemari sang Ibu. Tidak, Nyonya Lee sangat menyayanginya, tapi terkadang wanita itu bertindak seperti ibu tiri yang sangat kejam jika ia bermalas malasan dikamar seharian.

'Bagaimana kau akan mendapat uang dan menarik perhatian seseorang jika kau malas seperti ini?'

Kalimat itu bahkan sudah Taeyong hafal mati. Ibunya tak suka orang pemalas, katanya harta dan tahta juga wanita maupun pria akan menjauhinya jika ia hanya berdiam diri didalam kamar.

Anak rumahan, memang julukan yang pas untuk Taeyong. Tapi, sang ibu justru memberinya julukan Anak Kamaran, karena setelah pria mungil itu pulang dari sekolah, Taeyong hanya menghabiskan siang dan malamnya diatas ranjang bersama ponsel, laptop juga buku pelajaran.

Meski otak Taeyong sangat encer bagai air yang keluar dari kran, tapi Nyonya Lee sangat menyayangkan jika sang anak terlalu menutup diri. Menurutnya, menjadi pintar tak akan mejamin sebuah kesuksesan dimasa depan tanpa memperbanyak kenalan juga teman teman.

Tapi, Taeyong malah beranggapan sebaliknya. Jika ia telah pintar dikelas dan tak kehilangan gelar juaranya hingga di Universitas, maka di masa depan kelak ia bisa bekerja dimana mana, hanya perlu mengandalkan otak tanpa harus mengenal orang banyakㅡkatanya.

"Siapa Eomma?" tanya Taeyong sambil mengerutkan alis.

Nyonya Lee mengedikkan bahu. "Entahlah, tapi wajah anak itu terlihat tidak asing dimata Eomma." katanya lalu kembali mendorong pelan tubuh Taeyong.

"Mandilah, kau sangat bau." wanita itu terkekeh pelan sebelum menutup pintu kamar mandi anaknya. Sedangkan Taeyong yang berada didalam sana masih terdiam. Bertanya tanya dalam hati siapa lagi pemburu tugas sekolah yang datang untuk menemuinya. Ia sudah terbiasa dengan hal itu, teman kelasnya datang berkunjung hanya untuk melihat catatan juga tugas yang ia kerjakan.

Mengambil shower dan memulai kegiatan mandinya dengan gerakan lamban seperti biasa. Seakan tak perduli jika saja orang dilantai bawah menunggu lama.

Taeyong berjalan pelan menuruni tangga. Dipundaknya bertengger handuk tipis berwarna putih yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Menatap heran pada sosok yang tengah duduk di ruang tengah bersama Ibunya.

"Mingyu hyung?" Ia berjalan kearah sofa lalu duduk berseberangan dengan pria itu.

"Tidak bisakah kau mandi lebih lama lagi?"

Nyonya Lee yang duduk disamping Taeyong menggumam kesal. Pasalnya hampir setengah jam Mingyu menunggu namun anaknya malah berlama lama dikamar mandi. Bahkan ia berfikir jika Taeyong mungkin saja melanjutkan tidurnya dibawah guyuran shower.

Distance | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang