Prioritas Baru

204 23 3
                                    

Disclaimer : Semua idol di sini milik agensi masing-masing, author hanya bertanggung jawab atas plot cerita

Genre : friendship, slight of romance

Have fun while reading guys...^^
______________________________________
Jeongyeon POV

      Setelah aku bergabung dengan mereka, aku masih memandangi dengan seksama dengan tatapan yang mungkin sulit diartikan oleh orang lain. Mungkin Hyuntae eonnie menyadari sikapku sejak tadi, dia menepuk pelan pundakku. Aku masih tidak menghiraukan, karena sibuk dengan dunia sendiri. "Aku tadi hampir lupa menanyakan namamu" katanya dengan suara agak keras. Sontak aku melihat ke arahnya.     

      Tenggoranku rasanya tercekat karena merasa malu dan gugup. "Aku Yoo Jeongyeon" ujarku lalu membungkuk sopan. Kuhentikan sejenak kegiatan makan, barulah kulanjutkan setelah bicara. Mulutku penuh makanan sehingga sepertinya tampangku berantakan sekarang, seperti anak kecil.

     Jihoon yang sedari tadi diam dan kelihatan tidak tertarik pada apapun itu akhirnya tertawa. Entah sejak kapan Hyuntae eonnie memiliki kipas kertas berukuran agak besar itu. Dipukul punggung Jihoon dengan kipas itu.

     "Aduh !! Noona, ampun !" Jihoon langsung memulai drama seakan dia benar-benar kesakitan. Kenapa begitu sih ? Memangnya dia itu kapas ? Mudah rusak kalau dipukul. "Kau terlalu berlebihan Jihoon-ah" kataku melirik tajam padanya dengan tatapan 'kau seperti itu lagi lebih baik ayo bertanding tinju melawanku'.   

     Kusantap habis makananku, aku menengok kanan-kiri. Mereka sudah selesai makan tapi masih sibuk mengobrol sedangkan aku sudah bosan sekali. Ngomong-ngomong, aku jadi rindu keluargaku, kira-kira bagaimana ya kabar mereka sekarang ?

      Kami berdiri serentak, melihat satu sama lain lalu dengan kompak kami bertiga mengucapkan 'terimakasih untuk hidangannya' Hyuntae eonnie lalu mengangguk dan tersenyum anggun. Jihoon dan Woojin langsung menghambur ke kamar mereka. Sungguh tipikal anak kembar. Pandangan mataku menuju Chanyeol yang sibuk berbincang dengan kakaknya. Aku tidak paham jadi aku hanya menopang dagu dan menghela nafas.

      "Maaf menyela, tapi dimana aku bisa mencuci dan mandi ?" mereka berdua saling menatap satu sama lain lagi. Setelah itu Hyuntae eonnie mengangguk dan terlihat senang.

(Berselang beberapa waktu kemudian...)

      "Aigoo kenapa jauh sekali ? Bisakah kita berhenti sebentar ? Aku lelah" ujarku menggerutu lalu berjongkok memeluk lutut. "Kau ini kenapa sih ? Manja sekali padahal sudah dewasa" ujarnya ketus. Dia tetap berjalan tanpa memedulikanku.

      Aku bergegas mengikutinya, aku khawatir dia akan meninggalkanku nantinya. "Kau lihat yang di sana itu ? Rusa muda itu jarang sekali muncul, selagi menunggumu aku akan memburu mereka" tanyanya dengan tatapan tajam mengarah pada sekawanan rusa yang tengah makan itu.

      "Kau bilang kau akan berburu, tapi tunggu dulu, bukannya kau tidak bawa senjata ?" tanyaku mendongak. "Nanti juga kau akan lihat hasilnya, jangan banyak tanya" dia menunjukkan wajah ketus lagi. Memuakkan. "Kalau saja aku tidak mengerjakan sesuatu aku akan membantumu". "Maksudmu membantu membuatnya lebih sulit ?" dia menaikkan sebelah alisnya. "Bukan begitu !!" sahutku kesal, kupercepat langkah karena dia sudah jauh di depanku.

      Sesampainya di sana, aku bergegas melakukan tugasku. Aku berusaha turun hati-hati. Jalan berbatu ini sangat licin karena lumut yang menutupi permukaannya. Karena gemetar aku berusaha mencari pegangan, tanganku menggenggam ujung dahan dan melangkah pelan-pelan. Selangkah demi selangkah semakin dekat.   

     Akhirnya aku sampai di bawah. Tak lupa aku mengacungkan jempol dan mengatakan 'oke' pada Chanyeol. Lalu Chanyeol pergi berburu rusa yang masih muda yang kami jumpai saat perjalanan tadi.

     Aku sibuk menuntaskan pekerjaan sembari melihat air terjun yang membiaskan cahaya matahari, pelanginya begitu indah. Aku hampir lupa kalau aku sedang sendirian saat ini. Chanyeol mungkin sudah mendapat hasil buruan sekarang, semoga saja dapat banyak.

Author POV

    Chanyeol sudah siap memposisikan dirinya agar bidikannya tidak meleset, selama ini pun dia dikenal paling handal. Perawakannya yang tinggi kekar, juga tampan, dia ahli mengatur strategi dan cekatan. Sebenarnya mudah menemukan pemuda yang tampangnya bagus, hanya saja mereka pemalas. Chanyeol menajamkan matanya agar tidak melewatkan kesempatan emas ini.

     Tidak boleh ia lengah sedikitpun kalau sudah sedekat ini. Melesat anak panah itu seperti hujan, dan tepat sasaran, tidak ada anak panah yang terbuang percuma. Tapi Chanyeol sedikit kecewa, karena dari kawanan rusa tadi ada yang kabur, padahal anak panah Chanyeol tidak berisik dan rusa-rusa itu bahkan sudah tergeletak sebelum sempat menjerit kesakitan. Chanyeol mendekati hewan-hewan buruan yang sukses ia dapatkan itu. Dia terlihat celingukan karena menunggu kehadiran seseorang yang akan membantunya.

      Ha Sungwoon, seorang pedagang bambu yang sudah akrab dengan Park Chanyeol. "Hyung, kenapa lama sekali sih ?" tanya Chanyeol dengan nada kesal. Dia biasanya tidak sampai selama ini. "Aku baru mengantarkannya ke desa sebelah, sabar sedikit lah kau ini" sahut Sungwoon yang terkekeh.    

     Sungwoon tubuhnya kecil, bahkan lebih pendek dari Jeongyeon. "Kau cukup hebat bisa dapat sebanyak ini". "Nanti akan kubagi, yang jelas bantu aku cepat" perintah Chanyeol angkuh, melupakan sopan santun. Sungwoon sedikit kesal tapi dia tetap membantu 'galah berjalan' itu. Baru juga Sungwoon mengusap peluhnya dan ingin duduk sebentar, Chanyeol sudah membuka mulutnya lagi. Chanyeol lagi-lagi mengganggunya.

    "Antarkan aku, aku akan menjemput gadis yang tadi bersamaku" suatu kesalahan bagi Chanyeol menceritakan hal seperti itu pada seorang Ha Sungwoon. Sungwoon yang menjalankan kereta tiba-tiba saja menghentikan kereta itu mendadak.

      Dan sudah bisa ditebak, selama beberapa menit Chanyeol harus membiarkan suara mengoceh Sungwoon yang sangat berisik itu melewati indra pendengarannya berulang-ulang. Mereka akhirnya bertukar tempat duduk karena telinga Chanyeol rasanya sudah panas bahkan memerah. Chanyeol menggantikan tugas Sungwoon tadi. Bagaimana dengan Sungwoon ? Dia masih sibuk memikirkan soal gadis itu, setahunya Chanyeol tidak suka dekat dengan gadis manapun bahkan sudah kelewat cuek pada mereka semua.

      Sungwoon tidak mengerti kenapa Chanyeol jadi aneh begini. 'Tapi bisa jadi ini perintahnya Hyuntae' batin Sungwoon, setelah merasa mendapatkan jawaban setelah berargumen sendiri Sungwoon akhirnya berkenan diam.
Jeongyeon sedang sibuk membereskan cucian ketika Chanyeol memanggilnya.

      Dengan susah payah Jeongyeon memanggul cuciannya. Otaknya sedang memproses sesuatu, dia harus ekstra hati-hati karena jalan ini sekarang jadi dua kali lebih berbahaya dengan barang Jeongyeon yang berat karena basah. Dengan tekad kuat akhirnya dia berhasil naik dengan selamat sampai atas. Tadi Sungwoon wajahnya bahkan pucat melihat bagaimana Jeongyeon bersikeras naik sendiri tanpa bantuan.

       Jeongyeon merasa dia harus terbiasa melakukan ini, siapa tau dia akan terbiasa menjalani rutinitas ini. Jeongyeon memijat pergelangan kaki yang terasa nyeri. Lalu dia berdiri tegak lagi, tatapannya bingung melihat seseorang asing (lagi). "Ha Sungwoon, temannya Chanyeol" Sungwoon tersenyum ramah padanya.

     "Yoo Jeongyeon, salam kenal" keduanya berjabat tangan disaksikan seorang Chanyeol yang merasa diabaikan. "Dari mana asalmu ?" tanya Sungwoon lagi, dia tentunya hafal wajah penduduk desa, dan baginya gadis ini sangat asing. "Aku dari provinsi XXX" jawab Jeongyeon singkat tapi tidak melunturkan senyumnya.

      "Oke kajja !!"

#TBC

Mau dilanjut ? Vote dan komen ya ^^

As The God SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang