#2 Ayunan Merah

16 0 0
                                    


Sebenarnya aku masih mencoba mengingat-ngingat momen apa saja yang sudah aku habiskan bersama dia. Beberapa tersisa di dalam album foto, yang untungnya masih di simpan oleh Ambu. Di dalam foto itu, kami di foto bertiga, aku yang masih di gendong Ambu, dan tentu saja, dia – dengan pose berdiri di depan kami berdua, memakai baju overall merah. Terlihat begitu menggemaskan. Tentu saja di tahun itu dia sudah bisa berdiri, karena usia kami memang terpaut jarak 3 tahun. Aku masih ingat, foto itu di ambil di dalam rumahnya yang lumayan berdekatan dengan rumah nenekku. Tepatnya berada di belakang rumah nenekku. 

Sewaktu kecil – kenang Ambu, aku memang lumayan sering main di rumahnya, karena ketiga kakaknya pun sering mengajakku main. Ya! Aku ingat sekarang, aku selalu bermain ayunan di depan rumahnya yang kalo dibayangkan, rumahnya lumayan agak horror. Kami selalu bermain ayunan di bawah pohon mangga besar, banyak ulat dan saking sayangnya dengan ayunan itu, keluarganya memberikan ayunan itu untuk selanjutnya Ayahku pasang di depan rumah. 

Ya aku ingat, ayunan itu berwarna merah, dengan posisi berhadapan. Bermain ayunan di sore hari, dengan sisa bedak di muka, sambil di suapi Ambu dengan nasi dan sayur sop hangat. Menyenangkan.

Aku jadi berfikir, pantas saja di dalam album yang Ambu simpan cukup banyak sekali foto keluarga dia dengan foto Ayahku. Pergi liburan ke luar kota, atau sekedar foto bersama di depan rumah. Sepertinya keluarga nenek-ku memang dekat dengan keluarga dia. Belum lagi foto dia sewaktu kecil yang lagi-lagi memenuhi album foto ku. Dengan posisi duduk di mobil, sampai pose dia dengan memakai baju polisi. Tidak ada aku, tidak ada Ayahku dalam foto itu. Hanya foto dia sendiri. Aku terkadang aneh. Sebegitu sayangnya ya keluarga kami dengan dia? Padahal kami hanya bertetangga....

sebut saja judulnya: SagitariusWhere stories live. Discover now