Chapter 1

20K 1.2K 33
                                    

Halo semuanyaaa....
Am

Nah ini adalah ceritakun 2019 yg gak ada di wattpad. Adanya ebook dan buku.

Aku mulai tertarik buat publish ini di wattpad. Aku akan update ini secara berkala yaaa....

Kalo kalian tertarik baca langsung bisa baca di Goohle Play, bisa juga ikutin di sini yaa....



🍊🍊🍊


"Ken? Kau mabuk ya?"

Aku berdiri di depan kakak lelakiku yang usianya beda sepuluh tahun denganku. Dia masih lajang, dan tinggal sendiri di sebuah apartemen di London, aku sendiri tinggal di Reading. Ken seorang pengacara, dan dia pulalah yang membantu biaya kuliahku yang cukup tinggi.

Ken berjalan sempoyongan sambil menggeleng, meski dia menyangkal mabuk tapi aku tahu dia mabuk. Aku meraih lengannya dan merangkulkannya ke bahuku lalu membawanya masuk. Jika minggu aku akan mengunjunginya sesekali di London, karena dia benar-benar sangat betah hidup sendirian di saat karirnya mulai cemerlang seperti saat ini.

"Dia sangat payah terhadap alkohol." Sebuah suara berat muncul dari luar pintu, disusul suara langkah kaki yang menggema mendekati kami.

Aku merebahkan tubuh Ken ke sofa dan berbalik untuk melihat siapa yang datang. Seorang pria dalam balutan pakaian kasual, dengan jins biru, kaos putih dan coat hitam. Tampilannya cukup berkelas. Kunaikan tatapan ke dadanya, dan dia memiliki dada yang kekar juga bidang, bahunya lebar dan kokoh. Ketika tatapanku mengarah ke wajahnya, dia memiliki wajah yang benar-benar tampan. Dengan rahang kokoh yang ditumbuhi cambang, tulang pipi tinggi, dan mata biru cemerlang yang memesona. Rambutnya cokelat almond dan disisir ke belakang.

"Siapa kau?" tanyaku dengan dahi mengerut.

Pria itu tersenyum dengan penuh pesona. Kutebak, dia pasti sedang berusaha memikatku dengan segala pesona dan aura maskulin yang menguar kuat.

"Riley D'Arcy, temannya Ken," katanya mengulurkan tangan padaku.

Aku menatap tangannya, kemudian wajahnya, lalu menjabat tangannya. "Ava Dayne, adiknya Ken Dayne."

Riley menarik tangannya dariku setelah sedikit menggerakan telunjuknya untuk menggoda tanganku. "Aku tidak tahu Ken memiliki adik perempuan yang cantik," katanya dengan senyum menggoda.

"Dan aku tidak mengharapkan kau tahu Ken memiliki adik perempuan," balasku sambil mengedikkan bahu. Aku melirik Ken sesaat, "Apa yang terjadi dengannya?"

"Dia mabuk, tentu saja. Dia belum muntah."

Aku menautkan kedua alis tak mengerti, ketika hendak membuka mulut untuk bertanya terdengar suara Ken yang mengeluarkan muntahan dan aku segera berbalik untuk menatapnya dengan kesal.

"Ken, ya ampun!" aku terpekik dengan kesal sambil mendekatinya, memijat tengkuknya sampai semua isi perutnya terkuras untuk dimuntahkan. Bau alkohol bercampur makanan membuatku ikut mual dan harus menahan muntah.

Aku tahu apa maksud Riley dengan mengatakan bahwa Ken belum muntah, karena dia memberitahu bahwa Ken akan muntah. Aku masih memijat tengkuk Ken sampai ia menggelepar kembali ke sofa dengan wajah merah dan meracau tanpa sadar.

"Ava, maafkan aku. Maaf..." Ken meracau tak jelas sambil membuka mata perlahan dan kembali tertidur. Dia benar-benar tertidur sampai terdengar suara dengkuran halus.

Dengan kesal aku meraih sepatunya, membuka satu persatu kancing kemejanya dan melemparnya ke lantai. Aku benar-benar kesal, tapi aku tak pernah bisa marah pada Ken yang selama ini membiayai kuliahku. Mom dan Dad tinggal di Bristol dengan uang pensiun Dad sebagai pengacara juga.

Living With The Devil [MASIH UPDATE] / TERSEDIA DI GOOLE PLAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang