2

34.2K 2.4K 148
                                    

Hai....kesibukanku sedikit reda jadi aku sempatin edit draft story ini...maapken kalo semisal ada typo atau kalimat yang gak nyambung....

Ternyata, KITA dan TRAP yang banyak diminati lanjutannya ya... Aku sudah buat secara terpisah dan mulai mengetik lanjutannya. Untuk publishnya tunggu story ini selesai ya...

Selamat membaca....

Keesokan harinya, aku memilih bolos kuliah meski tubuhku sudah kembali fit. Aku ingin menenangkan pikiranku dengan jalan jalan sendiri ke pantai. Aku menghubungi Mas Pram untuk mengantarku ke tempat tujuanku. Dia mengantarku dan aku memintanya untuk menjemputku sore hari sekalian menjemput motor kesayanganku yang sudah selesai di cat ulang.

Aku duduk menatap garis pertemuan langit dan laut di kejauhan. Suasana tidak begitu ramai karena bukan hari minggu atau libur sekolah. Aku menyewa sebuah pondok mini untuk keperluan priadiku karena aku berencana untuk bermain air nanti. Kilasan kenangan kebersamaanku dan Bayu membuat dadaku sesak. Dia pacar pertama dan juga cinta pertamaku.

Aku menghela nafas berat memikirkan langkahku selanjutnya. Beruntung aku belum pernah membawanya untuk berkenalan dengan kedua orang tuaku. Orang tua Bayu saja yang mengenalku dengan baik dan aku sedih mengingat betapa mereka menyayangiku.

Cukup lama aku melamun sampai akhirnya aku memutuskan untuk bermain air laut. Sejak kecil aku sangat suka pantai. Tanah kelahiranku adalah dataran tinggi yang dingin dan dulu kedua orang tuaku rutin mengajakku ke pantai untuk rekreasi atau menginap.

Itu berlanjut sampai aku dewasa. Aku selalu merasa damai bila menikmati pemandangan lepas pantai. Dan kali ini aku berharap aku bisa sedikit melupakan Bayu dan semua yang berkaitan dengannya. Aku ingin melepasnya dan memulai lembar baru kehidupanku tanpa Bayu didalamnya.

Aku mengganti bajuku dengan celana pendek dan kaus longgar setelah memakai sun block. Kutinggalkan alas kakiku di pondok dan melangkah menyusuri pinggiran pantai. Senyumku mengembang merasakan halusnya pasir di telapak kakiku. Sesekali kubiarkan sapuan ombak membasahi kakiku.

Aku mendudukkan diriku di tepi pantai dan membiarkan rambutku dipermainkan angin yang berhembus. Suasana hatiku menjadi ringan menatap batas cakrawala dan layar layar perahu di kejauhan.

Aku menoleh saat dari ekor mataku, kulihat seseorang ikut duduk di sebelahku. Aku terdiam saat kurasakan jantungku berdebar dengan sendirinya.

"Kamu?"

Dia menoleh sejenak lalu kembali menatap kejauhan. Lagi lagi kami terdiam dan aku segera mengalihkan pandanganku saat dia tak sedikitpun membuka suara.

"Mau ketempat yang gak kalah bagusnya?"

"Eh?"

Dia bangkit dan mengulurkan tangannya mengajakku ikut berdiri. Dengan ragu aku menerima uluran tangannya.

"Kamu taruh dimana barang barangmu?"

"Hah? Oh...itu disana"

Elang... Ya, orang itu adalah Elang. Dia berjalan ke arah pondok yang kutunjuk membuatku mau tidak mau mengikutinya. Dia duduk di teras pondok sementara aku mengganti bajuku. Pikiranku bercabang cabang membuat aku menuruti kata katanya tanpa bertanya apapun.

"Pegang aja kuncinya...entar kita balik lagi kesini liat sunset"

Lagi lagi aku menurut. Dia melangkah menuju parkiran kawasan wisata dan menyodorkan helm cadangan ke arahku. Seperti orang dungu, aku mengikuti kemauannya yang membawaku entah kemana. 15 menit kemudian...barulah aku mulai bisa berpikir jernih.

"Kita mau kemana?"

Dia tidak menjawab dan membelokkan motornya ke jalan setapak yang berujung ke sebuah tebing dengan pagar pembatas besi yang kurang terawat. Ada keraguan saat dia mematikan mesin motornya. Aku turun dari boncengannya dan dia melepas helm yang kupakai.

Cinta Tanpa SyaratWhere stories live. Discover now