1 - setipis benang

2.9K 241 37
                                    

"hyung! Kenapa bisa di kamarku!?" rengek Jisung malam itu sepulang dari kelas intensif tambahannya.

Bagaimana tidak marah? Kamar nya yang baru saja ia rapikan -setelah sekian lama tak ia bereskan, sudah dalam keadaan berantakan sekarang.

Pelakunya siapa lagi kalau bukan Lee Donghyuck alias Haechan yang sekarang dengan santainya sedang berselonjoran di ranjang Jisung sembari menikmati cokelat batangan.

"Yak hyung, kau ambil cokelat itu darimana!?" tanya Jisung lagi dengan mata membelalak. Dalam hatinya ia sungguh berharap bahwa apa yang ia asumsikan tidak benar.

"Cokelat yang ada di kulkas kecilmu itu hehehe, kenapa sih kalau ada makanan enak seperti ini selalu kau sembunyikan? Dongsaeng durhaka," keluh Haechan dengan tidak tahu dirinya.

Senyuman jahil terlihat jelas di wajah lelaki berkulit tan tersebut saat ia melihat wajah kesal Jisung.

Bagi Haechan, ekspresi Jisung sama sekali tidak seram. Sebaliknya, justru semakin terlihat menggemaskan.

Padahal Jisung sudah di tahun akhir SMA nya dan sedang bersiap untuk ujian kelulusan. Tapi di mata Haechan dan sahabat-sahabat mereka yang lain, Jisung tetaplah si bocah kecil ceroboh.

"Ah hyung! Kenapa dimakan sih!? Itu kan mau aku berik- aw! Siapa sih!?" ketus Jisung ketika seseorang menyentil bagian belakang kepalanya. Menginterupsi ocehan yang tengah Jisung tumpahkan pada Haechan.

"Ini aku, kenapa? Mau melawan?" sahut orang tersebut.

"Jeno-hyung? Sejak kapan hyung disini?"

"Baru saja, tadi aku mendengar suara ribut-ribut dari sini jadi aku langsung kemari. Ada apa ini?" tanya Jeno.

"Haechan-hyung memakan cokelat yang ku siapkan untuk orang lain!" Jisung mengadu, berharap Jeno mau membela dirinya.

"Oi, apa-apaan kau?" seru Jeno pada Haechan.

"Sini, aku juga mau bagi," lanjutnya lalu mengikuti Haechan untuk berbaring santai di kasur Jisung.

Ingatkan Jisung untuk tidak memercayai ataupun menaruh harapan kepada para hyung-nya disini. Sepertinya sampai kapanpun, Jisung akan selalu dijahili.

"HAHAHA, aigoo Jisung-ah, jangan marah begitu. Aku hanya bercanda, ini cokelat yang aku beli sendiri kok, HAHAHAHA..." Haechan kembali bersuara sebelum kembali menertawai dongsaeng nya. Jangan lupakan Jeno, yang tentu saja ikut menertawakan.

Wajah marah Jisung tadi benar-benar membuat Haechan tidak tega melanjutkan ulah jahilnya membohongi Jisung.

"Hyung, tidak lucu sama sekali tau," Jisung merengut. Ia lalu menghampiri kulkas kecil di kamarnya untuk mengkonfirmasi kebenaran dari ucapan Haechan. Jaga-jaga saja, Jisung tidak mau dibohongi untuk kedua kalinya.

Syukurlah, kali ini Haechan tidak bohong lagi.

Jisung lalu melemparkan pandangan penuh tanya ke arah dua hyung di kamarnya. "Kenapa kalian kemari?"

"Memangnya tidak boleh?" Jeno balas menatap tatapan Jisung seolah menantang balik dongsaeng-nya.

"Bukan beg-"

"Anyeong Jisung-ah!" tamu yang baru saja tiba ini serta merta langsung memeluk Jisung dari belakang.

Sudah tertebak bukan siapa orangnya?

Siapa lagi kalau bukan,

























Huang Renjun.





































BYE MY FIRST...Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz