Bonus Chapter: Theraphy

17.9K 1K 68
                                    

"Salam kenal Sunhee, nama saya Kim Jongdae." Sapa Kim Jongdae, salah satu temannya Jaehyun yang memiliki profesi sebagai terapis. Dia menjulurkan tangannya untuk gue raih.

"Sunhee." Sambil menjabat tangannya.

Hari ini, Jaehyun membawa gue ke salah satu temannya yang merupakan seorang terapis, sebenarnya seniornya waktu dia kuliah S1, tapi kata Kim Jongdae, Jaehyun boleh memanggilnya hanya dengan sebutan nama tanpa harus menggunakan 'kak,' 'bang,' atau apalah itu.

Jaehyun bilang ke gue kalau dia akan membantu gue untuk mengkontrol anxiety dan overthinking yang gue punya. Salah satunya dengan membawa gue ke temannya yang merupakan seorang terapis, bukan psikolog. Terapis dan psikolog itu beda. Kalau seorang terapis, dia bisa menjadi psikolog, psikiater, konselor atau penasihat, dan pekerja sosial. Seorang terapis juga memiliki beberapa gelar seperti gelar master, PhD, MD, atau sudah memiliki sertifikat untuk bekerja di lapangan, sertifikat yang dimiliki antara lain, pekerja sosial, klinik psikolog, atau konseling keluarga. Mereka membantu pasien atau klien untuk mengambil keputusan yang dikiranya sulit, lalu membantu mengklarifikasi mengenai perasaan juga salah satu tugas yang dimiliki seorang terapis.

Sementara psikolog, seorang psikolog harus mencapai gelar paling tinggi dalam pendidikan untuk menjadi psikolog. Berbeda dengan terapis, kalau psikolog pasti melakukan penelitian. Mereka juga membantu para pasien atau klien untuk mendiagnosa disorder atau masalah yang dimiliki pasien atau klien. Dan mereka biasanya bekerja sama dengan seorang psikiater. Jadi mereka gak bekerja sendirian. Psikolog juga memiliki tugas yang sama dengan terapis dalam membantu pasien dan atau klien untuk memgambil keputusan dan mengklarifikasi perasaan yang mereka rasakan.

"Panggil saya Jongdae aja. Gak usah formal-formal ya, pacarnya Jaehyun temen saya juga. Jadi anggap aja kita temenan ya?" Ucapnya dengan ramah.

"Oh oke... Jongdae."

Setelah melihat dan memperkenalkan dirinya ke gue, Jongdae beralih ke Jaehyun, "Jaehyun, you know the rules. You can wait outside." Ujarnya dengan ramah.

Jaehyun mengangguk. "Aku tunggu diluar ya." Ucapnya ke gue. Dan hanya gue balas dengan anggukan kecil.

Di tengah ruangan Jongdae, ada dua single sofa yang letaknya saling berhadap-hadapan. Satu sofa berlapiskan kulit berwarna hitam, dan satunya berlapiskan kain berwarna abu-abu tua. Cocok dengan desain interior ruangannya. Ada juga meja kerjanya di ujung ruangan, dan double sofa di pinggirnya. Selain meja kerja dan sofa, ada beberapa rak buku yang tingginya hampir mencapai langit-langit ruangannya. Rak buku yang ada juga gak hanya satu, ada 5 rak buku.

"Boleh silahkan duduk." Katanya.

Gue melihat ke arah dua sofa yang terdapat di tengah ruangan. Disebelah sofa yang berlapiskan kulit, ada meja kecil dan diatasnya ada notes kecil. Selain notes kecil, ada segelas air putih yang sekarang tinggal setengah. Sementara di sofa seberangnya, gak ada meja kecil di sebelah kanan atau kirinya. Jadi gue pastikan sofa yang berlapiskan kulit warna hitam itu sofa yang biasa Jongdae gunakan kalau dia berhadapan dengan pasien dan atau kliennya.

Akhirnya gue mengambil duduk di sofa yang berlapiskan kain abu-abu tua. Gue memposisikan duduk gue senyaman mungkin, karena gue gak berada disini hanya 10-15 menit aja kan?

"So, Sunhee... gimana kabarnya?"

"Uhm... good?"

"Kok kayak yang nggak yakin?"

Awalnya gue ragu untuk menjawabnya, "haha..." gue ketawa awkward.

"Haha gak apa-apa, gak usah awkward kalau sama saya." Katanya dengan santai. "Kalau kamu nggak keberatan, saya akan bertanya beberapa hal ke kamu dan menulisnya di notes saya agar saya dapat mengingatnya di dalam pikiran saya. Nggak apa-apa?" Tanyanya. Gue hanya mengangguk, lalu Jongdae kembali melanjutkan kalimatnya, "kalau saya sedang berbica, feel free to interrupt me kalau kamu butuh untuk mengatakan apa yang perlu dan ingin kamu katakan, oke?"

Ms. Kim | Jung JaehyunDove le storie prendono vita. Scoprilo ora