28

2.2K 367 38
                                    

UNTUK SENJA COVER BARU, BAGUS GAK?

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

HAPPY READING

•••

Weekend telah usai, weekday pun menanti. Pagi ini Bintang dan Senja akan kembali ke Bandung, karena sore nanti keduanya harus kuliah. Setelah pulang ambil motor dari Bogor, dia langsung menjemput Senja dari rumahnya.

Hubungan Senja dan Bintang kembali membaik, meski hanya status pertemanan, sampai detik ini Senja masih menutup hatinya untuk Bintang, baginya laki-laki itu hanya masa lalu yang tak bisa diulang kembali.

Masa lalu hanya untuk dikenang bukan untuk diulang.

"Udah siap, Senja?"

"Iya."

Baru saja Bintang ingin menstarter motor, tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata telepon dari sang ibu.

"Halo, Mi."

Terdengar isak tangis di seberang sana, dan suara Liana hampir tak keluar, dengan lirih dia berkata, "Papi udah pulang."

Napas Bintang tercekat, detak jantungnya berpacu hebat, dan air matanya berjatuhan, seperti dunianya menjadi gelap saat mendengar kabar buruk itu.

Tanpa tunggu lama, Bintang langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan pertanyaan dan ketakutan Senja dia abaikan, ini lebih penting dari apa pun, pria yang telah dia benci selama satu terakhir sudah pergi untuk selamanya. Bintang belum sempat bilang kalau dia sayang sama ayahnya, belum sempat memeluk tubuh ayahnya.

Berjuta kali Bintang mengatakan maaf dan aku sayang papi di dalam hatinya, tapi itu tidak ada artinya karena pria itu sudah pergi terlebih dahulu.

Senja kaget karena tujuan mereka rumah sakit, dia turun dari motor dan mengikuti Bintang yang sudah berlari dengan tergesa-gesa. Bahkan panggilan dan teriakan Senja pun dia abaikan. Melihat hal itu membuat Senja ikut merasa khawatir, satu hal yang Senja tahu Bintang sedang tidak baik-baik saja.

Setelah tujuannya sampai Bintang langsung membuka pintu, secara perlahan dia masuk ke dalam dan melihat tubuh ayahnya terpaku di atas ranjang.

Senja yang dari belakang mengikuti Bintang pun melihat hal itu, dan airmatanya ikut menetes, baru saja kemarin mereka mengobrol dan sekarang pria itu sudah pergi terlebih dahulu.

Bintang langsung berlari ke Yuda dan memeluk tubuhnya yang dingin dengan isakan tanpa henti, di sana juga ada Mentari dan Liana yang menangisi kepergian pria itu.

"Maaf, kami sudah melakukan yang semampu kami, tapi Tuhan berkendak lain," ucap sang dokter.

Ini seperti mimpi buruk, menerima kenyataan bahwa seorang ayah pergi dari dunia untuk selamanya adalah kenyataan pahit dan sangat menyakitkan.

"Bintang sayang Papi, maafin Bintang, Pi."

Liana mencoba menguatkan Bintang, dia meraih tubuh putranya lalu memeluknya dengan penuh kelembutan. "Ikhlas, Nak. Doain papi agar bahagia di sana."

Tubuh Bintang melemas seakan tenaganya telah hilang diterpa angin badai, dia berucap lirih, "Bintang belum jadi anak yang baik buat papi."

Melihat hal itu membuat Senja tersentuh, dia langsung memegang jemari Bintang lalu tersenyum, seakan memberikan kekutan untuknya. "Sedih itu wajar, tapi lo harus kuat. Om Yuda pasti nggak senang kalau liat anak kebanggaannya cengeng gini."

Bintang melepaskan pelukan Liana lalu tersenyum tipis.

"Langsung siapkan ambulance," ujar Liana ke perawat yang berada di sana.

"Baik, saya akan hubungi petugas."

Untuk terakhir kalinya Bintang kembali menatap Yuda, dia memperhatikan tiap inci wajahnya, lalu dia mengecup pipi pria itu, kemudian berbisik, "I'm sorry for everything, and i love more than you know, Pi."

Kehilangan memang menyakitkan, apalagi untuk selamanya.

•••

Bintang menatap nisan yang bertuliskan nama ayahnya, pria hebat yang telah membesarkannya dengan penuh cinta, hanya karena sebuah kesalahan di masa lalu membuat Bintang begitu membencinya.

Untung saja Senja yang telah menyadarkan, setidaknya setelah Yuda pergi untuk selamanya mereka telah berdamai.

Bintang lupa atas kebaikan yang Yuda lakukan selama tujuh belas tahun, bekerja banting tulang untuk keluarga, memberikan apapun yang anak-anaknya inginkan, dan selalu melalukan yang terbaik untuk keluarganya. Hanya karena Yuda memilih wanita lain, Bintang lupa akan semua itu, kemudian hanya kebencian yang tercipta.

Kalau saja ego Bintang tidak tinggi, mungkin tidak akan terjadi permusuhan di antara ayah dan anak itu.

Satu persatu orang-orang meninggalkan pemakaman ini termasuk Liana dan Mentari. Sekarang hanya tersisa Senja dan Bintang.

"Ntang, sampai kapan lo mau di sini?" Pertanyaan itu akhirnya terucap dari mulut Senja.

Bintang mengendikkan bahunya.

"Ntang, life must go on, seenggaknya om Yuda udah nggak sakit lagi, dan lo udah damai sama om Yuda, jadi lo harus lebih ikhlas, Ntang."

"Gue nyesel karena belum bisa jadi anak yang baik buat papi."

"Iya gue tahu, Ntang. Tapi jangan berlarut-larut."

Bintang tersenyum tipis. "Sekarang gue paham, hargai selagi masih ada, karena setelah dia pergi hanya penyesalan yang tersisa."

Senja setuju dengan hal itu, karena penyesalan selalu datang di akhir. Sayangi, cintai, dan jaga selama dia masih bersama kita karena setelah dia pergi hanya kenangan yang membekas.

Senja menatap langit. "Udah gelap, Ntang. Kita pulang, yuk."

Bintang mengangguk lalu dia berpamitan ke Yuda. "Pi, Bintang balik, ya. Nanti kapan-kapan ke sini lagi. Assalamu'alaikum."

•••

"Ntang, sebelum papimu pergi dia nitip sesuatu ke Mami." Liana memberikan selembar surat ke Bintang.

Bintang meraih surat itu, lalu beranjak ke kamarnya. Secara perlahan dia membaca rentetan kalimat itu.

Untuk putra kebangaanku, Bintang.

Bintang...
Papi tahu udah lukai hati kamu, Tari, dan mamimu
Papi minta maaf untuk segala kesalahan yang pernah Papi lakukan
Tolong jaga mamimu dan Tari. Sayangi mereka dengan sepenuh jiwa kamu
Oh iya, Bintang ... Siapapun pasangan kamu nanti, tolong jangan sakiti dia, jangan mengulang kesalahan yang pernah Papi lakukan

Kalau nanti Papi kembali ke sang pencipta, tolong doakan dan ikhlaskan Papi

Kamu harus tahu, penyesalan terbesar Papi adalah meninggalkan kalian hanya karena wanita yang salah
Sekali lagi maafkan papi

Ego papi terlalu tinggi untuk bilang 'Papi mencintaimu, Nak.'

Papi sayang kalian

Yuda Pratama

Tanpa sadar buliran air mata Bintang jatuh tanpa diperintah, tubuhnya melemas dan akhirnya jatuh ke lantai. "Ego kita sama pi, aku juga nggak pernah bilang, aku sayang papi."

Bukan hanya Bintang, terkadang manusia di dunia ini sangat malu untuk mengungkapkan cinta ke orang tuanya, tapi ke pasangan atau ke teman sangat mudah untuk mengatakan hal itu. Padahal, saat orang tua pergi untuk selamanya hanya penyesalan yang tersisa.

•••

SEDIHNYA DAPET NGGAK?

SEMOGA FEELNYA DAPET YA

KAYAKNYA NGGAK JADI ENDING PART 30

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang