ғᴀʟʟɪɴɢ ғᴏʀ ᴜ

Start from the beginning
                                    

((Anggep aja di taman :( ))

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

((Anggep aja di taman :( ))

Tangan lelaki itu bergerak melepaskan jas yang menempel di tubuhnya. Doyoung menyampirkan jasnya di bahu si manis, "disini dingin."

"Nanti mas kedinginan. ."

"Kamu jauh lebih penting di banding diri saya sendiri. Jangan cemasin hal yang belum terjadi. Saya ngga mau liat kamu stress sendiri karna pikiranmu."

Misa menghela nafasnya, "maaf Mas."

"Ngga perlu minta maaf sama saya." Doyoung narik Misa lebih dekat dengannya membiarkan gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu lebar lelaki itu.

"Mas mah, aku terima kasih katanya aku harus bahagia, kalo aku minta maaf di suruh ngga usah. Terus aku harus ngapain?" Misa nolehin kepalanya ke Doyoung, bibirnya ia cebikkan, menggembarkan perasaan kesal gadis manis itu.

"Cukup cintain saya kayak gini, jangan pernah berubah. Jangan menguranginya, kalau mau menambahnya boleh."

Misa berhenti mencebikkan bibirnya, matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang lelaki di sampingnya ini katakan.








































Cup.

Satu kecupan, untuk pertama kalinya mendarat di pipi Doyoung. Dan Doyoung ngga nyangka, kalau si manislah yang melakukannya.

"Kalau cintain Mas, aku lakuin tanpa Mas minta."

Pipi Doyoung memanas. Doyoung yakin kalau si manis sangat mencintainya. Ya tuhan, ternyata ini yang ia lewati selama 4 tahun terakhir hidupnya.

Misa masih senyum, bahkan matanya telah menghilang saking lebarnya senyum gadis itu. Merasa bahagia dengan adanya Doyoung di sisinya.

"Misa,"

"Iya?"

"Mulai hari ini tugasmu setiap pagi bertambah." Misa mengerjapkan matanya, menatap Doyoung bingung. Kepalanya bahkan ia miringkan saking tidak mengerti dengan ucapan lelaki itu.

"Pertama, bangunin saya." Misa ngangguk, itu hal yang biasa ia lakukan setiap hari. Jadi itu tidak masalah.

"Kedua, menyiapkan baju kantor saya." Lagi-lagi anggukan yang Doyoung terima, si manis selalu menerima apapun yang Doyoung katakan.

"Ketiga, membuatkan saya sarapan dan bekal makan siang di kantor." Misa ngangguk lagi, masih menatap Doyoung.

"Tugas barumu, yang keempat. Satu kecupan di pipi saya setiap pagi." Misa bergeming, tidak percaya kalau Doyoung mengucapkan kalimat itu. Sudah berkali-kali ia kaget dengan kalimat yang keluar dari bibir lelaki itu.

Misa mengangguk cepat, setelahnya memberi Doyoung sebuah pelukan di pinggangnya. "Hmm, Mas aku cinta Mas!"

'Saya juga'

"Saya tau."

"Yaampun anak ayah, ngapain tuh?" Misa melepas pelukannya pada Doyoung ketika mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.

"A-ayah!" Misa berdiri dari duduknya, menatap tidak percaya lelaki yang berdiri di hadapannya itu. Misa langsung menghambur dalam pelukan ayahnya itu. Sudah lama sekali.

"Misa, maafin ayah ya? Ayah egois. Ayah udah nyakitin hati kamu," ayahnya Misa ngusap punggung putrinya itu.

Misa ngangguk terus meluk erat ayahnya. Akhirnya, sesuatu yang sangat ia harapkan menjadi kenyataan. Keluarganya berkumpul kembali.

"Ayah, ayo kembali kerumah" ajak Misa sambil melepaskan pelukan keduanya. Lelaki itu mengangguk, memeluk pinggang istrinya yang berdiri di sampingnya.

"Iya, ayah dan bunda akan pulang kerumah. Dan, bunda memutuskan untuk berhenti bekerja."

Misa menatap bundanya ngga percaya, "bunda serius?" Wanita paruh baya itu mengangguk, "iya, sejak kamu kecil bunda jarang ngurus kamu kan? Sekarang biar bunda jadi ibu yang sebenarnya buat kamu."

Misa tersenyum lebar, setelahnya memeluk keduanya dengan erat. Ayah Misa membuka tangannya, ingin Doyoung ikut masuk.

Keempatnya berpelukan di depan restoran. Hari ini Misa merasa sangat bahagia. Pertama, orang tuanya kembali bersama. Dan kedua, dirinya tau kalau Doyoung mencintainya.

Dear Dream [✔]Where stories live. Discover now