ғᴀʟʟɪɴɢ ғᴏʀ ᴜ

6K 979 37
                                    

"Mas, kira-kira rencana ini bakal berhasil ngga?" Misa menatap Doyoung yang sedang berdiri di sampingnya. Keduanya kini tengah menatap meja makan yang sedang di tata oleh seorang pelayan restoran.

Rencana Doyoung adalah makan malam romantis untuk ayah dan ibu angkatnya itu. Dia bahkan telah menyewa satu restoran sekarang. Doyoung yakin, dengan bicara, semuanya akan selesai.

Misa liatin jam di ponselnya terus nunjukin ke Doyoung, "Mas udah telpon ayah?" Lelaki itu mengangguk, menanggapi pertanyaan si manis.

"Bunda?" Tanya Misa lagi yang kembali di balas anggukan oleh Doyoung, "kamu ngga usah khawatir, saya udah siapin semuanya. Jam 7 nanti keduanya akan bertemu disini."

Misa mengangguk, percaya dengan ucapan Doyoung. Setelahnya kembali menatap ke arah depan di mana mejanya sudah mulai tertata.

Doyoung liatin Misa dari samping, dia tahu seberapa besar keinginan Misa untuk mengutuhkan kembali keluarganya.

Misa noleh ke Doyoung waktu lelaki itu masih menatapnya. Doyoung berdeham terus pura-pura liat ke arah lain, bikin Misa terkekeh pelan. Ada apa dengan Mas Doyinya?

"Mas," panggilnya.

Doyoung kembali menatap si manis, kali ini senyum gadis itu tampak mengembang. Cantik sekali. "Kenapa?"

"Makasih udah mau bantu aku. Aku ngga tau harus bilang apa lagi ke Mas." Misa mainin jarinya, untuk pertama kalinya dia merasa malu di tatap begitu oleh Doyoung.

". . ." Doyoung bergeming. Alasannya? Tentu saja, berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang sore ini.

Doyoung balik menatap kedepan, Misa kembali terkekeh. Setelahnya kembali menatap kedepan. Memastikan tidak ada yang salah.

Misa merasakan bahunya di rangkul, Doyoung membawanya jauh lebih dekat dengan lelaki jangkung itu, "dengan selalu merasa bahagia, itu udah cukup nunjukin rasa terimakasih kamu ke saya."

Misa nyenderin tubuhnya di bahunya Doyoung. Sepertinya Misa mulai yakin dengan perasaannya lagi. Doyoung sangat mencintainya, dia yakin itu.

Jam telah menunjukan pukul 7, orang tua Misa dan Doyoung telah bertemu. Ayah tampak kaget dengan kedatangan bunda sedangkan bunda tampak biasa saja karena inilah yang mereka rencanakan bersama.

Keduanya dengan canggung duduk di kursi meja makan yang telah di siapkan khusus oleh restoran itu. Makanan mulai di sajikan dan kedua insan itu mulai membuka pembicaraan.

"Mas, aku takut. ." Misa meremas tangan lelaki itu. Doyoung mengenggam tangan Misa yang meremas tangannya, "kita keluar, kamu masih kecil untuk melihat itu." Dan tangan kecil itu di tarik oleh Doyoung keluar dari restoran.

Doyoung dan Misa berjalan di taman dekat restoran sambil bergandengan tangan. Sejak tadi tidak ada yang membuka pembicaraan, hanya suara langkah kaki dan deru nafas mereka yang mengisi keheningan.

"Duduk disana, mau?" Tanya Doyoung yang di balas anggukan oleh si manis. Keduanya berjalan mendekati bangku yang di tunjuk oleh Doyoung tadi san kemudian duduk disana.

"Mas, menurut kamu ayah sama bunda bakal balik lagi?" Misa nunduk, jari tangannya ia mainkan. Gugup dengan hasil dari rencana mereka nanti.

"Saya yakin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka. Saya udah cukup lama mengenal mereka." Kalimat Doyoung cukup menenangkannya.

Misa tersenyum, terus ngangguk perlahan, "kayaknya aku terlalu cemas. Aku berusaha untuk ngga mikirin ini dari kemarin, tapi ngga bisa."

Doyoung liatin Misa,

Dear Dream [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt