Lima

960 128 30
                                    

Siang hari di Sekolah, tepatnya pada jam istirahat, Askar berkumpul di meja Arsa untuk membahas debat nanti.

"Perasaan cuman ekskul osis deh yang pake debat begini.. perasaan gue doang ya perasaan." Ucap Arsa.

"Emang iya anjir, harusnya cuman osis. Gatau Kak Jehan dapet ide darimana tiba tiba mau bikin debat calon ketua basket.. kata gue sih agak komedi." Kata Candra.

"Emang iya ya cuman osis yang pake debat gini?" Geno bertanya sambil menaikan alisnya ke atas.

"Seinget gue iya deh." Arsa kembali berucap.

"Yaudah deh, gak sepenting itu juga. Malah menurut gue, pake debat gini tuh bisa bikin orang yang mau voting bisa mikir berkali kali dulu waktu mau milih. Nah, yang penting sekarang tuh gimana caranya biar Arsa dan Askar bisa mendapatkan hati para anak anak basket nih." Kata Geno.

"Gue mah udah berhasil mendapatkan yeu, gatau kalo Askar." Ujar Arsa.

"Gue agak males Kak, sedikit nyesel mencalonkan diri buat jadi ketua deh." Kata Askar.

"Nah yaudah bagus, mending lo bilang ke Kak Jehan kalau lo udah mau mundur ya?" Ucap Arsa sambil tersenyum menaik turunkan alisnya pada Askar.

Askar malah menggeleng sambil menatap tajam mata milik Arsa.

"Gue gak bilang mau mundur?! pokoknya gue yang harus jadi ketua." Kata Askar yang mulai terlihat kembali jiwa kompetitifnya.

"Atas dasar apa lo bisa seyakin itu coba? Gak pernah juga gue liat lo mengeluarkan jiwa leadership." Arsa.

"Gue juga gak pernah ngeliat lo punya jiwa leadership itu?" Askar membalasnya.

"Udah elah. Lo berdua jangan sampe di depan Kak Jehan nanti malah jadi berantem antar saudara ya." Ucap Geno, menghentikan keributan kecil antara Arsa dan Askar.

"Mending gue aja deh yang jadi ketua. daripada Arsa sama Askar berujung jadi ribut kayak gitu njir." Kata Candra.

"Enak aja lo!" Pekik Arsa tidak terima.

"Btw, Sa." Geno mendadak berucap dan mengganti topik.

"Apaan?" Jawab Arsa.

"Tadi gue liat Mbak pacar lagi ngobrol banyak sama Adim." Geno.

Arsa mengernyit. "Pacar siapa? pacar lo?"

"Pacar lo goblok, Keana."

"HAH" Arsa langsung berdiri dari kursi kantin sambil menatap terkejut wajah Geno.

"Santai Arsa santai, jangan malu maluin... kan kemarin Adim udah bilang kalau dia sama Keana emang lagi ada urusan osis?" Ujar Geno.

"Gak anjir! Lo pikir gue mau percaya sama Adim gitu aja?!" Arsa.

"Lah tapi kan Keana nya sendiri juga bilang kalau emang betul mereka lagi ada urusan?" Geno kembali berujar dengan sedikit kebingungan.

"Bodo amat, No! Lo ngeliat mereka berdua lagi ngobrol di mana?" Arsa bertanya.

"Di deket kelas kita sih tadi..." Jawab Geno, sedikit tidak yakin juga dengan jawabannya.

Sedarah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang