Sudah seminggu ini Rafael datang ke restorannya yang pada awalnya membuatnya bertanya-tanya apa tujuan pria itu datang menemuinya.

Namun seminggu telah berlalu, dan kini Angella mulai bisa menebak. Tampaknya pria dari masa lalunya ini mulai tertarik padanya tanpa ia harus bersusah payah menarik perhatiannya.

Di setiap kunjungannya ada saja keluhannya yang pada awalnya membuatnya mengerutkan kening. Dari mulai kurang garam, hingga kelebihan garam. Ada saja yang di permasalahkannya. Bahkan sampai membuat Angella berfikir seburuk itukah restorannya?

Rafael mununjuk minuman di depannya. Dengan suara yang dalam memerintah selayaknya memerintah karyawannya. "Cobalah!"

Tanpa banyak kata Angella mengambil minuman tersebut dan meminumnya. Itu adalah jus jeruk, rasa manis dan asam memenuhi mulutnya. Matanya berkedip saat ia menilai bahwa tak ada yang salah dengan minuman itu.

Angella meletakan kembali gelas di atas meja, kemudian mengambil selembar tisu dan menyeka bibirnya.

Tatapan Rafael dengan setia mengikuti semua gerak geriknya. Mulai dari jari-jari lentiknya yang mengambil gelas, kemudian bibir merahnya yang menyentuh tepi gelas dan meninum minumannya semua tak luput dari pandangannya. Kemudian pandangannya semakin dalam saat melihat bibir itu menempel pada gelas bekas minumnya!

Itu benar! Angella minum di tepi gelas yang sama dengan dirinya!

Angella tak menyadari perubahan ekspresi pria di hadapannya, setelah menyeka bibirnya ia memandang Rafael dengan mata yang antara tampak tak berdaya dan sedikit kebingungan.

"Bagiamana menurutmu?" Rafael bertanya dengan suaranya yang berat. Ia menatap lurus manik coklat Angella seolah mencari celah dari apa yang sebenarnya di fikirkan gadis di depannya.

"Menurut saya tidak ada yang salah. Tidak terlalu manis juga tidak terlalu asam." Jawab Angella yang di angguki Rafael.

Gadis itu mengerutkan kening, pasalnya tak mengerti dimanakah letak keluhan Rafael yang kali ini. Jika tidak ada yang salah dengan rasanya lalu apa?

Seolah mengetahui kebingungannya Rafael dengan baik hati memberi tahu Angella. "Rasanya memang pas. Namun.."

Namun??

Angella bertanya-tanya menanti kelanjutan perkataannya.

"Sayangnya saya tidak memesan itu."

Ternyata begitu. Angella mendesah dan menatap pria di depannya itu dengan tatapan minta maaf.

"Maaf, sepertinya pegawai saya salah mengantarkan pesanan. Jika boleh saya tau apa yang anda pesan?"

"Americano."

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar. Sebentar lagi akan kami antarkan." Angella berbalik dan melangkah hendak pergi.

"Tidak perlu." Namun suara Rafael menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap pria yang kini telah berdiri dan merapikan ujung jasnya yang sama sekali tak kusut, kemudian mengeluarkan sebuah kartu.

"Anda tidak perlu membayar. Ini kesalahan kami karena tidak melayani tamu dengan baik. Saya benar-benar minta maaf."

"Tidak perlu. Lagi pula saya sudah minumannya." Setelah mengatakan hal itu Rafael berlalu meninggalkan Angella yang membeku di tempatnya.

Angella menoleh menatap sosok Rafael yang meninggalkannya. 'Tidak perlu. Lagi pula saya sudah meminumnya.' kata itu bergema bagai lonceng dihatinya. Jadi maksudnya tadi ia meminum minuman bekas miliknya?! Angella tak bisa berkata-kata. Matanya menatap dengan rumit pada sosok yang semakin menjauh.

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitDonde viven las historias. Descúbrelo ahora