" Aku rindu kamu." Kata Jihoon sambil tersenyum.
Gun ikut tersenyum, hatinya mendadak hangat.
" Aku juga." Kata Gun.
Gun menyandarkan kepalanya ke dada Jihoon. Jihoon memeluknya dari belakang.
Gemuruh detak jantung keduanya menggila.
Ada berbagai pemikiran yang butuh pelampiasan.

" Gun, boleh aku menanyakan soal Off?" Gun terpaku, tak tahu harus berkata apa. Dia tak mengerti harus bagaimana, lagipula kenapa Jihoonnya tiba-tiba menanyakan sosok yang diam-diam dirindukannya.

" Kenapa tiba-tiba ingin tahu?" Tanya Gun memastikan.
" Aku ingin mengenal sosok itu, hanya sekedar ingin mengenalnya." Kata Jihoon.

Gun segera berbalik berhadapan dengan Jihoon, berusaha menerka apa yang ingin Jihoon tahu tentang Off.

Ada jeda diantara keduanya, namun pada akhirnya Gun mengatakan apa yang ingin diketahui Jihoon.

" Off itu orangnya ambisius, ia selalu tahu apa yang benar-benar ia sukai, dia akan selalu berusaha mendapatkan apa yang ia mau. Tapi dia itu bukan orang yang serius, ada kalanya ia menjadi seseorang yang pasrah pada apa yang ditakdirkan untuknya. Dan memang terkadang apa yang membuatnya ambisi tidak mampu ia capai. Tapi ia tak lantas menyerah. Dia orang yang berkepribadian hangat, mampu membuat orang lain nyaman bersamanya. Namun terkadang ada beberapa diantaranya jadi iri dan muak akan segala pikiran positifnya. Terkadang ia terkesan munafik pada apa yang ia jalani." Gun menceritakan setiap detail hal yang ia tahu dari Off. Dan hal itu sekaligus membuat ia bernostalgia.

" Tapi sekalipun ia begitu terbuka, jujur saja aku orang terdekatnya masih tidak bisa memahami jalan pikirannya. Ia terlalu abstrak untuk ditebak. Terkadang membuat seseorang berpikir, dia seperti ini, lalu di kesempatan lain ternyata dia berbeda dari apa yang ia disangkakan."

Dan masih banyak cerita-cerita yang menemani malam keduanya.

Gun merasa lega karna sedikitpun Jihoon tidak merasa cemburu bahwa dirinya masih mengingat dengan jelas setiap detail Off.

Jihoon bahkan tersenyum memaklumi.

Gun hanya tak pernah tahu, setiap senyum terkadang jauh mengerikan dari sekedar untaian kata.

Jihoon mendengar dengan seksama, ia merasa begitu dekat dengan sosok yang ia tanyakan, meski jelas ia tak bisa mengerti mengapa ia merasa sedemikian.

Ada ikatan antara dirinya dengan Off.

Namun diantara itu semua, ada rasa iri yang hadir dalam senyum Jihoon.

Bukan iri karna akhirnya ia mengetahui betapa besar cinta yang dimiliki kekasihnya untuk seseorang di masa lalunya.
Tapi yang membuatnya iri adalah, karna ia sedikitpun tidak tahu bagaimana masa lalunya sendiri.

Jihoon bertanya-tanya seperti apa sosoknya dimasa lalu.
Apa ia orang yang sehangat Off, atau sebaliknya. Diam-diam Jihoon ingin mengingat tentang dirinya, bahkan jika itu hanya 10% dari bagian ingatannya.

Jihoon tahu benar, penyebab utama ia tak bisa mengingat masa lalunya adalah karna ia memiliki trauma mendalam pada masa lalunya. Ia menerka-nerka secara buta apa yang membuatnya sedemikian trauma.

Apa atau siapa yang membuat ia sedemikian terluka.

Mendadak Jihoon merasa matanya memanas, semakin ia mendengar cerita tentang Off, rasanya hatinya semakin sakit.

Tanpa disadari, Gun mengulurkan tangan menyentuh sudut matanya yang berair.
Sejak kapan air mata itu luruh?

" Kenapa kamu menangis? Apa ada kata-kataku menyakitimu?" Gun mendadak khawatir, apa yang terjadi.

Apa ia melukai Jihoon tanpa sengaja, Ahhh harusnya ia sadar itu seolah sengaja.

Bukannya menjawab, Jihoon malah menatap Gun dengan pandangan terluka.

Tanpa kata, ia tarik kepala Gun, lalu ia pertemukan bibirnya dengan bibir Gun. Gun hanya diam kebingungan menghadapi tingkah absurd Jihoon. Namun setelahnya ia malah menikmati sesapan manis dari bibir kekasihnya.

Gun tahu ciuman ini terasa lain, Jihoon seolah meluapkan segala emosi, dan perasaan yang campur aduk. Gun masa bodoh, ia menikmati ciuman itu.

Meski pipinya ikut basah karna air mata Jihoon yang mengalir.

Keduanya masih saling mencari kenikmatan.
Bukan, Jihoon hanya merasa kebingungan.

Setelah ciuman keduanya berakhir, dengan nafas tersengal karna kehabisan oksigen. Gun masih sempat mengusap air mata Jihoon. Salahkan Gun, karna justru kali ini yang terlihat di depan Gun bukanlah Jihoon. Tapi Off.

Karna Gun ingat dengan jelas, hanya pada Gun lah, Off pernah terlihat sekacau ini.

Dan Gun mencium Jihoon lagi.

Tak perduli sosok didepannya Jihoon atau Off. Yang jelas bagi Gun keduanya seolah orang yang sama.

Kali ini ciuman keduanya lebih menenangkan, meski Gun yang mendominasi, tapi dengan jelas perlahan muncul rasa tenang dan hangat melingkupi hati Jihoon. Keduanya memejamkan mata, saling membagi rasa.

Hingga Gun memeluk Jihoon yang terlihat lebih baik.

" Bantu aku Gun, bantu aku menemukan masa laluku." Lirih Jihoon seolah membuat saraf Gun menegang.

" Bantu aku, menemukan diriku, aku tak tahu diriku ini siapa. Aku tak ingat masa laluku, aku terbangun dari koma tanpa membawa ingatan apapun." Isak tangis Jihoon yang terdengar putus asa membuat Gun semakin bingung.

Ia melepas pelukannya lalu menatap Jihoon dengan raut wajah kebingungan.

" Apa maksudnya?" Tanya Gun sekali lagi.

" Aku menderita amnesia, aku terbangun dari koma setengah tahun lalu, tanpa satupun ingatan, hanya berbekal bisa berbahasa Korea. Dan dengan identitas Jihoon. Tapi sejak bertemu denganmu, aku jadi ragu, apa kita belum pernah bertemu sebelumnya." Dan penjelasan Jihoon sukses membuat Gun menangis karna tidak paham dengan takdir.

Apa kini takdir sedang mengajaknya bermain?
Sosok didepannya ini Jihoon atau justru sosok yang menghilang tanpa kabar apapun?

Sungguh rasanya membingungkan bagi Gun.

...

Tbc

...

Ada yang kangen?
Ehehe kali ajah ada Wkwk.

Forever Love - CompleteWhere stories live. Discover now