Kami berdua pun menjadi sering bersua saat ingin berangkat sekolah hanya untuk sekedar melempar senyuman, sepulang sekolah dilanjut chat dan bertukar pikiran tentang lingkungan sekolah masing-masing, bahkan sampai membahas sesuatu yang tidak penting sama sekali dan hal-hal absurd lainnya.
Pertemuan kami tidak terasa sudah hampir menyentuh 3 bulan, rutinitas chat pun yang tadinya jarang menjadi setiap hari, kolom chat yang terisi dengan bahasan-bahasan yang konyol dan tidak nyambung. Sampai akhirnya, terkadang gelisah mulai muncul ketika pesan tidak kunjung dibalas, merasa takut akan sosok ini tergantikan oleh seseorang yang lebih bisa menghibur dirinya dan mengerti apa yang dikeluh kesahkan olehnya dibanding diriku.
Rasa apa ini? seharusnya aku tidak boleh merasakan hal seperti ini kepada sahabat sendiri, tapi kenapa setiap hari rasa ini tak kunjung hilang melainkan semakin menguat? namun, aku sadar bahwa ini resiko yang tak terhindarkan oleh persahabatan antara dua orang yang berlawanan jenis, yaitu munculnya rasa suka, dan lebih buruknya adalah friendzoned.
YOU ARE READING
8 Tahun
Romance"Mencintai sahabat sendiri adalah tentang keikhlasan, perjuangan, penantian." Ini kisah nyata tentang cinta Putra yang memperjuangkan Shabrina yang ia cintai selama 8 tahun yang penuh suka dan duka. Tentang awal - akhir pertemuan kedua insan yang...
