"Bukankah itu lokasi perkemahan?" Tanya Rue pada Axel saat mereka berdua mengamati pendar cahaya kemerahan yang membakar hutan. Lokasi ledakan tepat diarah balkon kamar Axel. Rue ingat hal itu karena beberapa hari lalu Lay sudah mengingatkan seluruh penghuni Acasa Manor bahwa tidak jauh dari kediaman mereka akan menjadi lokasi perkemahan, sehingga mereka harus lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan apapun, apalagi berburu. Meski pemerintah tahu keberadaan mereka dan malah menjalin kerja sama, tapi penduduk London tetap buta akan keberadaan makhluk non manusia.

"Entahlah. Uncle Venom sudah berangkat kesana untuk menilai situasi." Gumam Axel pelan sambil merapatkan tubuhnya dan melingkarkan lengannya di perut Rue. "Jangan berpikir untuk ikut kesana, Rue. Lokasi itu tepat berada di luar perlindungan Acasa Manor."

"Dan kau bisa ikut bersamaku, bukan?"

Axel meletakkan dagunya di bahu Rue sebelum memberikan kecupan singkat di kulit terbuka wanita itu, "Apa aku bisa melarangmu pergi?"

Rue terkekeh pelan sebelum berbalik dan memeluk Axel. "Hanya sebentar, oke? Kalau memang tidak ada yang membutuhkan bantuanku, kita kembali pulang dan tidur. Ayolah... Pekerjaanku mewajibkanku untuk melindungi setiap hidup manusia."

"Dan pekerjaanku adalah memastikan kau tetap disampingku. Kau tahu kalau kau menggenggam hatiku dan terkadang itu membuatmu sombong." Gumam Axel pelan, "Ganti pakaianmu dan kita akan kesana."

"Aku mencintaimu." Bisik Rue di bibir Axel sebelum melesat kembali ke kamar untuk berganti pakaian. Dia harus cepat, sebelum Axel berubah pikiran. Setidaknya selama mereka menjalin hubungan Rue sudah belajar kalau ternyata sebagai seorang laki-laki, Axel tergolong laki-laki yang cepat berubah pikiran.

Tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk sampai di lokasi kejadian. Dan memang benar bahwa ledakan terjadi tepat di tengah-tengah lokasi perkemahan siswa-siswi junior high school. Lokasi perkemahan yang memang cukup dipedalaman hutan sedikit menyulitkan paramedic memberikan pertolongan. Kendaraan mereka harus diparkir cukup jauh sebelum melanjutkan dengan berjalan kaki. Beruntung Axel bisa menerbangkan mereka hingga berada begitu dekat dengan lokasi perkemahan. Begitu tiba dilokasi, Rue langsung melepaskan diri dari pelukan Axel dan bergabung untuk memberikan pertolongan pertama bagi siswa-siswi yang menderita luka-luka lumayan berat dan membiarkan paramedic lain untuk menangani luka-luka ringan sementara Axel memilih untuk bersembunyi dalam bayang pepohonan dan mengerahkan kekuatannya agar api tidak meluas. Sejak menjalani latihan neraka dari para anggota cadre ayahnya, kekuatan Axel tidak lagi disegel. Dia bisa bebas menggunakan kekuatannya dimanapun dia berada.

"Malaikat dan kebodohannya."

Axel tidak butuh berbalik untuk tahu bahwa sosok yang baru saja bicara adalah bahaya yang sesungguhnya. Terlalu berkonsentrasi untuk menahan kebakaran agar tidak meluas membuat penjagaan Axel melemah. Dan ketika Axel berbalik, ia mendapati bahwa mimpi buruk yang selama ini mereka nantikan akhirnya datang. Tidak butuh waktu lebih lama lagi bagi keduanya untuk terlibat pertarungan.

Kilatan cahaya berkali-kali memenuhi pertaruang antara kedua malaikat itu. Tidak satupun manusia yang menyadarinya karena mereka sendiri terlalu sibuk untuk menyelamatkan diri dari ledakan-ledakan kecil yang masih terus berlanjut. Rue sendiri berada terlalu jauh untuk menyadari pertarungan Axel, terlebih lagi Axel membangun kembali perlindungan benaknya. Axel bahkan langsung mengeluarkan valdriss yang berhasil membuatnya beberapa kali nyaris berhasil melukai Belial.

"Mainan yang bagus, anak muda." Ujar Belial yang ternyata cukup dibuat susah dengan serangan Axel menggunakan valdriss. Benda itu nyaris seperti misil yang bisa memburu targetnya. Tapi dia adalah Belial, makhluk terkuat yang pernah ada. Tidak ada satupun senjata yang bisa melukainya kecuali senjata itu dibuat oleh makhluk yang memiliki esensinya.

Son of The DarknessWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu