Negosiasi Permintaan Maaf

183 19 4
                                    

Hyungwon berada di kafetaria untuk menjalani hukuman, namun ia merasa seperti pekerja paksa. Bibi Su sudah sangat sibuk melayani mahasiswa. Sesekali Bibi Su berteriak meminta Hyungwon untuk menaruh kembali makanan ke dalam piring etalase.

Hyungwon sudah biasa dengan ini, bahkan dapat berinisiatif melangkah ke depan untuk menaruh lauk jika sudah bersisa sedikit.

Hyungwon sudah berkeringat sangat banyak, wajahnya sedikit kemerahan dan tangannya penuh dengan peralatan masak Bibi Su yang serba merah terang. Awalnya ia sedikit malu mengenakannya, namun tatapan kejam Bibi Su sudah tak bisa memikirkan rasa malunya.

Hyungwon memperhatikan mahasiswa yang sudah menyusut di area kantin, karena jam makan siang sudah hampir habis. Hyungwon sedikit bersantai, melemaskan otot kaki dan tangan sembari mengaduk bahan makanan.

Bibi Su sudah berada di sebelah Hyungwon dan menyicipi masakan yang Hyungwon olah. Ia berharap banyak pada Bibi Su. Namun wajah Bibi Su menunjukkan bahwa ini masakan yang buruk.

"Sudah berapa lama kamu bersamaku? Masih tak bisa memasak dengan benar?" Bibi Su mengeluarkan gayanya lagi, dan tangannya menjauhkan tubuh Hyungwon dari masakan. Hyungwon merenggut.

Hyungwon menyerah dan diam menatap Bibi Su yang terus memasukkan bumbu dan sesekali mengecap rasa.

Bibi Su menyadari Hyungwon memperhatikannya, dia berkata, "Layani di depan dulu, aku urus yang ini" Hyungwon mendesah.

Hyungwon menyeka keringat dengan lengannya dan berbalik menuju etalase, menyadari masih ada pelanggan yang harus dilayani Hyungwon bergegas dan mengambil piring untuk disajikan.

"Pakai lauk apa saja?" Hyungwon menawarkan dengan baik, setelah melihat orang yang membeli dagangannya. Ia berdiam sejenak.

"Ah, Wonho?" Hyungwon seketika terlonjak dengan ucapannya. Hyungwon dengan mulut yang jelek berbicara kepada pria ini dengan namanya. Bahkan mereka belum sama sekali berkenalan.

Wajah Hyungwon berubah pucat dan mengulas senyum mengerikan yang canggung. Hyungwon sudah tak bisa mengatur ekspresi wajahnya.

"Iya." Wonho menatap ke arah Hyungwon yang membuatnya bergidik. Dia tak melepaskan tatapannya sedikit pun. Dengan wajah seperti ingin membunuh seseorang, Hyungwon sudah kenyang menelan ludahnya.

"Jadi, er. Kau mau pesan apa saja?" Hyungwon mengalihkan, kemudian Wonho menunjukkan beberapa makanannya. Hyungwon berkata 'oke' setiap Wonho menunjuk makanan.

Hyungwon berkeringat pada telapak tangannya. Rasa ini lebih dari nasihat Bibi Su kepadanya.

"Kalau begitu, kau bisa duduk terlebih dahulu. Aku akan mengantarnya ke meja."

Hyungwon punya rencana akan permintaan maafnya kepada Wonho, setidaknya ia harus menambahkan beberapa sendok kimchi dan minuman segar untuk menetralkan keadaan.

Wonho mengangguk, berbalik berjalan ke arah meja kafetaria. Hyungwon memperhatikan dan mempersiapkan semua sesuai rencana. Setidaknya harus berjalan mulus. Ia tak mau memiliki musuh seperti dia. Mengerikan.

Wonho duduk di sisi meja ujung yang jarang orang duduki. Ia mengenakan Hoodie hitam yang sama saat berada di perpustakaan dengan jeans sedikit membentuk kakinya.  Rambutnya hitam legam, poninya turun hingga perbatasan atas matanya.

Ia sedang serius dengan ponselnya, sepertinya ia sedang membalas pesan. Hyungwon mengetahui dari gerak jari Wonho yang bergaya seperti mengetik sesuatu.

Hyungwon tak buru-buru menghampiri Wonho, dari jarak beberapa meter ia berhenti dan menarik nafas dalam dan mengeluarkan agak keras. Hyungwon masih tak tenang, kakinya sudah berjalan. Pikiran dan hatinya tak sejalan kali ini.
Wonho sudah mengetahui kehadirannya sebelum tiba di mejanya. Wonho menatap Hyungwon dengan kosong, Hyungwon mengalihkan pandangan pada kursi depan Wonho.

Captain AmericaWhere stories live. Discover now