Untuk apa pria ini ada disini?

Angella tak bisa menahan diri dari bertanya-tanya dalam hatinya. Matanya menatap dingin pada pria di depannya.

Melihat sedikit permusuhan dalam sikap Angella, Revano hanya menanggapinya dengan senyuman. Melihat itu Angella semakin menyipitkan matanya dan mengerutkan kening.

Senyum memang selalu menghiasi bibir seorang Revano, dan itu merupakan daya tarik sekaligus ciri khasnya. Tidak seperti Rafael yang selalu terlihat dingin dan tak banyak bicara, membuat orang-orang segan padanya. Sosok Revano tampak hangat dan mudah di dekati. Benar-benar kebalikan Rafael.

Namun Angella tau dengan benar, jika pria seperti Revano hanya enak untuk dikagumi bukan dimiliki. Bukan lagi rahasia umum jika pria tampan didepannya ini gemar bergonta-ganti wanita layaknya berganti pakaian dalam. Ia menenangkan dirinya, dan memasang senyum tipis.

"Saya tidak menyangka jika seseorang seperti CEO Revano Angkawijaya akan suka menikmati pemandangan bulan di malam hari."

Senyum di bibir Revano tak memudar sedikit pun, matanya menatap dalam pada sosok cantik Angella. Ia mengukur kecantikan didepannya, senyumnya bertambah cerah memamerkan dua lesung pipitnya.

"Ah ya, sayang sekali jika bulan secantik ini tidak di nikmati." Revano menjawab dengan mata yang tak beralih sedikit pun dari sosok Angella. "Apalagi bulan malam ini tak dapat di temukan setiap hari. Indah untuk di lihat dengan cahaya dingin yang dapat membekukan jika seseorang tak cukup berhati-hati."

Angella berpura-pura tak mendengar indikasi dari perkataan Revano. Ia memandang bulan purnama di atas sana, memang terlihat indah namun terlihat dingin tanpa bintang yang menemani.

Revano berdiri di samping Angella turut memandangi bulan, kemudian beralih pada sosok di sampingnya yang memberi bayangan semu pada setiap orang yang memandangnya. Terlihat tegar namun juga kesepian. Persis seperti bulan di atas sana.

"Kita hanya berkenalan secara formal di pesta tadi. Ijinkan aku untuk memperkenalkan diri kembali. Aku Revano. Kau bisa memanggilku Revano atau Vano saja."

Angella menatap uluran tangan Revano sejenak sebelum menjabat tangannya masih dengan senyum tipisnya. "Senang bisa bertemu anda disini." Ucapnya singkat seraya menarik kembali tangannya.

Kening Angella berkerut saat Revano menggenggam tangannya dengan erat. Ia menatap pria di depannya dengan tatapan tenang, tangannya masih tergantung dalam genggaman pria di depannya.

Revano menyipitkan matanya mencoba mencari sesuatu dalam tatapan tenang itu. Mata coklat sewarna dengan surai indahnya itu memiliki kedalaman tak terukur membuatnya sulit menebak apa yang di pikirkannya. Masih dengan tangannya yang menggenggam tangan kecil serta lembut Angella, ia maju dua langkah mempersingkat jarak di antara mereka.

"Besok malam jam 8 di hotel Tiara, aku tunggu." Keduanya saling menatap sebelum Angella menjawab masih dengan mempertahankan sikap formalnya.

"Maaf, saya tidak mengerti dengan apa yang anda bicarakan."

Angella menyerngit merasakan genggaman di tangannya menguat. Ekspresi di wajahnya masih tak berubah. Revano kembali melangkah hingga kini jarak di antara keduanya tinggal sejangkauan lengan.

"Aku sudah mendengar semuanya. Datang besok malam jika tidak ingin orang lain mengetahuinya."

Kata-kata itu di ucapakan masih dengan senyum hangat yang menggantung di bibir Revano. Beginilah Revano yang Angella kenal, ia akan melakukan apa saja asalkan tujuannya tercapai! Walau meski harus dilakukan dengan cara curang sekalipun.

Sejak awal kedatangan Angella di pesta tadi telah menarik perhatian Revano. Hingga pria itu menyuruh asistennya untuk menyelidiki Angella dan mengawasinya diam-diam. Sampai akhirnya Revano sendiri tak menyangka jika ia akan mendengar sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai senjata untuk menjerat Angella.

"Maaf, saya masih tidak mengerti dengan apa yang anda bicarakan."

Kekehan terdengar dari bibir Revano. Matanya berkilau menatap Angella yang masih mempertahankan sikap pura-pura bodohnya.

"Aku tunggu besok malam." Setelah mengatakan itu Revano melepas genggamannya dan pergi.

Angella masih tersenyum ringan menatap siulet yang semakin menjauh, kemudian mengambil tisu dan menyeka telapak tangannya.

"Kau bisa mencobanya jika kau memiliki kemampuan."

Angella tak takut sedikit pun pada ancaman Revano. Lagi pula meski di selidiki secermat apapun tak akan ada hal yang menunjukkan bahwa ia pelakunya. Karena semua kecelakaan tadi murni skema Diana ya kecuali insiden tertukarnya korban. Anggap saja sebagai kecerobahan! Dengan santai Angella melenggang pergi dengan perasaan ringan di hatinya.

Keesokan paginya forum online meledak oleh berita semalam. Berbagai judul dapat di temukan di situs pencarian.

Skandal seks seorang dewi televisi!

Terciduknya seorang aktris wanita bersama seorang pria berinisial SN di pesta tadi malam!!

Sarah Sang Ratu Drama Tertangkap Basah Saat Melakukan hubungan intim di toilet sebuah hotel!

Terungkapnya kehidupan asli seorang Sarah Mahesa!

Wajah Asli Dewi Sinetron!

Dan judul lain sebagainya dapat ditemukan.

Diskusi online meledak tentang kasus seks Sarah tadi malam, membuat seantero Indonesia geger bukan main.

Pasalnya Sarah terkenal karena sikap lugu dan ramahnya. Hingga ia dijuluki Sang Dewi Televisi dan Ratu Drama (atau sering kita sebut sinetron) oleh para penggemarnya. Tak ada yang menyangka jika kehidupan sang idola mereka ternyata seperti ini! Membuat para penggemar itu marah dan kecewa.

Saat ini Sarah bersembunyi di apartemennya dari kejaran para wartawan. Berita tentangnya dapat di temukan di berbagai stasiun televisi. Semua akun media sosialnya baik facebook dan instagram di banjiri oleh komentar pedas para netizen, membuatnya mematikan semua alat bentuk komunikasi.

Di tempat lain..

Di dalam kamarnya senyum cerah menghiasi bibir Angella. Ia menatap foto Sarah yang tertangkap basah saat insiden tersebut. Tampaknya foto tersebut di ambil oleh salah seorang tamu yang menyasikan kegembiraan.

Dalam foto tersebut wajah bingung Sarah terlihat jelas, namun wajah sang pria diblur hingga tak dapat dikenali. Jelas ini permainan orang dalam, hingga yang menjadi sasaran kemarahan dan cemoohan publik hanya Sarah dan sang pria lolos begitu saja.

Angella memutar-mutar handphone ditanyannya yang masih menampilkan berita tentang Sarah. Matanya berkilau dengan cerah. "Mari kita buat semuanya agar lebih menarik."

Tangannya mengklik nomor seseorang dengan seringai dingin menghiasi bibirnya. "Lepaskan berita itu sekarang!"

"Baik."











Tbc..


***

Gimana menurut kalian dengan cara pembalasan Angella? Puaskah atau masih kurang??

Jangan lupa tinggalkan vote dan coment-nya ya..
See you next chapter!!
Bye bye

07 Juli 2019

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitDonde viven las historias. Descúbrelo ahora