Dua

5.3K 340 1
                                    

Kami semua jelas melihat Juno yang sedang memarahi bahkan membentak junior-junior cowok di lapangan. Sedangkan senior lainnya tidak dapat berbuat apapun. Terlihat diwajah mereka bahwa mereka takut berurusan dengan Juno. Aku, kelompokku, dan senior kelasku berhenti seketika.

"Rezi! Ambil tas gua!" perintah Juno, "Fahri! Lo urus mereka!"

"Oke boss!" seru kedua teman dekat Juno itu.

Setelah Rezi kembali dan memberikan tasnya, Juno ke tempat parkir lalu membawa mobil sport merahnya keluar dari sekolah. Seluruh siswa yang sedang berada di lapangan hanya melihat dan hampir semua cewek mungkin sama sepertiku yang hanya menggumam dalam hati andai bisa dekat dengan Juno. Menurut cewek, kriteria ganteng memang berbeda, tapi jelas semua kriteria itu ada pada Juno. Mungkin ada beberapa orang yang bilang kalau Juno jelek, itupun hanya untuk mengingkari hati mereka bahwa mereka tidak bisa mendapatkan Juno.

Setelah kepergian Juno, ketua OSIS SDB memberikan instruksi untuk besok. Apa saja yang harus dibawa dan dilakukan untuk besok. Setelah itu semua junior pulang. Karena ini MOS, di sekolah hanya ada senior yang tergabung dalam panitia MOS. Sedangkan senior lainnya masih menikmati liburan mereka di rumah.

Aku berangkat dari rumah pukul 06.00 karena harus menunggu bus. Telat sedikit saja, aku bisa terlambat ke sekolah. Aku dan mamaku pindah ke Jakarta setelah kelulusan SMP. Sedangkan papa dan kakakku, Bintang, meninggal karena kecelakaan pesawat ketika mereka pergi ke Singapura 10 tahun lalu, tepatnya ketika usiaku 5 tahun. Sejak itu mama memutuskan untuk tidak menikah lagi.

Pagi ini aku sudah janjian dengan Vio di gerbang sekolah. Vio ternyata sudah menungguku, tanpa membuang waktu kami langsung meletakkan semua barang bawaan kami di kelas. Ketika bel, seluruh junior serta senior berkumpul sesuai kelompok.

Kami ditugaskan untuk membuat yel-yel dan atribut kelompok lainnya karena kami besok akan outbound. Tentu saja masih disekitar Jabodetabek. Setelah membuat yel-yel dan semua atribut kelompok serba biru, para senior memperkenalkan area sekolah beserta seluruh ekskulnya. Aku dan Vio izin ke toilet. Setelah itu, kami kembali. Tapi diperjalanan singkat itu kami bertemu dengan Juno, sang pentolan sekolah. Dia memanggil kami.

"Heh, lo yang pake pita putih!" panggilnya. Yang dimaksud Juno jelas aku, karena Vio tidak memakai pita apapun. Aku hanya menggenggam tangan Vio dengan takut, lalu kami menghampiri Juno.

"Gua kan cuma panggil elo!"

"Ma, maaf, kak..." ucap Vio pelan dan mundur beberapa langkah lalu meninggalkanku.

"Lo beliin gua soda di kantin!" perintahnya yang memberikan uang berwarna biru.

Tanpa membantah, aku langsung ke kantin dan membelikannya sekaleng soda. Lalu kembali ke tempatnya secepat mungkin.

"Gua kan belum nyuruh beli berapa! Sekarang lo balik ke kantin beli 3 kaleng lagi!"

Memangnya dia nggak tau, jarak dari tempat kami berada ke kantin cukup jauh! Gerutuku dalam hati. Lalu kembali dan memberikannya 3 kaleng soda.

"Oh ya, gua lupa beliin gua kacang 3 bungkus!" perintahnya, lagi.

Aku kembali ke kantin untuk yang ketiga kalinya. lalu kembali ke tempat Juno dengan membawa 3 bungkus kacang.

"Bagus, balik ke kelompok lo!"

Aku berjalan lunglai karena kelelahan. Tiba-tiba Juno memanggilku lagi. Aku merutuknya dalam hati.

"Heh tunggu!"

"Ada apa kak?" tanyaku yang kembali ke tempatnya.

"Dari sekolah mana?" tanyanya sambil meminum soda, aku akui dia sangat keren saat meminum soda itu.

"SMP Pelita Bangsa Lampung, kak."

"Siapa nama lo?"

"Bulan, kak."

"Kepanjangannya!"

"Bu, Bulan Juventia, kak..." jawabku takut.

"Yaudah sana!"

Aku berlari ke kelas yang ternyata sudah dipenuhi teman-teman sekelompok serta seniorku. Aku langsung duduk di sebelah Vio. Ratu dan Putri menghampiriku, sedangkan yang lain memperhatikan kami.

"Lo diapain sama Juno, dek?" tanya Ratu penasaran.

"Disuruh bolak-balik kantin, kak..."

"Oh." balas Ratu lalu mereka kembali ke depan kelas.

Untuk mengisi acara di kelas, para senior mengadakan games hingga pulang sekolah. Ketika aku tiba di rumah kontrakan sederhana aku dan mama, kami langsung makan siang bersama.

"Ma, kenapa sih mama menyekolahkanku di sekolah mahal itu?" tanyaku yang kurang yakin dengan jawaban mama dulu.

"Sebenernya sekolah kamu itu sekolah mama dulu, makanya mama mau kamu sekolah disana. Untuk masalah biaya jangan kamu pikirin, yang penting kamu sekolah yang baik disana mama udah seneng." Dan aku baru percaya dengan alasan mama kali ini.

Hari ini aku datang lebih pagi karena seluruh siswa baru harus datang lebih pagi yaitu pukul 05.30. Seluruh siswa kelas 10 dan para panitia MOS akan berangkat ke tempat outbound kami yang bisa ditempuh dengan waktu 2 jam kalau tidak macat. Bus-bus untuk kelas 10 sudah disiapkan, sedangkan untuk para senior membawa kendaraan pribadi atau menumpang kendaraan sesama panitia. Siswa kelas 10 berkumpul di masing-masing bus yang telah ditentukan. Setelah mengabsen, satu persatu siswa masuk ke bus. Hingga terdengar suara yang sudah tidak asing di telinga kami, yaitu suara Juno.

"Lo ikut gua!" seru Juno yang menunjukku.

It's Not A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang