Part 1 - Him

5.2K 7 0
                                    

Aku kembali dengan cerita yang lebih vulgar. Karena kurasa aku lebih di passion ini. Dibanding drama roamance ya sepertinya. Tapi kembali lagi, ini hanya keisengan semata. Bukan cerita nyata.

Dan aku masih tetap seorang newbie dalam urusan tulis menulis.

Masih kaku eike cyiinn... wkwkwk...

Harap dimaklumi ya.. Harap sabar, kalo ada typo juga di ingetkan yaaa.. 

wkwkwk......

BTW, lagu covernya reggae ya gaesss.. wkwkwk


#################################################


Aku tak ingat bagaimana mulanya aku menjadi seorang Sugar Baby. Karena niat awalku memang ingin merantau demi gaji yang lebih tinggi dibanding penghasilanku bekerja di kampung halamanku. Bukannya aku tidak bersyukur, hanya saja aku ingin membahagiakan Bapak dan Ibu juga adik-adikku yang masih berada di sekolah dasar dua-duanya.

Anisa dan Anton. Mereka kembar, hanya selisih beberapa menit. Kata Ibu, sebenarnya Ibu tidak ingin menambah anak lagi setelah melahirkan aku. Tapi apa mau dikata, setelah 11 tahun Ibu kebobolan. Kembar pula.

Setelah lulus SMA dengan beasiswa, aku sengaja tak melanjutkan kuliah meskipun mendapat tawaran dari sekolah untuk kuliah. Aku lebih memilih menolah dengan sopan.

Uang lah alasan ku menolak. Jika kuliah dibiayai sekolah, apa mungkin saku sehari-hari dan biaya transport di dukung juga? Tidak.

Karena itu aku lebih memilih untuk bekerja. Setidaknya meringankan beban ekonomi Ibu dan Bapak.

Di pabrik tempatku bekerja, aku memiliki teman yang juga tetanggaku. Menawariku untuk bekerja di kota besar. Tidak muluk-muluk, di Surabaya saja. Masih satu provinsi dengan kotaku juga.

Dengan ijin dan restu Bapak Ibu aku berangkat. Mencoba peruntungan dengan modal wajah cantik, tinggi semampai dan kulit putih bersih. Kata orang, aku mirip nenek. Ibu dari Bapakku. Seorang sinden terkenal di kampung. Memiliki rupa yang sangat memikat hati kaum adam. Katanya. Haha.

Memiliki keinginan besar dan tekad yang kuat, aku bersama teman dari kampung mencoba melamar di perusahaan ini. Dan takjubnya aku diterima setelah melewati beberapa tes dan interview. Temanku gagal. Akhirnya dia kembali pulang kampumg, meninggalkan ku sendiri. Alasan kantor, kurang proposional bentuk tubuh temanku, itu yang kudengar secara tidak sengaja dari mulut seorang HRD. Lancang juga mulut orang kota, pikirku.

Beberapa bulan bekerja di perusahaan di bidang manufaktur ini membuat Bapak, Ibu dan adik-adikku senang karena sebulan sekali aku pulang membawa oleh-oleh yang banyak untuk mereka. Dan kehidupan kami beberapa persen jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi itu hanya di beberapa awal bulan saja, sebelum aku mengenal hiruk pikuknya dunia malam.

Dan dari beberapa bulan setelah itu, beberapa rapat, meeting dan pesta non-formal sudah kulalui, hingga membuatku bertemu dengan sepasang manik berwarna safir yang memukau. Seorang pria 46 tahun dengan tubuh yang tegap tinggi dengan wajang dingin dan pendiamnya. Rambut coklat gelapnya tertata rapi membuat pesonanya sempurna meski sedikit terlihat beberapa kerutan di beberapa area wajahnya. Tetap saja, tak mengurangi karisma pria setengah tua itu. Pria bule dengan mata safir yang tajam. Seakan mampu membunuh lawan bicaranya hanya dengan sekali tatap. Memiliki kulit putih bersih tidak pucat seperti orang luar pada umumnya. Jika dibayangkan dia bisa dibilang 85% mirip Tom Cruise. 15% perbedaannya, 10% itu, jika Tom Cruise berada di luar negeri dan seorang aktor ternama, sementara pria ini hanyalah seorang bisnisman tajir dan berada di satu kota denganku. Dan 5% sisa perbedaannya, bisa dibilang 'Tom Cruise' disini bisa sentuh, kupeluk, dan kucium. Tentu saja hanya jika dia berada diatas ranjang.

Dan 'Tom Cruise' yang bersamaku namanya Herdy. Pak Herdy B. Aernoutt. Pria tua rasa remaja. Seseorang yang sedang bersamaku sejak 3 bulan yang lalu, hanya karena sebuah keuntungan bagi masing-masing. Partner with Benefit. Pak Herdy butuh tubuhku. Dan aku butuh uangnya. Untuk menunjang kebutuhan materialku dan gaya hidupku. Tenang saja, keluarga ku aku berikan seluruh gajiku. Aku tidak buta untuk memberi mereka uang haram dari menjual tubuhku ini.

Hubungan kami terlarang. Karena sejatinya Pak Herdy masih memiliki istri sah, dan seorang putri yang berumur tak beda terlalu jauh denganku. 16 tahun. Dan affair kami dibelakang kolega dan teman-teman bisinisku tentu saja.


"Eumhh.. Baby what are you doing?" Suara dibalik selimut membuyarkan konsentrasiku saat menulis sebuah jurnal harian. Meskipun aku memiliki laptop, namun aku lebih suka menulis dengan pena. Menulis semua hari-hari yang kualami. Termasuk hari ini, yang akan kutulis lagi keesokanharinya.


"Nothing, it's just my jurnal.." Aku melepaskan kacamata yang bertengger di hidungku. Meletakkannya diatas meja, dan mulai melangkah mendekati Pak Hardy. Ikut masuk kedalam selimut yang menutupi tubuh toples nya.


"Viv.. Kau tau kan, aku tidak akan mengurusi segala hal pribadimu. Dan kau juga perlu untuk tetap diam demi, emhh.. Partner with benefit kita."


"Hahaha.. Tentu saja Pak.. Dan mendengar logat khas Bapak selalu sukses membuat saya terangsang.." Aku mengerling kecil menggoda pria di sampingku.


Hardy mulai menyeringai, membalikkan badannya, mulai menindih tubuhku. Mencium lembut bibirku. Mengecup rahangku. Menggigit kecil leherku, itu sukses membuatku menggelinjang, membakar gairah yang harusnya sudah dihentikan 2 jam yang lalu. Dan kini, itu terbakar lagi. Mendamba sentuhan dan kepuasan.


Aku yang berada di dalam kungkungannya melenguh saat gigi Hardy mulai mengulum dan menggigit lebih keras di tulang selangkaku. Melanjutkan gigitannya diatas payudaraku, menambah koleksi merah yang mengumpul disana. Sesaat aku terbayang kembali tentang kontrak yang sudah kita tanda tangani 3 bulan lalu. No feeling. No love. Just sex. And money. Sebuah kontrak dengan point bahwa aku hanyalah partner seks untuknya. Dan dia adalah atm berjalanku. Tidak di depan umum. Hanya di sebuah kamar hotel. Tidak di depan umum. Tidak di kosanku. Persyaratannya hanya satu, selain hubungan ini rahasia, dia meminta padaku untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Secara intim tentunya. Mengingat aku bukanlah seorang perawan.


"Ahhhhh......." Aku mendesah keras. Gerakan mulut Hardy yang semula bermain dengan puting, kini turun ke perut dan semakin kebawah lagi. Berhenti di intiku, dan bermain dengannya. Tangannya tak tinggal diam mulai menggerayangi payudaraku.


Lidahnya sangat terampil ketika bermain disana. Menjilat, mengulum, dan menghisap. Dan semua hal itu membuatku semakin menggila. Seakan ditarik ke awan kenikmatan. Aku menjerit tertahan. Dan melenguh menikmati sisa-sisa klimaks yang di berikan oleh mulut Hardy.


Setelah terkumpul kembali semua nyawaku, aku tersenyum pada pria tua tampan di depanku. Dia menyeringai nakal.


"You ride me now." Seringaiannya semakin lebar menambah keseksian tubuh six pack nya. Ya, bonus besar untukku. Pria tua yang kaya, tampan, dan perut six pack.


Semoga saja aku hanya mengagumi tubuh dan rupanya saja. Sebatas mengagumi. Bukan jatuh cinta. Karena semua itu akan menjadi sebuah bencana nantinya.

Dan saat ini, aku hanya harus fokus memuaskan nafsu liar singa ini terlebih dahulu. Malam ini, dan beberapa jam kedepan. Karena dalam hitungan jam, kami harus kembali ke asal masing-masing. Menjadi orang asing. Berpura-pura tidak mengenal satu sama lain.

Karena aku hanyalah seorang "Sugar Baby". Dan Hardy adalah "Sugar Daddy" ku.



#########################

19/06/19

13.16

With Love, Cynt.


MY SUGAR BABYWhere stories live. Discover now