2. subuh di Madinah

5.7K 237 16
                                    

Subuh bernafas. Hembusan angin musim dingin mengalir menerpa batu-batu terjal Jabal Uhud. Angin itu lalu menyebar menciptakan kesejukan di seluruh penjuru madinah. Bukti rumah yang biasanya ramai peziarah tampak semi lengang. Kawasan Uhud terasa sunyi. Namun suasana di masjid Nabawi sudah hangat dan penuh oleh ratusan ribu umat manusia yang khusyuk menumpahkan rindu kepada Baginda nabi.

Suasana di dalam prince Mohammed Bin Abdulaziz Hospital juga tampak lengang. Disebuah kamar tampak seorang pemuda terbaring di ranjang dan disampingnya dua orang pemuda menungguinya. Sudah hampir dua puluh jam Fahmi pingsan dokter yang memeriksa penyakit Fahmi bisa terjelaskan jika hasil laboratorium darah Fahmi telah keluar.

"Ya Allah dengan cinta kami kepada Baginda Nabi dan dengan cinta kami kepada para syuhada Uhud, berilah kesembuhan untuk saudara kami tercinta, Fahmi. Sadarkan dia jangan engkau uji dia dengan sakit yang ia tiada kuat menanggung nya. Beri dia afiyah di dunia dan akhirat. Aamiin."

Tulus ikhlas Ali mendoakan teman satu kamar nya itu setelah shalat subuh.
"Inna lillah"desis subki melihat selang infus
Ada apa, sub???
"Infusnya habis, darah Fahmi naik ke selang".

Ali melihat selang infus, ia kaget. Dengan cepat ia menekan tombol memanggil perawat. Tak lama seseorang perawat datang. Perawat itu berwajah Asia Selatan, mungkin dari India, Pakistan, atau Bangladesh.

"Fi eh"? (Ada apa)
Tanya perawat itu
"Suf"! (Lihat.,!) Jawab Ali sambil menunjuk ke selang yang kini tampak merah menyala. Wajah Ali dan subki tampak cemas. Perawat itu membaca guratan wajah dua mahasiswa Indonesia.

"La takhaf lahzhah"! (Jangan takut,. Sebentar!)
Kata perawat itu menenangkan lalu meninggalkan mereka berdua tak lama kemudian ia datang lagi dengan membawa botol infus yang baru.  Dengan cekatan perawat itu mengganti infus yang telah kosong dengan infus yang baru.

Setelah dirasa beres, perawat itu bergegas meninggalkan kamar, tapi begitu sampai di pintu ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ali dan subki.
"Shallaitum?" (Kalian sudah sholat)
"Alhamdulillah, khalash shallaitum". (Sudah kami sudah sholat) Perawat itu tersenyum kepada dua mahasiswa itu dan pergi.

Dari mana dia, ramah sekali dari India atau Pakistan?? Tanya subki
Tak tahu pasti. Mungkin malah dari Bangladesh. Iya, ada juga brother kita dari daerah sana yang ramah. Nanti kita tanya dari mana dia.

Subki memandangi wajah Fahmi yang masih belum juga siuaman. Ia memegang tangan Fahmi seraya lirih berdoa.
"Allahuakbar rabbannas adzhibil ba'sa istri antasy Syafi ia syifa'a Illa ayufa'uka syifa'a ia yughadiru saqama."(1)
Ali mendekat dan mengamati wajah fahmi.
Mukanya tampak lebih cerah kemarin pucat banget. Gumam Ali.
Iya mungkin karena kemarin dia boleh dikatakan kekurangan nutrisi sekarang sudah diinfus jadi mukanya lebih cerah meskipun tetap saja aku merasa iba melihatnya. Tukas subki

Ali mengangguk.
Aku tadi malam berfikir "mungkin yang dikatakan Hamzah ada benarnya. Sambung subki
Perkataan Hamza yang mana?
Yang dia katakan mungkin Fahmi menyimpan masalah yang berat.
Rasanya tidak sub. Saya teman sekamar dia. saya teman dia sejak di pesantren dia selalu cerita kalau ada masalah.
Ali Manarik nafas lalu melanjutkan, "yang kulihat diri Fahmi tak lain adalah keinginan yang sangat besar untuk menorehkan sebuah sejarah untuk dirinya. Dia memang suka begitu. Saat di pesantren dulu. Masih kelas dua Tsanawiyah dia sudah hafal Aliyah. Hafal ngelothok, sub. Terus dia terpanas nazham jauharul makmum. Belum lulus Tsanawiyah dia juga sudah hafal semua. Saat di Aliyah selama dua tahun di khatam Al-Qur'an tiga puluh juz. Kadang-kadang saya sendiri yang geleng-geleng kok ada manusia zaman sekarang yang seperti ini. Ketika banyak anak muda lebih sibuk menghafal lagu penyanyi A atau penyanyi B dia sejak remaja sudah asyik sibuk menghafal karya para ulama."

API TAUHID (HIATUS)Where stories live. Discover now